Disusun Oleh:
Firma Hernik Saputri
H1AP14010
NPM : H1AP14010
Fakultas : Kedokteran
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II. DEFINISI DAN KRITERIA ..................................................................... 2
BAB III. PATOFISIOLOGI ................................................................................... 7
III.1 Obesitas Sentral ............................................................................ 8
III.2 Resistensi Insulin.......................................................................... 9
III.3 Dislipidemia ............................................................................... 10
III.4 Peran sistem Imunitas pada Resistensi Insulin ........................... 11
III.5 Hipertensi ................................................................................... 11
BAB IV. TATALAKSANA.................................................................................. 13
IV. 1 Tatalaksana Penyebab Sindroma Metabolik ............................. 13
IV.2 Tatalaksana Dislipidemia ........................................................... 14
IV.3 Resistensi Insulin ....................................................................... 19
IV.4 Hipertensi ................................................................................... 19
IV.5 Kondisi Proinflamasi ................................................................. 24
BAB V. KESIMPULAN ....................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
ii
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1
BAB II. DEFINISI DAN KRITERIA
2
cut-off yang digunakan juga dipengaruhi oleh etnik. Beberapa kriteria sindroma
metabolik dapat dilihat pada tabel 2.1.4
Kriteria yang diajukan oleh NCEP-ATP Ill lebih banyak digunakan, karena
lebih memudahkan seorang klinisi untuk mengidentifikasi seseorang dengan
sindroma metabolik. Sindrom metabolik ditegakkan apabila seseorang memiliki
sedikitnya 3 (tiga) kriteria.4
3
Tabel 2.1. Kriteria Sindroma Metabolik berdasarkan beberapa Organisasi4,6
Kriteria Klinis WHO (1998) EGIR ATP III (2001) AACE (2003) IDF(2005)
Resistensi TGT, GDPT, DMT2, Insulin plasma > Tidak ada, tetapi TGT atau GDPT Tidak ada
insulin atau sensitivitas insulin persentil ke-75 mempunyai 3 dari 5 ditambah salah satu dari
menurun* Ditambah dua dari kriteria berikut kiteria berikut
Ditambah 2 dari Kriteria kriteria berikut berdasarkan penilaian
berikut klinis
Berat badan Pria: rasio pinggang LP ≥ 94 cm pada pria LP ≥ 102 cm pada pria IMT ≥ 25 kg/m2 LP yang meningkat
panggul > 0,90 atau ≥ 80 cm pada atau ≥ 98 cm pada (spesifik tergantung
Wanita: rasio pinggang wanita wanita# populasi, dapat dilihat pada
panggul > 0,85 table 2.2) ditambah dari
Dan/atau IMT >30 kriteria berikut
kg/m2
Lipid TG ≥150 mg/dL TG ≥ 150 mg/dL dan TG ≥ 150 mg/dL TG ≥ 150 mg/dL dan TG ≥ 150 mg/dL atau dalam
dan/atau HDL-C < 35 atau HDL-C <39 HDL-C < 40 mg/dL pengobatan TG
mg/dL pada pria atau < mg/dL pada pria dan HDL-C < 40 mg/dL pada pria atau < 50 HDL-C < 40 mg/dL pada
39 mg/dL pada wanita wanita pada pria atau < 50 mg/dL pada wanita pria atau < 50 mg/dL pada
mg/dL pada wanita wanita atau dalam
pengobatan HDL-C
Tekanan Darah ≥ 140/90 mmHg ≥ 140/90 mmHg atau ≥ 130/85 mmHg ≥ 130/85 mmHg ≥ 130 mmHg sistolik atau ≥
dalam pengobatan 85 mmHg diastolic atau
hipertensi dalam pengobatan hipertensi
Glukosa TGT, GDPT, atau TGT atau GDPT (tetapi ≥ 110 mg/dL (termasuk TGT atau GDPT (tetapi ≥ 100 mg/dL (termasuk
DMT2 bukan diabetes) penderita diabetes)@ bukan diabetes) penderita diabetes)
Lainnya Mikroalbuminuria Kriteria resistensi
insulin lainnya$
DMT2 menunjukkan diabetes melitus tipe 2; LP, Lingkar pinggang; IMT, Indeks massa tubuh; dan TG, trigliserita, semua singkatan lainnya terdapat dalam teks
*Sensitivitas insulin diukur pada kondisi euglikemia hiperinsulinemia, ambilan glukosa di bawah kuartil terendah sebagai latar belakang populasi yang diteliti
#
Beberapa pasien pria dapat akan mempunyai faktor-faktor risiko metabolik saat lingkar pinggang meningkat meskipun hanya sampai nilai ambang (yakni 94
hingga 102 cm [37 sampai 39 inci]). Pasien seperti itu mungkin mempunyai kontribusi genetik yang cukup kuat terhadap resistensi insulin. Mereka akan
mendapatkan manfaat dari perubahan kebiasaandan gaya hidup, seperti halnya pria dengan peningkatan lingkar pinggang kategorik
@
Definisi tahun 2001 menilai kadar glukosa puasa ≥ 110 mg/dL (6,l mmol/L) sebagai kadar yang meningkat. Nilai ini dimodifikasi pada tahun 2004 menjadi >
100 mg/dL (5,6 mmol/L), sesuai dengan defirisi terkini dari American Diabetes Association mengenai definisi GDPT.
4
$
Meliputi riwayat penyakit keluarga berupa diabetes melitus tipe 2, sindroma ovarium polikistik, gaya hidup yang kurang banyak gerak, usia lanjut dan etnis
tertentu yang rentan terhadap diabetes melitus tipe
5
Tabel 2.2. Cut-off Lingkar Pinggang Spesifik tergantung Populasi dan Jenis
Kelamin3
Negara/Etnis Lingkar Pinggang
Eropa Laki-laki ≥ 94 cm
Amerika Serikat menggunakan nilai ATP
III (102 cm untuk laki-laki; 82 cm untuk
Perempuan ≥ 80 cm
perempuan) kemungkinan akan terus
digunakan.
Asia Selatan Laki-laki ≥ 90 cm
Berdasarkan populasi Cina, Malaysia, dan
Perempuan ≥ 80 cm
Asia-India
Laki-laki ≥ 90 cm
Cina
Perempuan ≥ 80 cm
Laki-laki ≥ 90 cm
Jepang
Perempuan ≥ 80 cm
Menggunakan rekomendasi Asia
Etnis Amerika Selatan dan Tengah Selatan sampai terdapat data yang
lebih spesifik
Menggunakan rekomendasi Eropa
Afrika Sub-Saharan sampai terdapat data yang lebih
spesifik
Menggunakan rekomendasi Eropa
Mediteranen timur dan Timur Tengah
sampai terdapat data yang lebih
(Arab)
spesifik
6
BAB III. PATOFISIOLOGI
7
III.1 Obesitas Sentral
Jaringan lemak abdominal terdiri dari jaringan lemak visceral,
retroperitoneal, dan subkutaneus (Gambar 2.2). Penumpukan lemak pada ketiga
jaringan ini dapat menyebabkan obesitas sentral.8 Obesitas sentral digambarkan
dengan lingkar perut yang berlebihan.4 Cut-off lingkar perut berbeda-beda,
tergantung etnis dan jenis kelamin.9 Pengukuran lingkar pinggang pada obesitas
sentral lebih baik dibandingkan dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT)
untuk memprediksi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.10
8
sebagai adipokinase, yaitu gliserol, free fatty acids (FFA), mediator proinflamasi
(tumor necrosis factor alpha (TNF α) dan interleukin-6 (IL-6)), plasminogen
activator inhibitor-1 (PAI-1), serta C-reactive protein (CRP).4,6
Sejauh ini belum disepakati pengukuran yang ideal dan praktis untuk
resistensi insulin. Resistensi insulin ini biasa disebut juga dengan pre-diabetes.
Pre-diabetes adalah kondisi abnormalitas metabolisme glukosa yang ditandai
dengan peningkatan gula darah puasa yang disebut dengan gula darah puasa
terganggu (GDPT) dan/atau peningkatan gula darah post-prandial yang disebut
9
dengan Toleransi glukosa terganggu (TGT). Kriteria GDPT dan TGT dapat dilihat
pada tabel 2.3. berikut ini.12
III.3 Dislipidemia
Dislipidemia yang khas pada sindroma metabolik ditandai dengan
peningkatan trigliserida dan penurunan kolesterol HDL. Kolesterol LDL biasanya
normal, namun mengalami perubahan struktur berupa peningkatan small dense
LDL.2 Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan
trigliserida meurut NCEP ATP III dapat dilihat pada tabel 2.4.13
10
Resistensi insulin yang memicu terjadinya dislipdemia dengan beberapa
cara. Pertama, Insulin normalnya menekan terjadinya lipolisis di adiposit,
sehingga terjadinya peningkatan lipolisis akibat kegagalan dari jalur signal
insulin. Peningkatan lipolisis ini akan menyebabkan peningkatan level asam
lemak bebas di darah. Asam lemak bebas merupakan substrat untuk sintesis
trigliserida di hati. Kedua, berperan dalam menstabilkan produksi apoB, yaitu
lipoprotein utama dari partikel very low density lipoprotein (VLDL). Insulin
normalnya menurunkan produksi apoB melalui jalur Phosphatidyl-Inositol-3-
kinase (PI3K), jadi resistensi insulin secara langsung meningkatkan produksi
VLDL Ketiga, insulin insulin bekerja sebagai regulator dari aktivasi apoprotein
lipase yang berperan dalam VLDL clearence. Resistensi insulin menyebabkan
aktivasi lipoprotein lipase menurun dan VLDL clearence menurun. VLDL akan
dimetabolisme menjadi lipoprotein sisa dan LDL yang dapat memicu
terbentuknya atheroma. Gangguan pada metabolisme lemak ini berhubungan erat
dengan stress oksidatif disfungsi endotel yang akan meningkatkan proses
inflamasi makrovaskuler pada penyakit aterosklerosis.6
III.5 Hipertensi
Hipertensi juga berhubungan dengan kelainan metabolik yang berat, seperti
obesitas, toleransi glukosa, dan dan dislipidemia. Pada resistensi insulin terjadi
peningkatan kadar glukosa darah dan karar insulin dalam darah. Hiperglikemia
11
dan hiperinsulinemia dapat mengaktifkan renin angiotensin system (RAS) dengan
cara meningkatkan angiotensinogen, angiotensin II, dan reseptor angiotensisin I.
Hiperinsulinemia juga dapat juga merangsang sistem saraf simpatis yang
mengakibatkan peningkatan penyerapan natrium di ginjal, meningkatkan kardiak
output, dan vasokontriksi. Keadaan inilah yang mendasari terjadinya hipertensi
pada keadaan resistensi insulin. Selain itu, adiposit juga dapat memproduksi
aldosteron sebagai respon dari peningkatan angiotensin II, sehingga adiposit juga
biasa disebut sebagai miniatur dari renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS).6
12
BAB IV. TATALAKSANA
13
IV.2 Tatalaksana Dislipidemia
Langkah awal penatalaksanaan dislipidemia harus dimulai dengan penilaian
jumlah faktor risiko koroner yang ditemukan pada pasien tersebut (risk asessment)
untuk menentukan sasaran kolesterol-LDL yang harus dicapai (Gambar 4.1 dan
Gambar 4.2). Penatalaksanaan dislipidemia terdiri dari penatalaksanaan non-
farmakologis dan farmakologis. Dianjurkan pada semua pasien dislipidemia harus
dimulai dengan pengobatan non-farmakologi terlebih dahulu, baru dilanjutkan
dengan pemberian obat penurun lipid. Pada umumnya, pengobatan non-
farmakologi dilakukan selama tiga bulan sebelum memutuskan untuk
menggunakan terapi farmakologis.13
Terapi non-farmakologis pada dislipidemia berupa konseling intervensi
gaya hidup, Pentingnya konseling intervensi gaya hidup terutama berhubungan
dengan perubahan positif terhadap perilaku untuk mengontrol profil lipid.
Tujuan intervensi gaya hidup adalah untuk mengurangi kolesterol LDL,
mengurangi konsentrasi TG, dan meningkatkan kolesterol HDL. Usaha yang
dapat dilakukan antara lain mengurangi asupan asam lemak jenuh, meningkatkan
asupan serat, mengurangi asupan karbohidrat dan alkohol, meningkatkan aktivitas
fisik sehari-hari, mengurangi berat badan berlebih, dan menghentikan kebiasaan
merokok.16
14
Golongan Disarankan Konsumsi Konsumsi kadang-
seperlunya kadang dengan jumlah
terbatas
Sereal Whole grain Roti olahan, nasi dan Kue-kue, muffin, pai,
pasta, biskuit, corn croissant
flake
Sayuran Sayur mentah Kentang Sayuran yang dimasak
maupun dengan mentega atau krim
matang
Tumbuhan Lentil, kacang
polong polong, kacang
fava, buncis,
kedelai
Buah-buahan Buah segar Buah yang
atau beku dikeringkan, jeli, selai,
buah kalengan, es krim
rasa buah (sorbet), es
loli, jus buah
Gula-gula dan Pemanis tanpa Sukrosa, madu, coklat, Cake, es krim, fruktosa,
pemanis permen minuman ringan (soft
kalori
drink)
Daging dan Ikan berminyak Potongan sapi, domba, Sosis, salami, bacon, spare
ikan maupun tanpa rib, hot dog, jeroan
minyak, produk babi atau sapi muda
unggas tanpa tanpa lemak, hidangan
kulit
laut, kerang- kerangan
Produk susu Susu dan Susu dan keju rendah Keju reguler, krim, susu dan
dan telur yogurt skim lemak, produk susu yogurt biasa
lain, telur
Lemak Cuka, mustard, Minyak zaitun, minyak Lemak trans dan margarin
memasak dan saos/dressing sayuran non-tropis, padat (sebaiknya dihindari),
dressing bebas lemak margarin lembut, salad minyak sawit dan kelapa,
dressing, mayones, saos mentega, lemak babi, lemak
tomat bacon
Tabel 3.2 Rekomendasi diet untuk menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan
profil lipid lainnya.16
Tujuan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah mencapai berat
badan ideal, mengurangi risiko terjadinya sindrom metabolik, dan mengontrol
faktor risiko PJK. Pengaruh aktivitas fisik terhadap parameter lipid terutama berupa
15
penurunan TG dan peningkatan kolesterol HDL. Olahraga aerobik dapat
menurunkan konsentrasi TG sampai 20% dan meningkatkan konsentrasi
kolesterol HDL sampai 10%. Sementara itu, olahraga berupa latihan resistensi
hanya menurunkan TG sebesar 5% tanpa pengaruh terhadap konsentrasi HDL.
Efek penurunan TG dari aktivitas fisik sangat tergantung pada konsentrasi TG
awal, tingkat aktivitas fisik, dan penurunan berat badan.111-113 Tanpa disertai
diet dan penurunan berat badan, aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap
kolesterol total dan LDL.
Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah aktivitas yang terukur seperti jalan
cepat 30 menit per hari selama 5 hari per minggu atau aktivitas lain setara
dengan 4-7 kkal/menit atau 3-6 METs. Beberapa jenis latihan fisik lainnya antara
lain.17
• Berjalan cepat (4,8-6,4 km per jam) selama 30-40 menit
• Berenang selama 20 menit
• Bersepeda baik untuk kesenangan atau transportasi, jarak 8 km dalam
30 menit
• Bermain voli selama 45 menit
• Menyapu halaman selama 30 menit
• Menggunakan mesin pemotong rumput yang didorong selama 30 menit
• Membersihkan rumah (secara besar-besaran)
• Bermain basket selama 15 hingga 20 menit
• Bermain golf tanpa caddy (mengangkat peralatan golf sendiri)
• Berdansa selama 30 menit
16
Gambar 2.4. Urutan Penatalaksanaan Dislipidemia13
17
Gambar 2.5. Bagan Penatalaksanaan Dislipidemia. A. Faktor risiko 0 – 1, B.
Faktor risiko multipel > 2, C. Faktor risiko tinggi13
18
IV.3 Resistensi Insulin
Resistensi insulin tidak perlu pengobatan khusus, kecuali pasien telah
mengalami diabetes melitus. Terapi untuk resistensi insulin, yaitu dengan
memperbaiki gaya hidup.4
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan
jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka
yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi
insulin itu sendiri.
IV.4 Hipertensi
Turunkan Tekanan darah, setidaknya mencapai < 140/90mmHg atau <
130/80 mmHg bila terdapat diabetes. Kurangi TD lebih lanjut sebisa mungkin
melalui perubahan gaya hidup.2 Jika memerlukan obat maka ikuti petunjuk
pengobatan JNC VIII.4
19
• Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah dan secara umum sangat menguntungkan dalam
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang
menderita hipertensi derajat 1 tanpa faktor risiko kardiovaskular lain,
maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana awal yang harus
dijalani setidaknya selama 4-6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut
tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau
didapatkan faktHemoglobin 6,9gr/dL
• Hematokrit 40%
• Trombosit 165.000
• Leukosit 5.300
• Gula darah sewaktu 119
• SGOT 30
• SGPT22
• HBSAg (+)
• Hemoglobin 6,9gr/dL
• Hematokrit 40%
• Trombosit 165.000
• Leukosit 5.300
• Gula darah sewaktu 119
• SGOT 30
• SGPT22
• HBSAg (+)
• Hemoglobin 6,9gr/dL
• Hematokrit 40%
• Trombosit 165.000
• Leukosit 5.300
• Gula darah sewaktu 119
• SGOT 30
20
• SGPT22
• HBSAg (+)
• Hemoglobin 6,9gr/dL
• Hematokrit 40%
• Trombosit 165.000
• Leukosit 5.300
• Gula darah sewaktu 119
• SGOT 30
• SGPHemoglobin 6,9gr/dL
• Hematokrit 40%
• Trombosit 165.000
• Leukosit 5.300
• Gula darah sewaktu 119
• SGOT 30
• SGPT22
• HBSAg (+)
• T22
• HBSAg (+)
or risiko kardiovaskular yang lain maka sangat dianjurkan untuk memulai
terapi farmakologi.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah
penurunan berat badan, mengganti makanan yang tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayur dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang
lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.15
Mengurangi asupan garam. Negara kita makanan tinggi garam dan lemak
merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula
pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan
kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga
bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi
21
derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2gr/hari. Olahraga.
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30-60 menit/hari, minimal 3
hari/minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Pasien yang tidak
memiliki waktu khusus untuk berolahraga, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk
berjalan kaki, mengendarai sepeda, atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin
mereka di tempat kerja.18
Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol belum
menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin
hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup.
Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada
wanita dapat meningkatkan tekanan darah. Pembatasan atau menghentikan
konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.18
Berhenti merokok walaupun belum terbukti berefek langsung dan
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko
utama penyakit kardiovaskular dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti
merokokok.18
22
Gambar 4.4 Panduan algoritma Hipertensi menurut JNC VIII.15
23
IV.5 Kondisi Proinflamasi
Pertimbangkan profilaksis aspirin dosis rendah untuk pasien-pasien yang
berisiko tinggi sedang. Tidak ada terapi yang spesifik, kecuali perbaiki gaya
hidup.4
24
BAB V. KESIMPULAN
25
selanjutnya akan meningkatkan keadaan protrombotik yang dapat
meningkatkan kejadiaan aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular, namun
belum didapatkan kesepakatan alur diagnosis yang mampu menggabungkan
keduanya.
Hipertensi
Pada resistensi insulin terjadi peningkatan kadar glukosa darah dan karar
insulin dalam darah. Hiperglikemia dan hiperinsulinemia dapat mengaktifkan
renin angiotensin system (RAS) dengan cara meningkatkan angiotensinogen,
angiotensin II, dan reseptor angiotensisn I. Selain itu, adiposit juga dapat
memproduksi aldosteron sebagai respon dari peningkatan angiotensin II,
sehingga adiposit juga biasa disebut sebagai miniatur dari renin-angiotensin-
aldosteron system (RAAS).
Penatalaksanaan sindroma metabolik masih berdasarkan dari masing-
masing komponennya. Tatalaksana pada sindroma metabolik bertujuan untuk
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan risiko diabetes melitus tipe 2 pada
pasien yang belum diabetes. Tatalaksana non-farmakologi lebih diutamakan
dibandingkan dengan terapi farmakologi.
Mengatasi inaktivitas fisik, pasien disarankan untuk melakukan aktivitas
fisik intensitas sedang secara teratur, setidaknya 30 menit secara kontinu maupun
intermiten (dan lebih baik bila ≥ 60 menit), 5 hari/minggu, tetapi lebih baik lagi
bila dilakukan setiap hari.
Pasien juga disarankan untuk mengurangi asupan lemak jenuh, lemak trans,
dan kolesterol. Makanan yang direkomendasikan, yaitu lemak jenuh < 7% kalori
total, kurangi lernak trans, kolesterol dalam diet < 200 mg/dL, lernak total 25%
hingga 35% kalori total. Sebagian besar diet lemak sebaiknya berupa lemak tidak
jenuh; gula sederhana harus dibatasi.
Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol belum
menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin
hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup.
Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada
26
wanita dapat meningkatkan tekanan darah. Pembatasan atau menghentikan
konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
Berhenti merokok walaupun belum terbukti berefek langsung dan
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko
utama penyakit kardiovaskular dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti
merokokok.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
(NCEP) Expert Panel on Detection Evaluation and Treatment of High Blood
Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). Third Report of the
National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult
Treatment Panel III): Final Report. Washington, DC: National Institutes of
Health, National Heart, Lung, and Blood Institute 2002;NIH Publication
No.02:5215
18. Soenarta Ann, et al., Pedoman dan Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
Kardiovaskular. PERKI: 2015.
29