Untitled
Untitled
NIM : 22030119100117
Kelas : Ganjil (B)
- Efek samping akibat interaksi mengarah pada efek subterapeutik dan toksisitas obat.
- Penggunaan obat jangka panjang perubahan dalam penyerapan, katabolisme, atau
eliminasi nutrisi, sehingga mempengaruhi perubahan status gizi.
- Interaksi obat-nutrisi menghasilkan hasil positif atau negatif terkait dengan
pengendalian keadaan penyakit.
- Tidak semua obat-nutrisi berpengaruh (tergantung pada luasnya interaksi dan kisaran
konsentrasi terapeutik obat)
- Parameter pemantauan berat badan; status pro; kadar elektrolit serum, kalsium, fosfat,
magnesium, glukosa, dan kolesterol terol; status cairan; dan tekanan darah.
- Untuk menilai potensi interaksi obat-nutrisi diperlukan informasi mengenai obat dan
rejimennya (Tabel 2), waktu spesifik pemberian obat, dan waktu makan.
- Penggunaan garis waktu digunakan sebagai alat bantu visual untuk menghubungkan
asupan makanan dengan asupan obat dan alat pendidikan yang berguna untuk membantu
pasien merencanakan waktu pemberian obat mereka untuk mengoptimalkan pemberian
yang berkaitan dengan makanan.
1. Abacavir
o Diabsorbsi cepat dan ekstensif → pemberian oral
o Bioavabilitas tablet = 83%
o Dieliminasi secara metabolik melalui alkohol dehidrogenase
o Pemberian abacavir dan etanol secara bersamaan → peningkatan AUC Abacavir 41%
dan peningkatan paruh waktu Abacavir 26%
o Tersedia dalam produk kombinasi (Abacavir dan Lamivudine), dapat diberikan
dengan atau tanpa makanan
o Pemberian dengan makanan berlemak tinggi atau pemberian bersama makanan
menurunkan penyerapan 24% dibandingkan kondisi puasa
2. Didanosine
o Tersedia dalam bentuk kapsul berlapis enterik, dan formulasi buffer
o Lapisan enterik melindungi didanosine dari degradasi asam lambung
o Formulasi buffer → pada 30-60 menit sebelum atau 2 jam setelah makan
o Formulasi entericcoated → saat perut kosong
3. Emtricitabine
o Kapsul → dilakukan dengan pemberian oral
o Dikonsumsi dengan atau tanpa makanan
o Cmax berkurang 29% ketika bentuk kapsul diberikan dengan makanan tinggi lemak
1000 kkal
o AUC dan Cmax tidak terpengaruh ketika larutan oral diberikan dengan makanan
tinggi atau rendah lemak
4. Lamivudine
o Cepat diserap setelah pemberian oral
o Konsumsi tablet atau larutan oral
o Penyerapan lebih lambat dalam keadaan makan atau setelah makan jika dibandingkan
dengan keadaan berpuasa
o Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan
5. Stavudine
o Cepat diserap setelah pemberian oral dengan pencapaian Cmax dalam waktu 1 jam
o Tidak dipengaruhi makanan → dikonsumsi dengan atau tanpa makanan
6. Tenofovir
o Obat penghasil diester yang larut dalam air
o Pemberian tenofovir setelah makanan tinggi lemak meningkatkan AUC sekitar 40%,
peningkatan Cmax 14%, dan Tmax 1 jam
o Diberikan dengan makanan untuk meningkatkan bioavabilitasnya
7. Zalcitabine
o Diberikan oral kepada pasien yang terinfeksi HIV, memiliki bioavailabilitas absolut
rata-rata lebih dari 80%
o Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan konsumsi bersama Maalox dengan dosis
1,5mg mengakibatkan penurunan Cmax dan AUC
o Dianjurkan untuk tidak dikonsumsi bersamaan dengan produk yang mengandung
Mg/Al
8. Zidovudine
o Konsumsi makanan lemak tinggi → menurunkan laju penyerapan
o Bisa diberikan dengan atau tanpa memperhatikan makanan
o Lebih dianjurkan pada perut kosong atau bersama makanan rendah lemak
1. Delavirdine
o Pemberian dengan makanan → Cmax menurun
o Dianjurkan untuk diberikan dengan atau tanpa makanan
o Pemberian jus jeruk meningkatkan penyerapan Delavirdine
2. Efavirenz
o Pemberian dengan makanan tinggi lemak/kalori (sekitar 1000 kkal, 50–60% lemak)
→ meningkatkan AUC
o Efavirenz dalam bentuk produk kombinasi → diberikan pas waktu perut kosong
3. Etravirine
o Rekomendasi saat ini dikonsumsi setelah makan
4. Nevirapine
o Dianjurkan untuk diberikan dengan atau tanpa makanan, antasida yang mengandung
magnesium/alumunium, atau ddL
Protease Inhibitor
1. Amprenavir
o Dosis dewasa yang dianjurkan : 1744 IU (1200 mg/hari)
o Tidak diberikan bersamaan dengan suplemen Vitamin E
2. Fosamprenavir
o Dalam keadaan puasa, dosis : 1400 mg (suspensi 50 mg/mL dan tablet 700 mg)
3. Atanazavir
o Pemberian dengan makanan : meningkatkan bioavabilitas dan mengurangi variabilitas
farmakokinetik
o Pemberian dengan makanan ringan : peningkatan AUC dan peningkatan Cmax
o Pemberian dengan makanan tinggi lemak : peningkatan AUC, Cmax tetap
4. Darunavir
o Darunavir + Ritonavir : diberikan bersama dengan makanan AUC dan Cmax
meningkat kira-kira 30% lebih besar daripada keadaan puasa
5. Indivavir
o Indinavir cepat diserap dalam keadaan puasa
o Diberikan dengan makanan tinggi lemak : AUC dan Cmax berkurang
o Diberikan dengan makanan ringan : tidak ada perubahan AUC dan Cmax
o 400 mg Indinavir + 250 ml jus jeruk bali : penurunan AUC → dihindari
o Efek samping : nefrolitiasis (batu ginjal) → indinavir susah larut → sehingga,
diberikan setidaknya 32 ons air/hr
6. Lopinavir/Ritonavir
o AUC dan Cmax kondisi puasa 22% lebih rendah untuk cairan dibandingkan
dengan formulasi kapsul.
o Disarankan berikan dengan makanan untuk meningkatkan bioavaibilitas/hayati dan
meminimalisir variabilitas farmakokinetik
7. Nelfinavir
o Diberikan bersama makanan : konsentrasi plasma max dan AUC meningkat
o Disarankan diberikan dengan makanan : meningkatkan bioavabilitas
o Disfagia : boleh dilarutkan ke sedikit air, diaduk rata, minum, tuang air lagi ke gelas
dan minum lagi
8. Ritonavir
o Diberikan dengan atau tanpa makanan
o Lebih dianjurkan untuk menggunakan makanan meminimalkan efek merugikan
pada GI
o Dapat diencerkan dengan 240 mL susu coklat (pengenceran 1 jam setelah
pemberian)
9. Saquinavir
o Kapsul gelatin keras (invirasel)
o Pemberian bersama jus jeruk bali meningkatkan bioavailabilitas
o Pemberian dengan makanan tinggi lemak meningkatkan bioavaibilitas
o Disarankan dikonsumsi bersama makanan
10. Tipranavir
o Pemberian bersama makanan tinggi lemak meningkatkan bioavaibilitas
o Pertimbangan harus diberikan untuk memisahkan dosis tipranavir dengan ritonavir
dari pemberian antasida untuk mencegah penurunan penyerapan tipranavir
1. Maraviroc
o Reseptor antagonis kemokin → penghambat masuk untuk mencegah infeksi HIV
pada sel CD4 dengan memblokir kemokin 5 (CCR5)
o Pemberian bersama tablet maraviroc 300 mg dan makanan tinggi lemak
penurunan Cmax dan AUC masing-masing sebesar 33%
o Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan
o Dosis oral 1200 mg (orang sehat)
2. Raltegravir
o Menghambat aktifitas katalitik integrase HIV 1 → mencegah penyisipan kovalen
DNA HIV 1 linear yang tidak terintegrasi ke dalam genome sel inang → mencegah
pembentukan provirus HIV 1
o Raltegravir diserap dengan Tmax sekitar 3 jam pasca-dosis dalam keadaan puasa
Terapi Alternatif
1. Asam Aminisalisilic
o Formulasi butiran pelepasan bertahap menghindari tingkat puncak yang
tinggi yang menyebabkan toksisitas dan menghindari pembatasan pada saat
pengosongan lambung dari partikel besar
o Cepat terdegradasi dalam media asam
o Makanan agak asam seperti jeruk, ape, jus tomat, yoghurt atau saus apel
meningkatkan bioavailabilitas oral
o Jika memungkinkan, hindari pemberian antasid
2. Sikloserin
o Diabsorbsi baik setelah pemberian oral, dengan Tmax 2-4 jam
o Pemberian bersama makanan (makanan tinggi lemak, jus jeruk, antasid)
penurunan Cmax dan AUC tetap
o Dianjurkan diberikan tanpa makanan jika memungkinkan
3. Etambutol
o Cepat diserap setelah pemberian oral dengan Tmax 2-3 jam, bioavailabilitas
perkiraan 80%
o Pemberian bersama makanan tinggi lemak penundaan waktu untuk
mencapai kadar serum puncak, penurunan Cmax sebesar 16%, sedikit
berpengaruh pada tingkat penyerapan (yaitu, AUC)
o Diberikan dengan atau tanpa makanan, tetapi tidak boleh diberikan dengan
antasida.
4. Etionamida
o Tidak ada pengaruh pemberian ethionamide dengan makanan berlemak tinggi
atau antasida pada Cmax atau AUC
o Dapat diberikan tanpa memperhatikan makanan atau antasida
o Asupan berlebihan perlu dihindari reaksi psikotik
5. Isoniazid
o Makanan tinggi lemak mengurangi Cmax sebesar 51%, meningkatkan Tmax
dua kali lipat, dan mengurangi AUC sebesar 12%
o Diberikan pada saat perut kosong
o Bila memungkinkan hindari pemberian bersama antasida
6. Pirazinamid
o Dapat diberikan tanpa memperhatikan makanan, baik makanan tinggi lemak
maupun antasida karena tidak memiliki efek signifikan pada tingkat
penyerapan
7. Rifabutin
o Dapat diberikan dengan makanan
o Hindari pemberian dengan antasida sampai studi khusus lebih lanjut dilakukan
8. Rifampisin
o Rifampisin diserap dengan baik dari saluran GI, dengan Tmax sekitar 2 jam
(kisaran 2-4 jam)
o Pemberian antasida yang mengandung aluminium/magnesium tidak
berpengaruh pada ketersediaan hayati rifampisin
o Dianjurkan diminum saat perut kosong → meminimalkan potensi penurunan
penyerapan
9. Rifapentine
o Bioavailabilitas absolut rifapentin belum ditentukan
o Pemberian dengan makanan meningkatkan AUC dan Cmax
1. Adefovir
o Tersedia sebagai prodrug diester
o Bioavailabilitas oral sekitar 59%, dengan Tmax yang berkisar 0,58-4 jam
o Konsumsi dengan makanan tinggi lemak 1000 kkal tidak ada pengaruh
farmakokinetik
o Dianjurkan diberikan tanpa memperhatikan makanan
2. Ribavirin
o Diberikan secara oral cepat diserap melalui transporter nukleosida konsentratif
o Dianjurkan diberikan secara konsisten dengan makanan
o Makanan tinggi purin mengurangi bioavailabilitas ribavirin