Anda di halaman 1dari 26

REVISI

LAPORAN KASUS DIETETIK 2

KASUS GANGGUAN NEUROLOGIS: STROKE ISKEMIK

Dosen Pengampu :
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi.
A. Fahmy Arif Tsani, S, Gz, M.Sc, Dietitian
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD.

Disusun oleh :

Katharina Silvia Radon 22030119100117

Kelas Ganjil

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2022
I. Latar Belakang Kasus
Ny. R merupakan seorang wanita berusia 77 tahun yang dilarikan ke intalasi gawat
darurat pada sebuah rumah sakit universitas dengan gejala berikut: berbicara dengan artikulasi
tidak jelas, mati rasa di bagian kanan wajah, dan kelemahan pada tanan dan kaki kanan
(hemiparesis kanan).

Riwayat:
Waktu mulainya penyakit : Tidak ada
Riwayat pengobatan : Hipertensi x 10 tahun, hiperlipidemia x 2 tahun
Riwayat bedah : Histerektomi (10 tahun lalu)
Status merokok : Tidak
Status alkohol : Tidak
Riwayat keluarga :-

Demografi
Status perkawinan : kawin (suami: Tn. R)
Jumlah anak : Sudah tidak tinggal di rumah lagi
Pendidikan : Diploma SMA
Bahasa : Inggris
Pekerjaan : Penata rambut (sudah pensiun)
Jam kerja : Tidak ada
Etnis : Eropa-Amerika
Agama : Kristen Protestan

Riwayat masuk RS / Fisik:


Tn. R menyatakan bahwa Ny. R terbangun pada pagi hari dengan normal, namun tengah
pagi, Ny. R merasa pusing dan kemudian Ny. R tidak dapat berbicara ataupun menggerakkan
satu sisi tubuhnya. Kondisi umum: seorang wanita lansia yang tidak dapat berbicara, tidak
bisa menggerakkan sisi kanan tubuh

Tanda Vital:
Suhu tubuh : 37,11oC
Tekanan darah : 133/88
Nadi : 91 x/menit
Tinggi badan :157,48 cm
Laju napas : 19 x/menit
Berat badan : 74,84 kg

Ekstremitas : penurunan kekuatan, bilateral


Kulit : normal tanpa lesi
Paru-paru : Respirasi normal, tidak ada crackles, rhonchi, wheezing, atau
rubs.
Vaskular perifer : bilateral, 3+ pedal pulse
Abdomen : suara usus normal, tidak ada hepatomegali, splenomegali,
massa, nodus limfa inguinal atau abdominal bruits

Perintah:
Pemberian 0,6 mg/kg rtPA intravena selama satu jam dengan 10% total dosis diberikan
secara intravena dalam 1 menit. Total dosis 67,5 mg.
Tanda vital : q 15 menit x 2 jam; lalu q 30 menit x 6 jam; lalu q 1 jam x 16 jam.
Cek neuro : Tingkat kesadaran dan kelemahan ekstremitas (gunakan skor NHSS):
q 30 menit x 6 jam; lalu q 1 jam x 16 jam
Intravena : 0,9 NS – 75 mL/jam
O2 - 2 liter/menit via nasal cannula (apabila perlu untuk mencukup saturasi oksigen ≥
95%)
Pemantauan jantung berkelanjutan
Rekaman secara ketat asupan dan output
Diet: NPO kecuali obat selama 24 jam
Noncontrast CT scan
Lab : chem 16, waktu koagulasi, CBC
Medikasi : acetaminophen 650 mg po PRN untuk sakit q 4 sampai 6 jam
Tidak boleh heparin, warfarin, aspirin selama 24 jam. Setelah 24 jam: CT untuk
eksklusi pendarahan intrakranial sebelum antikoagulan
Pengkajian telan bedside. Endoskipi dengan tes telan barium yang dimodifikasi
Patologis bahasa dan dietisien untuk menentukan diet disfagia

Gizi:
Riwayat: Tn. R menyatakan bahwa Ny. R memiliki nafsu makan yang baik. Ia tidak
menjalani diet spesial selain mencoba untuk mengurangi makanan yang digoreng dan tidak
menambahkan garam di meja makan. Ny. R membuat perubahan tersebut beberapa tahun yang
lalu
Recall menurut Tn. R:
Sarapan
o Jus jeruk 1 gelas,
o raisin bran 1 gelas dengan 177,4 mL susu 2%
o 1 pisang
o Kopi 236,58 mL dengan 2 sdm susu 2% dengan pemanis
Makan siang
o Chicken tortellini soup (cheese tortellini dimasak dalam kaldu ayam) – 2 gelas
o Crackers saltine – 8
o Pear kalengan ½ buah – 2
o 177,4 mL es teh dengan pemanis
Makan malam
o Dada ayam panggang (dengan kulit) 113-170 gram
o Kentang panggang – 1 medium dengan 2 sdm margarin
o Brokoli kukus – 1 gelas dengan 1 sdt margarin
o Buah persik kalengan dalam jus – 6-8 potong
o Es teh 177,4 mL dengan pemanis

Tidak ada alergi, intoleransi dan makanan yang dihindari


Tidak ada terapi gizi sebelumnya
Diet saat ini: NPO
Persiapan makanan: Ny. R dan Tn. R
Asupan vitamin/mineral: suplemen multivitamin/mineral harian, 500 mg kalsium 3x
sehari
Jantung: detak dan ritme jantung reguler, tidak ada gallop ataupun rub, titik impuls maksimal
pada ruang interkostal ke 5 di dalam garis midklavikular.

Kepala : Normocephalic
Mata : Mengalami rabun jauh, memakai kacamata
Telinga : Membran timpani normal
Hidung : Normal
Tenggorokan : Terdapat membran mukus yang sedikit kering tanpa eksudat dan lesi
Kemaluan : Normal tanpa lesi
Neurologis : Kejadian baru kelemahan pada sisi kanan tubuh meliputi tangan dan kaki
kanan. Wajah dan kelemahan tangan tidak seimbang dengan kelemahan kaki dan sensasi
terganggu pada sisi kontralateral. Disartria dengan deviasi lidah. Saraf kranial III, V, VII, XII
terganggu. Fungsi motorik tonus dan kekuatan berkurang. Refleks plantar berkurang pada sisi
kanan. Refleksi berkedip tetap baik.
II. Soal dan Jawaban
A. Memahami Penyakit dan Patofisiologi
1. Jelaskan stroke. Jelaskan perbedaan antara stroke iskemik dan hemoragik.
Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat pembuluh darah
tersumbat, menyebabkan alirand arah ke otak terhenti sebagian atau seluruhya.
Berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi tiga jenis yakni tromboktik, embolik dan
hipoperfusion sistemik. Trombotik: disebabkan oleh terbentuknya thrombus,
mengakibatkn penggumpalan darah sehingga aliran darah tidak lancar/terhenti.
Embolik: disebabkan oleh tertutupnya pembuluh arteri oleh pembekuan darah.
Hipoperfusion sistemik: disebabkan oleh adanya gangguan denyut jantung sehingga
aliran darah ke seluruh bagian tubuh berkurang. 1
Stroke hemoragik yakni stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak, sebagian besar terjadi pada penderita hipertensi. Berdasarkan lokasinya, terbagi
menjadi dua yakni hemoragik intraselebral dan hemoragik subaraknoid. Hemoragik
intraselebral: disebabkan oleh perdarahan didalam jaringan otak. Sedangkan hemoragik
subaraknoid: perdarahan pada ruang subaraknoid, yakni ruang sempir antara
permukaan otak dengan lapisan penutup otak. 1

2. CT nonkontras mengonfirmasi bahwa Ny. R menderita stroke iskemik lacunar.


Skala NIH Stroke dengan skor 14. Apa yang diindikasikan dari skor ini?
Skor 14 pada National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS)
mengindikasikan bahwa Ny. R mengalami stroke sedang. Skor NIHSS di antara 12-14
memiliki prognosis positif, yaitu sebesar 80% kemungkinan untuk mendapatkan hasil
yang baik hingga sangat baik.2

3. Faktor apa yang menempatkan risiko individu untuk stroke?


Faktor risiko utama pada stroke pada sebagai berikut:3,4
o IMT >25 kg/m2 pada wanita
o Kenaikan BB >11 kg selama 16 tahun pada wanita
o Rasio pinggang-pinggul >0,92 pada laki-laki
o Penyakit jantung dan pembuluh darah, kolesterol LDL yang tinggi
o Tekanan darah tinggi
o Diabetes melitus
o Merokok
o Inflamasi
o Riwayat keluarga
o Overweight dan obesitas,
o Pola makan tidak sehat, aktivitas fisik minim, konsumsi alkohol dan narkoba

4. Apa saja tanda dan gejala spesifik yang ditemukan pada pemeriksaan Ny. R dan
riwayat yang konsisten dengan diagnosis? Gejala apa menyebabkan Ny. R
berisiko pada aspek gizi? Jelaskan
Tanda dan gejala pada Ny. R yang sesuai dengan diagnosis stroke iskemik:
o Pusing
o Mati rasa di bagian kanan wajah
o Kelemahan pada tanan dan kaki kanan (hemiparesis kanan).
o Disartria (artikulasi saat berbicara tidak jelas)
o Deviasi lidah
o Hiperlipidemia
o Pre-hipertensi: tekanan darah 138/88
o Gangguan saraf kranial III, V, VII, dan XII.
o IMT: 30,17 kg/m2
Gangguan saraf dan mati rasa pada tubuh, utamanya wajah bagian kanan dan kondisi
disartria berpengaruh terhadap asupan makanan pasien yakni sulitnya mengunyah dan
makan sendiri, sehingga asupan makan dapat menurun. Selain itu, kondisi IMT pasien
tergolong obesitas kelas I, dimana biasanya pasien akan sulit untuk beraktivitas
(sedenter). Kondisi tersebut berpengaruh terhadap kondisi malnutrisi dan penurunan
asupan makan.

5. Apa itu rtPA? Mengapa rtPA diberikan?


rtPA, recombinant tissue plasminogen activators, yakni golongan obat untuk
terapi reperfusi dimana mengembalikan perfusi darah yang terhambat pada serangan
stroke akut. Obat ini bekerja dengan fungsi trombolitik, menghancurkan sumbatan yang
terjadi pada pasien stroke dan melepaskan sel darah merah yang tergumpal. Pemberian
obat juga dilakukan untuk mencegah lebih parahnya kerusakan jaringan otak pasien.5

B. Memahami Terapi Gizi


6. Jelaskan disfagia. Apa yang menjadi implikasi gizi utama dari disfagia?
Disfagia adalah kesulitan atau ketidakmampuan menelan cairan atau makanan,
dengan implikasi utamanya adalah malnutrisi akibat defisit asupan makan yang
disebabkan oleh kesulitan menelan makan yang berhubungan dengan anoreksia dan
adanya penurunan berat badan. Modifikasi makanan dapat diberikan yakni mengubah
konsistensi dan tekstur makanan menjadi lebih kental/halus. 4

7. Deskripsikan 4 fase dari menelan:4


a. Oral preparation
Fase oral, yakni fase voluntary dimulai ketika makanan diletakkan
didalam rongga mulut, menyerupai bolus yang dikombinasikan dengan gerakan
saliva, lidah serta pengunyahan oleh gigi jika diperlukan.
b. Oral transit
Posisi bolus sudah berada pada ujung belakang rongga mulut (posterior
oral cavity) sebelum berpindah ke faring, dibantu gerakan melawan palatum
mole anterior dan anterior hard dan posterior.
c. Pharyngeal
Fase involunter faring dimulai saat bolus digerakkan di antara pilar
tonsil, melewati lengkung palatoglosus, dan di luar lengkung palotofaringeal
yang memicu jalur nasofaring untuk menutup oleh peninggian langit-langit
lunak posterior dan pernapasan berhenti sementara. Hal ini diikuti dengan
peninggian tulang hyoid dan laring untuk menutupi dan mencegah masuknya
makanan ke dalam saluran napas dan tersedak, bersamaan dengan pita suara
yang ditarik ke arah garis tengah tubuh, atau melakukan adduksi. Bolus
makanan kemudian masuk ke kerongkongan dengan kontraksi faring dan
relaksasi sfingter krikofaring. Pada titik ini, respirasi dilanjutkan.
d. Esophageal
Fase final, dimana bolus bergerak melalui esofagus, mengarah ke lambung
(gerakan involunter). Kesulitan pada fase ini biasanya disebabkan adanya
obstruksi mekanik, dan kemungkinan juga gangguan neurologis.

8. The National Dysphagia Diet mendefinisikan tiga tingkat makanan padat dan
empat tingkat makanan dengan konsistensi cair untuk digunakan ketika
merencanakan diet untuk pasien dengan disfagia. Deskripsikan setiap tingkat dan
modifikasi diet.
Modifikasi tekstur:4
o Level 1 (puree)
o Halus, dipuree, homogen dan sangt kohesif, makanan seperti pudding yang
memerlukan kemampuan mengunyah sedikit bahkan tidak sama sekali.
o Tidak menggunakan makanan utuh.
o Inklusi: mashed potato dengan saus gravy, yogurt tanpa buah, pudding, sup
yang dipuree hingga lembut, buah dan sayur dipuree, lauk hewani dipuree
dan makanan penutup yang dupuree.
o Level 2 (puree)
o Kohesif, lembab, semi-padat dan membutuhkan sedikit kemampuan
mengunyah.
o Inklusi: buah dan sayur yang dapat ditusuk dan dihaluskan dengan garpu.
o Daging seharusnya digiling lembab, tambahan saus sebaiknya diberikan.
o Eksklusi: kebanyakan roti, crackers, makanan kering, serealia utuh, biji-
bijian, kelapa, makanan dalam bongkahan besar.
o Makanan sebaiknya digiling.
o Level 3 (puree)
o Makanan padat lunak: termasuk daging yang mudah dipotong, buah lunak
dan sayur, daging lembut yang dipotong menjadi potongan kecil dan cukup
lembab.
o Pinggiran roti sebaiknya dipotong dari roti.
o Kebanyakan makanan dicincang dan dipotong menjadi potongan kecil.
o Eksklusi: buah dan sayur yang keras, makanan yang lengket, makanan yang
sangat kering, kacang, biji, popcorn, keripik kentang, sayur mentah, dan
seterusnya.
Modifikasi cairan:4
o Thin Liquids: termasuk air putih, soda, kopi, teh. Termasuk juga makanan
seperti jelly, es krim dan sorbet yan melelh dan menjadi encer saat ditelan.
o Nectar-Thick Liquid: cairan mengalir bebas dari sendok, tetapi meninggalkan
lapisan lembut pada sendok.
o Honey-Thick Liquid: cairan perlahan-lahan menetes dari ujung sendok.
o Pudding-Thick Liquid: cairan tetap di sendok dan tidak mengalir.
9. Sudah ditentukan bahwa disfagia yang dialami Ny. R utamanya berdampak pada
fase transit esofageal dan mengalami penurunan peristaltik esofageal. Diet
disfagia apa yang sebaiknya diberikan untuk dicoba oleh Ny. R?
Diet disfagia yang diberikan untuk paien adalah diet sifagia level 1 berbentuk
puree mengingat kondisi fase oral pasien dalam keadaan yang kurang baik (mengalami
disfagia dengan deviasi lidah).

10. Deskripsikan penilaian menelan disamping tidur. Apa latar belakang dan
pelatihan yang dibutuhkan oleh speech-language pathologist?
Penilaian menelan disamping tidur (bedside swallowing assessment) yakni
suatu test untuk menilai ada tidaknya disfagia sehingga dapat menentukan tiket diet
makanan/cairan per oral yang cocok dan dapat diterima pasien. Penilaian terdiri dari
analisis rekam medis dan kondisi terkini berdasarkan radiograf, wawancara apabila
memungkinkan, pengujian saraf kranial, pengkajian batuk, kebersihan rongga mulut
dan gigi, elevasi laringeal, dan uji menelan. Latar belakang dan pelatihan yang
dibutuhkan untuk speech-language pathologist (SLP) adalah gelar S1 yang umumnya
pada bidan ilmu komunikasi dan gangguan komunikasi, S2 penyelesaian pengalaman
klinik ataupun internship, serta lulus ujian nasional. Beberapa bidang pekerjaan SLP
membutuhkan gelar doktor/PhD atau surat izin dari negara bagian.6,7

11. Deskripsikan modified barium swallow atau evaluasi menelan endoskopi


fiberoptik!
Modified barium swallow study (MBSS) yakni studi pergerakan fluoroskopik
dengan tujuan mengevaluasi anatomi fisiologi menelan pada pasien secara real-time
kemudian memperoleh rekomendasi bentuk/konsistensi diet yang tepat bagi pasien
tersebut. Tes ini dilakukan oleh terapis wicara dan ahli radiologi dengan bantuan
teknologi radiologi. Zat yang digunakan dalam uji ini disebut barium. Barium tersebut
akan melapisis bagian yang terlib dalam proses menelan (lidah, mulut, tenggorokan,
dan kerongkongan) dan akan terlihat jelas pada sinar-X.8
Fiberoptic endoscopic evaluation of swallowing (FEES) yakni teknik
pemeriksaan visualisasi langsung struktur nasofaring, laringofaring, dan hipofaring.
Pasien akan diberi berbagai macam konsistensi makanan, kemudian dilakukan evaluasi
terhadap adanya residu, kebocoran makanan ke faring sebelum menelan, penetrasi,
serta aspirasi. Tes ini dapat membantu menilai ada tidaknya gangguan menelan. Terapis
wicara dapat melihat bagian laring, faring dan trakea pasien pada layar video dengan
menggunakan tabung yang fleksibel atau disebut endoskopi, dengan kamera kecil dan
lampu.9,10
12. Agen pengental dan produk makanan khusus seringkali digunakan untuk
memberikan perubahan tekstur yang dibutuhkan untuk diet disfagia.
Deskripsikan salah satu produk dan bagaimana produk tersebut dapat
dimasukkan ke dalam diet!
Bahan pengental yang dapat digunakan dalam diet disfagia yakni xanthan gum,
guar gum, tepung pati dan carageenan. Tepung pati (maizena) dapat meningkatkan
kalori dan konsistensi makanan menjadi lebih kenal, karena dapat menyerap air dan
membengkak. Xanthan gum juga dapat dijadikan alternatif karena dapat meningkatkan
dan menahan konsistensi kekentalan makanan, tidak berasa, mudah dicampurdan
cocok dijadikan diet ketogenik karena tidak mengandung karbohidrat atau kalori.4

C. Asesmen Gizi
13. Berat badan Ny. R biasanya adalah 74,84 kg. Hitung dan interpretasikan IMT
Ny.R!
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐵 (𝑚)𝑥 𝑇𝐵 (𝑚)
74,84 𝑘𝑔
𝐼𝑀𝑇 =
1,5748 (𝑚)𝑥 1,5748 (𝑚)
𝐼𝑀𝑇 = 30,17 𝑘𝑔/𝑚2
IMT yang diperoleh yakni 30,17 kg/m2 dengan interpretasi: pasien terindikasi
obesitas kelas I, termasuk kedalam risiko terjadinya penyakit stroke pada pasien.

14. Hitung estimasi kebutuhan energi dan protein Ny. R. Apakah sebaiknya
penurunan atau peningkatan berat badan menjadi faktor pertimbangan dalam
estimasi? Apakah alasan anda?
Saat ini, penurunan atau peningkatan berat badan sebaiknya tidak dijadikan
pertimbangan dalam estimasi kebutuhan energi dan protein. Pasien diketahui
mengalami hemiparesis, defisit otot sensoris serta kerusakan syaraf kranial yang
menyulitkan pasien untuk mengonsumsi makanan. Kondisi tersebut berisiko
mengalami malnutrisi dan defisit asupan makan, sehingga apabila asupan energi dan
protein dikurangi, justru memperburuk kondisi pasien. Walaupun pasien mengalami
obesitas kelas 1, penurunan berat badan tidak disarankan begitu juga dengan kenaikan
berat badan. Pemberian energi dan protein diharuskan untuk mempertahankan berat
badan dan mengurangi risiko malnutrisi pada pasien.
Kebutuhan zat gizi pasien dihitung berdasarkan berat badan ideal sebagai
berikut: 11
a. BBI (menggunakan rumus Broca yang dikutip dari Depkes (2004)).
BBI = (TB – 100) x 1 kg
= (157,48 – 100) X 1 kg
= 57,48 kg ≈ 58 kg
b. Energi (25-30 kkal/KgBBI)
Energi 25 kkal/kgBBI = 25 kkal x 58 kg
= 1450 kkal
Energi 30 kkal/kgBBI = 30 kkal x 58 kg
= 1740 kkal
c. Protein (0,8-1,0 g/kgBBI)
Protein 0,8 g/kgBBI = 0,8 g x 58 kg
= 46,4 g
Protein 1,0 g/kgBBI = 1,0 g x 58 kg
= 58 g
d. Lemak (20-25% energi)
Energi 1450 kkal
Lemak 20% = 20% (1540 kkal)
= 308 kkal atau 34,2 g
Lemak 25% = 25% (1540 kkal)
= 385 kkal atau 42,8 g
Energi 1740 kkal
Lemak 20% = 20% (1740 kkal)
= 348 kkal atau 38,7 g
Lemak 25% = 25% (1740 kkal)
= 435 kkal atau 48,33 g
e. Karbohidrat (sisa pemenuhan)
Energi 1450 kkal, protein 0,8 g, lemak 20%
Karbohidrat = Energi – (protein + lemak)
= 1450 – (185,6 + 308)
= 956,4 kkal atau 239,1 g
Energi 1740 kkal, protein 1 g, lemak 25%
Karbohidrat = Energi – (protein + lemak)
= 1740 – (232 + 435)
= 1073 kkal atau 268,3 g

15. Menggunakan kebiasan asupan Ny. R, hitung jumlah dari energi (kcal) yang ia
konsumsi dan juga distribusi energi untuk protein, karbohidrat dan lemak!
Jumlah konsumi
Jam Nama Bahan
URT / Berat
Makan Masakan makanan
Penukar matang
Sarapan Jus jeruk Jus jeruk 1 cangkir 236.6
Raisin bran Raisin bran 1 cangkir 55
Susu 2% lemak Susu 2% lemak 1 cangkir 180
Pisang Pisang 1 buah 100
Kopi dengan Kopi 1 gelas 100
susu 2% lemak Susu 2% lemak 2 sdm 20
dan pemanis Pemanis 2 sdm 20
Makan Chicken Cheese 1 cangkir 200
Siang tortellini soup tortellini
Kaldu ayam 1 cangkir 200
Crackers Crackers 8 buah 26
Pir kalengan Pir kalengan 2 setengah 100
Es teh dengan Es teh 1 gelas 180
pemanis Pemanis 1 sdm 10
Makan Dada panggang Dada ayam 5 oz 40
Malam ayam dengan dengan kulit
kulit
Kentang Kentang 1 buah 100
panggang Margarin 2 sdm 30
Brokoli rebus Brokoli 1 cangkir 220
Margarin 1 sdt 5
Buah persik Buah persik 7 iris 70
kalengan kalengan
Es teh dengan Es teh 1 gelas 180
pemanis Pemanis 1 sdm 10
Distribusi kalorit terhadap makronutrien dan perbandingan AMDR:
Zat Gizi Makro Asupan AMDR
Karbohidrat 54% 45-65%
Protein 16% 10-35%
Lemak 30% 20-35%

16. Bandingan asupan Ny. R dengan rekomendasi zat gizi bagi individu dengan
hiperlipidemia dan hipertensi. Apakah rekomendasi ini berlaku untuk Ny. R
selama periode akut setelah kejadian stroke?
Berikut merupakan tabel perbandingan asupan pasien dengan berbagai
referensi terkait diet hipertensi dan hiperlipidemia: 12,13
Referensi: Referensi:
Zat Gizi Asupan Hipertensi (DASH Hiperlipidemia
Diet) (Diet Dislipidemia)
Karbohidrat 54% 55% 50-60%
Protein 16% 18% 10-20%
Lemak 30% 27% <30%
Lemak jenuh 10,5% 6% <10%
Lemak tak jenuh
5,44% - 10-15% (gabungan
ganda (PUFA)
dari MUFA dan
Lemak tak jenuh
9,15% - PUFA)
tunggal (MUFA)
Serat 22,2 30 gram Tinggi
1500 mg atau maks.
Sodium / Natrium 2317,7 mg -
2300 mg
Potassium / Kalium 2802,6 mg 4700 mg -
Kalsium 753,8 1250 mg -
Magnesium 193,7 mg 500 mg -
Kolesterol 68 mg 150 mg <300 mg

Berdasarkan referensi tersebut, diet dapat direkomendasikan pada pasien


apabila NPO sudah tarik dan hendaknya diberikan selama periode akut setelah stroke
untuk memperbaiki kadar lipid darah, menjaga tekanan darah pasien tetap normal, serta
menghindari komplikasi hipertensi dan hiperlipidemia yang dapat berujung kepada
kejadian stroke.
17. Hitung estimasi dari kebutuhan cairan Ny. R dengan metode berikut: berat
badan; usia : berat badan; dan kebutuhan energi.
Berikut merupakan perhitungan kebutuhan cairan pasien berdasarkan berbagai metode,
antara lain:13
Berdasarkan kebutuhan energi = 1 mL/kcal x 1450 kkal = 1450 mL
Berdasarkan berat usia : berat badan = 25 mL/kg x 58 kg = 1450 mL
Berdasarkan berat badan = (100 mL/kg x 10 kg) + (50 mL/kg x 10 kg) +
(25 mL/kg x 38 kg)
= 1000 mL + 500 mL + 950 mL
= 2450 mL.

18. Metode estimasi cairan mana yang paling cocok untuk Ny. R? Jelaskan!
Metode estimasi kebutuhan cairan yang paling cocok untuk pasien adalah
estimasi berdasarkan kebutuhan energi karena lebih spesifik untuk masing-masing
individu/pasien, yakni 1 mL/kcal kebutuhan energi atau sejumlah 1450 mL. Studi
menunjukkan bahwa asupan cairan berlebih pada individu sehat dapat meningkatkan
tekanan darah sementara. Sehingga, apabila pasien menerima asupan cairan berlebih
berisiko memperparah kondisi hipertensi pasien yang berujung kepada komplikasi. 14

19. Berikan review terkait hasil laboratorium Ny. R saat masuk ke rumah sakit.
Identifikasi nilai lab yang abnormal. Bagi setiap nilai laboratorium yang
abnormal, jelaskan alasan mengapa terjadi abnormalitas dan deskripsikan
signifikansi klinis serta implikasi gizinya untuk Ny. R! 15
Hasil Lab
Profil Lipid Pasien Batas Normal Interpretasi
(Abnormal)
 <200 (diinginkan)
Kolesterol
210 120-199  200-239 (batas tinggi)
(mg/dL)
 >240 (tinggi)
 <40 (risiko besar penyakit jantung)
HDL  40-59 (normal)  untuk wanita
40 40-59
(mg/dL) sebaiknya >50
 ≥60 (protektif terhadap penyakit jantung)
LDL  <100 (optimal)
155 <130
(mg/dL)  100-129 (dekat/diatas optimal)
 130-159 (batas tinggi)
 160-189 (tinggi)
 >190 (sangat tinggi)
 <150 (normal)
Trigliserida  150-199 (batas normal tertinggi)
198 <150
(mg/dL)  200-499 (tinggi)
≥ 500 (sangat tinggi)

Abnormalitas nilai laboratorium pada pasien berhubungan dengan kondisi


klinis/riwayat penyakit pasien yakni hiperlipidemia. Hiperlipidemia disebabkan oleh
beberapa faktor yakni usia, jenis kelamin, faktor asupan, kegemukan, serta aktivitas
fisik dan olahraga yang minim. Risiko dislipidemia yang signifikan secara klinis, serta
hiperlipidemia, berkaitan dengan nilai abnormal indeks lipid adalah peningkatan
kemungkinan terjadinya arterovaskular iskemik seperti stroke, aterosklerosis, infark
miokard atau iskemik, dan angina. Risiko klinis pasien diperburuk dengan kondisi
hipertensi.15,16 Dari aspek gizi, kondisi pasien terebut disebabkan oleh konsumsi
makanan tinggi lemak yang tidak sehat, dilihat dari hasil recall asupan lemak jenuh
pasien yakni 10,5%. Selain itu, diperparah juga oleh kondisi sedenter pasien sehingga
mini aktivitas fisik. Pasien perlu menjalankan diet sesuai referensi yang dipaparkan
pada nomor 16.

D. Diagnosis Gizi
20. Pilih dua masalah gizi dan lengkapi kalimat PES untuk setiapnya!
o (NI 5.5.3) Jenis asupan lemak tidak konsisten dengan kebutuhan (P) terkait kondisi
hiperlipidemia (profil lemak tidak sesuai rekomendasi) (E) ditandai dengan
kolesterol >200 mg/dL, LDL >100 mg/dL, HDL <50 mg/dL, trigliserida >150
mg/dL, asupan lemak total 30% serta lemak jenuh >10% (di atas rekomendasi diet
DASH dan dislipidemia) (S).
o (NC 1.1 dan NC 1.2) Kesulitan mengunyah dan menelan (P) terkait disfagia dan
deviasi lidah akibat stroke iskemia (E) ditandai dengan hemiparesis terutama pada
wajah kanan, kerusakan pada saraf kranial III, V, VII, XII, disfagia pada fase transit
esofageal dengan penurunan peristaltik esofageal, serta membran mukosa
tenggorokan yang sedikit kering (S).
E. Intervensi Gizi
21. Bagi setiap kalimat PES yang sudah dibuat, tentukan tujuan ideal (berdasarkan
tanda dan gejala), serta intervensi yang sesuai (berdasarkan etiologi)
a. Tujuan intervensi:
o Mencegah terjadinya malnutrisi dan penurunan berat badan yang
tidak disengaja dengan mencukupi estimasi kebutuhan gizi pasien
melalui modifikasi bentuk makanan yang disesuaikan dengan The
National Dysphagia Diet.
o Mencegah perubahan profil lipid yang semakin menjauhi nilai
optimal, mengontrol dan memperbaiki profil lipid dengan mengikuti
rekomendasi asupan berdasarkan pedoman diet dislipidemia dan diet
DASH.
b. Perencanaan diet:
1) Preskripsi diet:
o Energi diberikan normal : 25 kkal/KgBBI atau 1450 kkal/hari.
o Protein diberikan normal : 0,8 g/kgBBI atau 46,4 g/hari.
o Lemak diberikan sedang sebanyak 20% atau 34,2 g dengan rincian
sebagai berikut:
 Lemak jenuh (SAFA) <7% dari kebutuhan kalori atau
11,28 g.
 Lemak tidak jenuh ganda (PUFA) < 10% dari kebutuhan
kalori atau 16,11 g.
 Lemak tidak jenuh tunggal (MUFA) sebanyak 12-15%
dari kebutuhan kalori atau 19,33-24,2 g.
 Kolesterol <200 mg/hari.
o Karbohidrat berasal dari sisa pemenuhan kalori, yakni 239,1 g.
o Konsumsi serat 30 g/hari.
o Cairan diberikan sesuai kebutuhan energi 1450 mL.
o Sodium dibatasi 1500 mg atau maksimal 2300 mg/hari.
o Cukup kalsium 1250 mg, kalium 4700 mg dan magnesium 500 mg.
2) Implementasi diet:
o Jenis diet: diet gabungan DASH dan dislipidemia.
o Bentuk makanan: puree.
o Rute pemberian: oral.
o Jadwal makan: 3x sehari, 2x selingan.
3) Perencanaan edukasi dan konseling gizi
Pelaksanaan Edukasi dan Konseling Gizi
Hari/tgl/ Selasa, 17 Mei 2022
Jam 09.00-10.00 WIB
Tempat Ruang rawat inap
Topik DASH, dislipidemia, disfagia dan tatalaksana diet.
Tujuan Keluarga pasien paham mengenai penatalaksanaan diet.
Sasaran Pasien dan keluarga pasien.
Waktu 15 menit.
Materi  Edukasi mengenai disfagia.
 Edukasi gizi terkait perubahan pola makan, jenis asupan
lemak yang sesuai dengan diet dislipidemia dan
pembatasan asupan terutama garam sesuai dengan diet
DASH.
 Memaparkan risiko komplikasi dari dislipidemia,
terutama kemungkinan akan risiko stroke di kemudian
hari yang dapat lebih parah.
 Motivasi dan komitmen pasien.
Metode Tatap muka
Media Leaflet

4) Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain


Pertemuan Pokok Diskusi Solusi dan Implementasi Tenaga Terlibat
Patogenesis,
Dokter –
diagnosis, dan Pemberian edukasi
1 penanggung jawab
pengobatan gizi konseling kepada keluarga
pelayanan
secara medis
Pencatatan rekam
Perawat – skrining
medis, Pengontrolan status
gizi, pengukuran
2 perkembangan biokimia dan fisik klinis
antropometri dan
pasien, kondisi pasien
monev BB
klinis pasien
Perubahan terkait
pola hidup sehat
Pemberian motivasi dan diet Ahli gizi –
dan informasi
3 yang tepat, melakukan melakukan proses
terkait stroke
konseling asuhan gizi
iskemik dan
disfagia
Interaksi obat dan
makanan pada Apoteker dan
pasien agar farmasi –
Menanyakan dan melihat
4 pengobatan dapat pengecekan dan
resep yang diberikan
dilakukan baik pemberian obat-
medis maupun obatan
non-medis
Ahli terapis wicara –
Perkembangan
Pemberian terapi dan mengobati gangguan
5 disfagia dan
motivasi menelan dan
komunikasi pasien
komunikasi

F. Pemantauan dan Evaluasi Gizi


22. Dalam rangka menjaga status gizi normal seiring menurunkan bahaya aspirasi
dan tersedak, tekstur (dari makanan) dan viskositas (dari cairan) disesuaikan
untuk pasien dengan disfagia. Pada tabel berikut, jelaskan setiap terminologi yang
digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari makanan, serta berikan
contohnya:
Terminologi Definisi Contoh
Mengacu pada cairan semi padat dengan partikel Lunak, biasa, saring,
Konsistensi
tersuspensi dan molekul rantai panjang terlarut. cair.
Suatu zat yang dihasilkan dari kombinasi sifat
Tekstur fisik dan yang dapat dirasakan oleh indera Lembut, kasar, kenyal.
peraba, penglihatan, dan pendengaran.
Gesekan internal suatu cairan atau
Viskositas Kental, encer, cair.
kecenderungannya untuk menahan aliran.

23. Menggunakan 24-hour recall Ny. R, buatlah rekomendasi untuk perubahan


konsistensi atau substitusi (apabila dibutuhkan) untuk Ny. R dan keluarga!
Rekomendasi yang bisa diberikan kepada pasien:
o Tidak perlu melakukan pengentalan cairan, karena menurut studi hal
tersebut tidak menurunkan risiko aspirasi, tetapi justru meningkatkan
kondisi lain seperti dehidrasi.
o Berikan cairan secara bebas tanpa pengental, menggunakan sedotan , secara
perlahan dan hanya diperbolehkan ketika sudah selesai makan.
o Jus jeruk : tidak disertai dengan ampas, dapat ditambahkan zat pengental.
o Raisin bran : dihaluskan atau dibuat menjadi hidangan yang lembut.
o 2% susu : ditambahkan pengental.
o Pisang : puree atau dihaluskan.
o Kopi : lebih baik dihindari, dapat diganti dengan jus buah atau sayuran.
o Pemanis : dihindari.
o Sup ayam tortellini : dibuat dengan rendah garam atau diganti dengan
sayuran puree seperti tomat yang dibuat dengan konsistensi kental.
o Biskuit asin : diganti dengan biscuit rendah garam atau diganti dengan roti
biasa yang dipanggang tanpa tambahan garam.
o Buah pir kaleng : ganti dengan buah-buahan segar tanpa biji yang
dihaluskan.
o Es teh : ganti dengan minuman seperti jus buah atau sayur yang lebih
menyehatkan.
o Ayam panggang : hindari daging yang masih utuh, haluskan ayam yang
telah ditambahi dengan bumbu untuk memikat.
o Kentang goreng : lebih baik ditumbuk agar lebih halus dan mudah dimakan
dapat juga digantikan dengan ubi jalar lainnya.
o Brokoli kukus : dibuat dalam bentuk puree.
o Margarin : ganti dengan bumbu atau minyak yang mengandung lemak tidak
jenuh.
o Buah persik kaleng: ganti dengan buah segar yang dihaluskan.
24. Deskripsikan potensi permasalahan gizi yang dapat Ny. R alami setelah keluar
dari rumah sakit. Rekomendasi apa yang anda buat untuk suami Ny. R untuk
mencegah terjadinya permasalahan gizi tersebut? Bagaimana cara untuk
mengawasi kemajuan Ny. R?
Permasalahan gizi yang dapat dialami pasien setelah keluar rumah sakit yakni
hiperlipidemia, hipertensi, serta kondisi disfagia. Pasien harus terus mengontrol dan
menjaga asupan makan agar kondisi semakin membaik dan terhindar dari berbagai
komplikasi. Pasien memiliki keterbatasan mobilitas dan berpotensi kesulitan
mengimplementasikan persiapan, pengolahan dan konsumsi makanan yang sesuai
dengan anjuran diet. Kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan kembali pasien
mengalami risiko malnutrisi dan defisit asupan makanan. Suami pasien berperan
penting dalam menunjang kesembuhan pasien, dimana beliau harus diedukasi
mengenai diet DASH dan dislipidemia serta disfagia, tatalsakana pengolahan makanan
misal modifikasi tekstur makanan sesuai anjuran, pemberian alat bantu makan dll.
Kemajuan pasien dapat diawasi melalui berbagai aspek, antara lain: evaluasi tekanan
darah menggunakan tensimeter; evaluasi profil lipid (LDL, HDL, trigliserida, total
kolesterol) menggunakan uji laboratorium; evaluasi asupan makan (penerimaan tekstur
dan jenis asupan) terutama energi, lemak, natrium melalui recall sesuai kebutuhan dan
kemampuan mengasup makanan dilihat dari kesulitan dan kemampuan fisik selama
makan; penimbangan BB badan secara teratur; serta disarankan untuk rutin konsultasi
kepada ahli gizi dan ahli terapi wicara (SPL).

25. Apakah Ny. R adalah kandidat yang cocok dalam program rehabilitasi stroke?
Mengapa?
Pasien merupakan kandidat yang cocok dalam program rehabilitasi stroke,
dimana pasien mengalami penurunan fungsi dan kekuatan motorik (terutama bagian
kanan tubuh), disfagia, dan kesulitan untuk berkomunikasi (disartria). Rehabilitasi
pasca stroke sebagai upaya mengembalikan kemampuan motorik dan meningkatkan
kualitas hidup, para penderita stroke dapat menjalani program rehabilitasi neurologis
dengan dipandu oleh terapis dan dokter. Rehabilitasi pasca stroke yang dini dan teratur
dapat mengembalikan kemampuan motorik para penderitanya secara bertahap hingga
kesehatan mereka dapat pulih kembali secara total. Pasien termasuk dalam fase akut,
dimana programnya akan dimulai sesudah prosesnya stabil, 24-72 jam sesudah
serangan. Sejak awal pada fase ini terapis wicara akan diikutsertakan untuk melatih
otot-otot menelan yang biasanya terganggu pada stadium akut. Psikolog dan pekerja
sosial medic untuk mengevaluasi status psikis dan membantu kesulitan keluarga.18
III. Lampiran
A. Analisis Zat Gizi Recall Pasien
==================================================================
Analysis of the food record
==================================================================
Food Amount energy carbohydr.
___________________________________________________________________________

BREAKFAST

Orange juice 236.6 g 106.3 kcal 20.8 g


Raisin bran 55 g 181.4 kcal 44.0 g
Milk 2% Fat (Susu 2% Lemak) 180 g 89.9 kcal 6.8 g
Banana fresh 100 g 95.1 kcal 21.4 g
Bean coffee (beverage) 100 g 2.2 kcal 0.3 g
Milk 2% Fat (Susu 2% Lemak) 20 g 10.0 kcal 0.8 g

Meal analysis: energy 484.9 kcal (27 %), carbohydrate 94.1 g (40 %)

LUNCH
Cheese tortellini 200 g 434.0 kcal 62.2 g
kaldu ayam 200 g 15.8 kcal 1.6 g
Crackers 25.6 g 96.3 kcal 19.2 g
Pear tinned drained 100 g 83.7 kcal 19.9 g
teh tawar 177.5 g 1.7 kcal 0.6 g

Meal analysis: energy 631.5 kcal (35 %), carbohydrate 103.4 g (44 %)

DINNER
daging ayam 83 g 236.5 kcal 0.0 g
kentang 100 g 93.0 kcal 21.6 g
Margarine for cooking 30 g 213.0 kcal 0.1 g
Broccoli fresh cooked 220 g 51.0 kcal 4.1 g
Margarine for cooking 5g 35.5 kcal 0.0 g
Peach tinned drained 70 g 53.5 kcal 12.5 g
teh tawar 177.5 g 1.7 kcal 0.6 g

Meal analysis: energy 684.1 kcal (38 %), carbohydrate 38.9 g (16 %)

==================================================================
Result
==================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
___________________________________________________________________________
energy 1800.5 kcal 2036.3 kcal 88 %
water 1071.4 g 2250.0 g 48 %
dietary fiber 22.2 g 30.0 g 74 %
carbohydr. 236.4 g(54%) 290.7 g(> 55 %) 81 %
protein 69.2 g(16%) 60.1 g(12 %) 115 %
fat 61.5 g(30%) 69.1 g(< 30 %) 89 %
sat. FA 21.0 g - -
m.uns.f.acids 18.3 g - -
PUFA 10.9 g 10.0 g 109 %
cholesterol 68.0 mg - -
sodium 2317.7 mg 2000.0 mg 116 %
potassium 2802.8 mg 3500.0 mg 80 %
calcium 753.8 mg 1000.0 mg 75 %
magnesium 193.7 mg 300.0 mg 65 %
DAFTAR PUSTAKA

1. Hariandja, Johanna Renny Octavia. Identifikasi Kebutuhan akan Sistem


Rehabilitasi Berbasis Teknologi Terjangkau untuk Penderita Stroke di
Indonesia. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Universitas Katolik Parahyangan. 2013.
2. Sloan E. Use of the NIH Stroke Scale (NIHSS) in Emergency Department
Patients with Acute Stroke. University of Illinois: College of Medicine. 2001.
3. National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI). Stroke. Diakses pada 17
Mei 2022. Tersedia pada: https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/stroke.
4. Mahan, K. & Raymond, J. L. KRAUSE’S Food & The Nutrition Care Process.
(Elsevier Inc., 2017).
5. Gurman, P., Miranda, OR., Nathan A., et al. Recombinant Tissue Plasminogen
Activator (rtPA): A Review. Clinical Pharmacology & Therapeutics. 2015;
97(3): 274-285.
6. Leighton, C. Clinical Bedside Swallowing Assessment. University of Iowa
Health Care. 2013.
7. United States Department of Labor. Occupational Outlook Handbook: Speech-
Language Pathologist. Amerika: United States Department of Labor. 2012.
8. Fynes MM, Smith C, Brodsky MB. The Modified Barium Swallow Study:
When, How, and Why?. Appl Radiol. 2019;48 supplement (5).
9. Mulyatsih, MG Enny. Pengaruh latihan Menelan Terhadap Status Fungsi
Menelan Pasien Stroke dengan Disfagia dalam Konteks Asuhan Keperawatan
di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan RSUP Fatmawati Jakarta.
Universitas Indonesia. 2009.
10. University of Maryland Baltimore Washington Medical Center. Modified
Barium Swallow. Tersedia: https://www.swedish.org/. Dikutip pada 17 Mei
2022.
11. Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Penuntun Diet
dan Terapi Gizi. 4th ed. Suharyati, Hartati BSA, Kresnawan T, Sunarti,
Hudayani F, Darmarini F, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2019.
12. Fischer, V. The Biology of Aging – Nutrition in Older Adults. FNES 365:
Nutrition Assessment and Counseling. Lecture conducted from CUNY Queens
College, Flushing, NY. 2013.
13. US Department of Health and Human Services. Your Guide to Lowering Your
Blood Pressure with DASH. Amerika: NIH Publication. 2006.
14. Suryani I, Isdiany N, Kusumayanti GA. Dietetik Penyakit Tidak Menular.
Indonesia: Kemenkes RI. 2018.
15. Madhavulu B, Mohan PR, Sreebushadnraju D. Accute Effect of Water Intake
on Blood Pressure in Healthy Individuals. Asian Pacific Journal of Health
Sciences. 2014; 1(4): 496-499.
16. Mardalena, Ida. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press. 2017.
17. Hasibuan AE, Fitri A, dkk. Hubungan Kadar Low-Density Lipoprotein
Cholesterol dengan Kejadian dan Keparahan Stroke Akut. Neurona. Juni
2015;32(2).
18. Lippert WC, Chadha R, Sweigart JR, et al. Things We Do for No Reason: The
Use of Thickened Liquids in Treating Hospitalized Adult Patients with
Dysphagia. Journal of Hospital Medicine. 2019; 14(5): 315-317.
19. Purwanti OS, Maliya A. Rehabilitasi Pasca Stroke. Berita Ilmu Keperawatan.
2008; 1(1). ISSN 1979-2697.

Anda mungkin juga menyukai