Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Lansia


2.1.1. Definisi Lansia
Lanjut Usia atau Lansia adalah proses perkembangan manusia pada tahap
akhir dalam kehidupan seseorang. lansia adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaan. Menurut World Health Organization (WHO), ada 4 tahap lansia, yaitu usia
pertengahan ( Middle  Middle Age) yaitu usia 45-59 tahun, lanjut usia( Elderly) antara
60-74 tahun, lanjut usia tua (Old ) antara 75-90 tahun, dan Usia sangat tua (Very
Old ) diatas 90 tahun. Lansia adalah keadaan seseorang yang merupakan proses
dari kehidupan manusia yang ditandai dengan gangguan fisiologis,sosial dan
psikososial (Mitchell.dkk, 2016).
Lanjut usia merupakan masa tahap akhir rentang kehidupan dalam
perkembangannya mengalami berbagai perubahan fisik, psikis maupun social.
Kematian pasangan hidup menempati urutan teratas penyebab stress dalam
kehidupan (Ekowati, dalam Rahmawati, 2018)

Menurut Rahayuni, Utami & Swedarma (2015) proses menua adalah proses
biologis yang tidak dapat dihindari oleh setiap individunya, berjalan terus-menerus
dan berkesinambungan. Lansia dapat mengalami penurunan aktivitas dikarenakan
keterbatasan mobilitas, kelemahan fisik dan penurunan status sosial dan keadaan ini
cenderung akan berdampak pada kesehatan.

2.1.2. Proses Menua

Proses penuaan (menjadi tua) adalah sifat alami dan tidak dapat dihindari dan
akan dialami oleh setiap individu. Proses penuaan akan berpengaruh pada derajat
kesehatan. Seiring dengan penurunan psikis, dan kondisi fisik lansia sehingga
produktifitas semakin menurun. Produktifitas yang menurun menjadikan lansia
kurang dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat lingkungannya, sehingga lebih
suka pada dunia lansia sendiri, merasa “tidak diorangkan”, merasa tidak diperlukan,
merasa tidak berguna, merasa terpisah dan tersisihkan dari pergaulan. Lansia
memiliki masalah sendiri yang berhubungan dengan proses menua (aging process)
dengan segala akibat fisik, psikologis dan sosial (Dalami, dalam Desthalia 2019).

2.1.3. Permasalahan pada Lansia


Menurut Kholifah (2016) lansia akan mengalami perubahan dalam
kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut
diantaranya yaitu :

a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering terjadi
radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra
pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta
daya tahan tubuh yang menurun, sehingga seringsakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah
melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk
bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa ingin
berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia
kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila
ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres
akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah kesulitan
untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa
kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan
ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang cukup
serius.

2.1.4. Teori Penuaan


Menurut Depkes RI dalam AH Azzahro, 2019 tentang proses menua yaitu:

a. Teori-teori biologi
1. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul-molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
2. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
6. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.
7. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
8. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan sosial
1. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
3. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki.
4. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss),
yakni:
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
Sedangkan Teori penuaan secara umum menurut Ma’rifatul dalam Kholifah (2016)
dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial:
a. Teori Biologi
1. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika
seldari tubuh lansia dibiakkanlalu diobrservasi di laboratorium terlihat
jumlah sel–sel yang akan membelah sedikit. Pada beberapa sistem,
seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan
dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang
karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan
mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit
atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)
2. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan
kimia pada komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia
beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh
tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih
muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit
yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan
perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya dan cenderung
berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada system
musculoskeletal (Azizah dan Lilik, 2011).
3. Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat
racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri
tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksin tersebut
membuat struktur membran sel mengalami perubahan serta terjadi
kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat sel supaya
dapat berkomunikasi dengan lingkungannya dan berfungsi juga untuk
mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik
di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat
penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh rigiditas membran.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi
sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan
dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan
sistem tubuh (Azizah dan Lilik, 2011).
4. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari
sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau
perubahan protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi
isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,
maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker
leluasa membelah-belah (Azizah dan Ma’rifatul L., 2011).
5. Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena
jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah
satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran
hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon
pertumbuhan.
b. Teori Psikologis
1. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap
terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Azizah dan Ma’rifatul, L., 2011).
2. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity
pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di
masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah dan Lilik M,
2011).
3. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).

2.2. Konsep Kehilangan


2.2.1. Definisi Kehilangan
Kehilangan (Loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi
perasaan kehilangan (Hidayat, 2012). Loss adalah suatu keadaan individu yang
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan (Iyus Yosep, 179).

Loss adalah sebuah perasaan pada diri individu yang diakibatkan dari
peristiwa menjadi tidak adanya suatu hal baik orang atau apapun yang sebelumnya
ada. Peristiwa tersebut bisa berupa kematian, perceraian, kecelakaan, bencana
alam, PHK, dan lain lain. Kehilangan akibat kematian merupakan kehilangan yang
paling berat dan sulit diterima, seperti yang diungkapkan oleh suntrock (2004)
kehilangan dapat datang dalam kehidupan dengan berbagai bentuknya seperti
perceraian, kehilangan pekerjaan, matinya binatang peliharaan, tetapi tidak ada
kehilangan yang lebih besar selain kematian seseorang yang dicintai dan disayangi
seperti orang tua, saudara kandung, pasangan hidup, sanak saudara atau teman.

2.2.2. Manifestasi Klinis Kehilangan


a. Tahap 1: Merasa shock atau terpukul dan tidak percaya. Hampir semua tingkah
laku yang tidak bersifat merusak merupakan sikap penyesuaian  pada tahap ini.
b. Tahap 2: Munculnya kesadaran akan peristiwa kehilangan tersebut kemungkinan
kemungkinan klien lanjut usia akan mengajukan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentang peristiwa kehilangan tersebut. Tingkah laku penyesuaian diri,
yaitu mulai mengakui peristiwa kehilangan tersebut serta pengaruhnya terhadap
seseorang.
c. Tahap 3: Pulih kembali, tingkah laku yang tampak, misalnya kemampuan untuk
memahami dan menghayati kehilangan tersebut. Setelah itu melanjutkan
kegiatan hidupnya sehari-hari dengan cara: merencanakan masa depannya,
seraya mengingat kembali kejadian baik yang menyenangkan maupun yang
menyedihkan yang diakibatkan oleh  peristiwa tersebut secara realistis peristiwa
tersebut secara realistis.

2.2.3. Jenis-Jenis Kehilangan


Jenis-jenis kehilangan menurut Erita et al., (2019) yaitu ;

a. Kehilangan objek eksternal, misalnya kehilangan karena kecurian atau


kehancuran akibat bencana alam.  
b. Kehilangan lingkungan yang dikenal, misalnya kehilangan karena  berpindah
rumah, dirawat di rumah sakit, atau berpindah pekerjaan.
c. Kehilangan sesuatu atau individu yang berarti, misalnya kehilangan  pekerjaan,
kepergian anggota pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau teman dekat,
kehilangan orang yang dipercaya, atau kehilangan binatang peliharaan.
d. Kehilangan suatu aspek diri, misalnya kehilangan anggota tubuh dan fungsi
psikologis atau fisik.
e. Kehilangan hidup, misalnya kehilangan karena kematian anggota keluarga,
teman dekat, atau diri sendiri.

2.2.4. Tipe Kehilangan


Ada 3 tipe kehilangan yaitu, actual (sungguh terjadi), perceived (dirasakan) dan
Anticipatory.

a. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan
individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota badan, uang,
pekerjaan, anggota keluarga.
b. Perceived Loss (Psikologis)
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak
dapat dirasakan/dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilangan masa remaja,
lingkungan yang berharga, seseorang yang berhenti bekerja / PHK, sehingga
menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
c. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu memperlihatkan
perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung.
Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.

2.2.5. Perbedaan Kehilangan pada Dewasa dan Lansia


Perbedaan konsep kehilangan menurut Carstensen (2006) and Wakefield J. C
(2007)

Dewasa Lansia
1. Saat merasa kehilangan akan 1. Lansia lebih dapat mengatur
berespon dengan kesedihan emosi dari respon terhadap
yang mendalam. kehilangan, sehingga
2. Dapat bersikap lebih terbuka, cenderung menutupi emosi
sehingga bersedia berbagi kesedihan.
perasan sedih akibat kehilangan 2. Lebih bersikap tertutup, tidak
dengan orang lain. menceritakan hal kecil dan
3. Merasakan hilangnya kasih- bersedia berbagi tentang hal
sayang apabila kehilangan yang dianggap besar.
orang yang disayangi. 3. Merasakan kesepian akibat
4. Merasa tidak berharga dan tidak kehilangan orang yang
memiliki minat untuk melakukan disayangi.
kegiatan. 4. Merasa kebingungan dengan
5. Saat merasa sedih akibat peran yang dapat dilakukan
kehilangan lebih fokus pada dalam keluarga akibat
kesedihan diri sendiri kehilangan
6. Emosi lebih fluktuatif dan mudah 5. Cenderung memikirkan
marah. keadaan orang lain disamping
7. Kurang kesiapan psikologis kesedihannya sendiri akibat
untuk mengatasi kesedihan
akibat kehilangan. kehilangan yang dialami.
8. Akibat kesedihan yang dialami 6. Lebih dapat mengatur emosi
karena kehilangan menurunkan yang dirasakan.
jam tidur 2-3  jam dibandingkan 7. Kesiapan psikologis terhadap
waktu normal. kehilangan lebih matang.
9. Cenderung mengalami 8. Terjadi penurunan jam tidur
penurunan berat  badan karena hingga tidak dapat tidur sama
nafsu makan berkurang. sekali.
9. Meski mengalami kesedihan
tidak mengalami kesulitan
makan.

2.2.6. Tahapan (Fase) Kehilangan


Menurut Erita et al., (2019), Tahap fase kehilangan dimulai dari :

Denial Anger Bergaining Depression


Acceptance

a. Fase Denial
 Merupakan reaksi pertama pada fase ini adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan
 Ungkapan verbal pada fase ini biasanya individu mengatakan itu tidak
mungkin, saya tidak percaya itu terjadi
 Perubahan fisik, letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak janting cepat, menangis, gelisah
b. Fase Anger (marah)
 Individu mulai menyadari kenyataan yang terjadi
 Timbul respon marah yang diproyeksikan pada orang lain
 Reaksi fisik yang timbul adalah : muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan mengepal serta perilaku agresif
c. Fase Bargaining (tawar-menawar)
 Ungkapan secara verbal pada fase ini adalah; kenapa harus terjadi pada
saya? Kalau saja yang sakit bukan saya, seandainya saya hati-hati
d. Fase Depression (Depresi/Sedih)
 Menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara ata putus asa
 Gejala pada fase ini individu menolak makan, mengeluh sulit tidur, letih,
dorongan libido menurun
e. Fase Acceptance (Menerima)
 Pikiran pada obyek yang hilang mulai berkurang
 Ungkapan verbal pada fase ini adalah “apa yang dapat saya lakukan agar
saya cepat sembuh, yah akhirnya saya harus operasi”

Anda mungkin juga menyukai