Anda di halaman 1dari 34

DEMENSIA

IRA RISTINAWATI

DEPARTEMEN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/


RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Definisi

 Demensia adalah sindrom penurunan fungsi intelektual


dibanding sebelumnya yang cukup berat sehingga
mengganggu aktivitas sosial dan professional yang tercermin
dalam aktivitas hidup keseharian, biasanya ditemukan juga
perubahan perilaku dan tidak disebabkan oleh delirium
maupun gangguan psikiatri mayor
Anamnesis

 Awitan
 Pola perubahan domain kognisi dan non kognisi
 Riwayat medis umum
 Riwayat neurologi,
 Riwayat psikiatri
 Riwayat obat-obatan
 Riwayat keluarga perlu untuk menentukan penyakit yang mendasari atau
kondisi medis yang berkaitan dengan demensia.
Tanda dan Gejala Demensia

Penurunan daya Disorientasi pada


tempat, orang, Masalah
ingat Masalah bahasa visuospasial
dan waktu

Kesulitan berpikir
Penurunan Kesulitan Perubahan mood abstrak,
melakukan tugas reasoning,
konsentrasi yang kompleks dan perilaku problem-solving,
dan judgment

5
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan fisik umum


 Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan Kognisi / Fungsional

 Pemeriksaan kognisi sederhana:


➢ AD8-INA
➢ Mini Mental State Examination (MMSE)
➢ Clock Drawing Test (CDT)
➢ Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-INA)
• Pemeriksaan kognisi lengkap:
➢ Consortioum to Establish A Registry for Alzheimer’s Disease (CERAD)
• Pemeriksaan Aktivitas Fungsional
➢ ADL/IADL Katz atau Lawton
Kriteria Diagnosis

Berdasarkan rekomendasi the National Institute on Aging and the Alzheimer’s Disease
Association workgroup tahun 2011, diagnosis ditegakkan bila ditemukan gejala
kognisi dan perilaku (neuropsikiatrik) yang:
1. Mengganggu kemampuan fungsional di pekerjaan atau aktivitas keseharian; dan
2. Merupakan penurunan dari tingkat fungsi dan performa sebelumnya; dan
3. Tidak dapat disebabkan oleh delirium atau gangguan psikiatri mayor;
4. Gangguan kognisi dideteksi dan didiagnosis melalui kombinasi dari (1) pengambilan
riwayat penyakit dari pasien dan informan yang mengetahui kondisi pasien dan (2)
pemeriksaan objektif kognisi baik berupa pemeriksaan status mental bedside
maupun berupa tes neuropsikologi. Tes neuropsikologi lengkap diperlukan ketika
riwayat penyakit rutin dan pemeriksaan status mental bedside tidak dapat
memberikan diagnosis yang meyakinkan.
Kriteria Diagnosis

5. Gangguan kognisi dan perilaku mencakup minimum dua dari domain- domain berikut:

 Gangguan kemampuan untuk mendapatkan dan mengingat informasi baru. Gejala meliputi
pertanyaan dan percakapan diulang- ulang, salah meletakkan barang milik pribadi, melupakan
kejadian atau janji, sesat di jalan yang telah dikenal baik sebelumnya.

 Gangguan logika dan penanganan tugas kompleks, pengambilan keputusan yang buruk.
Gejala berupa gangguan mengerti risiko keselamatan, tidak dapat mengatur keuangan,
kemampuan pengambilan keputusan yang buruk, tidak mampu merencanakan aktivitas
kompleks dan berurutan.
Kriteria Diagnosis

 Gangguan kemampuan visuospasial. Gejala meliputi ketidakmampuan mengenali wjah atau


objek keseharian dalam pandangan langsung walaupun penglihatan normal, ketidakmampuan
untuk melaksanakan suatu prosedur sederhana atau berpakaian.

 Gangguan fungsi berbahasa (berbicara, membaca dan menulis). Gejala meliputi kesulitan
memikirkan kata yang dipakai sehari-hari saat berbicara dan keraguan dalam berbicara,
mengeja dan menulis.

 Gangguan kepribadian, perilaku atau penampilan. Gejala meliputi fluktuasi mood yang
tidak khas seperti agitasi, gangguan motivasi, inisiatif, apati, kehilangan dorongan
berbuat, menarik diri dari interaksi, berkurangnya minat terhadap aktivitas sebelumnya,
kehilangan empati, perilaku kompulsif atau obsesif, perilaku yang tidak dapat diterima
masyarakat.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang

 Untuk pemantauan progresitas dan derajat keparahan demensia


 Untuk mendeteksi adanya gejala non kognisi
➢ Geriatric Depression Scale (GDS)
➢ Neuropsychiatric Inventory (NPI)

 Pemeriksaan Laboratorium untuk komorbiditas


Tes hematologi rutin (Hb, Hematokrit, Leukosit, Trombosit, Hitung jenis, Laju Endap Darah)
Tes biokimia meliputi elektrolit, glukosa, fungsi renal dan hepar, tes fungsi tiroid, Kadar
serum vitamin B12
 Neuroimaging
➢ Structural Imaging: CT Scan dan MRI
➢ Functional Imaging: MRS, PET, dan SPECT
 Pemeriksaan Tambahan
➢ Pemeriksaan EEG, cairan otak, tes TPHA/VDRL, HIV atas indikasi klinis
Demensia Alzheimer

 Penyakit Alzheimer (PA) masih merupakan penyakit neurodegeneratif yang tersering (60-
80%). Karateristik klinik berupa berupa penurunan progresif memori episodik dan fungsi
kortikal lain. Diagnosis klinis dapat dibuat dengan akurat pada sebagian besar kasus (90%)
walaupun diagnosis pasti tetap membutuhkan biopsi otak yang menunjukkan adanya plak
neuritik (deposit β- amiloid40 dan β-amiloid42) serta neurofibrilary tangle
(hypertphosphorylated protein tau). Saat ini terdapat kecenderungan melibatkan
pemeriksaan biomarka neuroimaging (MRI struktural dan fungsional) dan cairan otak (β-
amiloid dan protein tau) untuk menambah akurasi diagnosis.
1
15
Faktor Resiko Demensia Alzheimer

Usia Wanita Diabetes Mellitus

Riwayat
Hipertensi Trauma Kepala
keluarga
16
Patofisiologi dari Demensia Alzheimer
Hallmark dari Demensia Alzheimer

• Terjadi akumulasi dari plak amyloid diantara


neuron

• Beta amyloid adalah fragmen protein yang


lepas dari amyloid precursor protein (APP).

• Pada kondisi normal, protein tersebut akan


terdegradasi dan dieliminasi.

• Pada demensia Alzheimer, fragmen tersebut


akan terakumulasi dan membentuk plak

1
Hallmark dari Demensia Alzheimer

• Neurofibrilarry tangles (NFT) adalah jaringan ikat


insoluable yang dapat ditemukan pada neuron.

• NFT terdiri dari protein Tau, yang merupakan bagian


dari mikrotubulus neuron

• Mikrotubulus adalah organel sel yang berfungsi


sebagai sarana transpor berbagai substansi di dalam
sel

• Pada demensia Alzheimer, terdapat abnormalitas


protein Tau, sehingga terjadi kolaps dari
mikrotubulus

1
19
20
Demensia Vaskuler

 Vascular cognitive impairment (VCI) merupakan terminologi yang memuat defisit kognisi
yang luas mulai dari gangguan kognisi ringan sampai demensia yang dihubungkan
dengan faktor risiko vaskuler. Penuntun praktik klinik ini hanya fokus pada demensia
vaskuler (DV).
 DV adalah penyakit heterogen dengan patologi vaskuler yang luas termasuk infark
tunggal strategi, demensia multi-infark, lesi kortikal iskemik, stroke perdarahan, gangguan
hipoperfusi, gangguan hipoksik dan demensia tipe campuran (PA dan stroke / lesi
vaskuler).6 Faktor risiko mayor kardiovaskuler berhubungan dengan kejadian
ateroskerosis dan DV. Faktor risiko vaskuler ini juga memacu terjadinya stroke akut yang
merupakan faktor risiko untuk terjadinya DV. CADASIL (cerebral autosomal dominant
arteriopathy with subcortical infarcts and leucoensefalopathy), adalah bentuk small
vessel disease usia dini dengan lesi iskemik luas white matter dan stroke lakuner yang
bersifat herediter
Demensia Lewy Body

 Demensia Lewy Body (DLB) adalah jenis demensia yang sering ditemukan. Sekitar 15-25%
dari kasus otopsi demensia menemui kriteria demensia ini. Gejala inti demensia ini
berupa demensia dengan fluktuasi kognisi, halusinasi visual yang nyata (vivid) dan
terjadi pada awal perjalanan penyakit orang dengan Parkinsonism. Gejala yang
mendukung diagnosis berupa kejadian jatuh berulang dan sinkope, sensitif terhadap
neuroleptik, delusi dan atau halusinasi modalitas lain yang sistematik. Juga terdapat
tumpang tindih temuan patologi antara DLB dan PA.10 Namun secara klinis orang
dengan DLB cenderung mengalami gangguan fungsi eksekutif dan visuospasial
sedangkan performa memori verbalnya relatif baik jika dibanding dengan PA yang
terutama mengenai memori verbal.
Demensia Penyakit Parkinson

 Demensia Penyakit Parkinson (DPP) adalah bentuk demensia yang juga


sering ditemukan. Prevalensi DPP 23-32%, enam kali lipat dibanding
populasi umum (3-4%). Secara klinis, sulit membedakan antara DLB dan
DPP. Pada DLB, awitan demensia dan Parkinsonism harus terjadi dalam
satu tahun sedangkan pada DPP gangguan fungsi motorik terjadi
bertahun-tahun sebelum demensia (10-15 tahun).
Demensia Frontotemporal

 Demensia Frontotemporal (DFT) adalah jenis tersering dari Demensia Lobus


Frontotemporal (DLFT). Terjadi pada usia muda (early onset dementia/EOD) sebelum
umur 65 tahun dengan rerata usia adalah 52,8 - 56 tahun. Karakteristik klinis berupa
perburukan progresif perilaku dan atau kognisi pada observasi atau riwayat penyakit.
Gejala yang menyokong yaitu pada tahap dini (3 tahun pertama) terjadi perilaku
disinhibisi, apati atau inersia, kehilangan simpati/empati, perseverasi, steriotipi atau
perlaku kompulsif/ritual, hiperoralitas/perubahan diet dan gangguan fungsi eksekutif
tanpa gangguan memori dan visuospasial pada pemeriksaan neuropsikologi.
 Pada pemeriksaan CT/MRI ditemukan atrofi lobus frontal dan atau anterior temporal dan
hipoperfusi frontal atau hipometabolism pada SPECT atau PET. Dua jenis DLFT lain yaitu
Demensia Semantik (DS) dan Primary Non-Fluent Aphasia (PNFA), dimana gambaran
disfungsi bahasa adalah dominan disertai gangguan perilaku lainnya. Kejadian DFT dan
Demensia Semantik (DS) masing-masing adalah 40% dan kejadian PNFA sebanyak 20%
dari total DLFT.
Tata Laksana

 Terapi Farmakologi
✓ Harus sejalan dengan intervensi psikososial untuk memperbaiki kognisi,
✓ fungsi dan perilaku.
✓ Harus dinilai secara berkala setiap 3 bulan meliputi fungsi kognisi, fungsi
✓ secara global dan perilaku
✓ Evaluasi harus melibatkan penilaian keluarga
Demensia Alzheimer ringan dan sedang
1. Penyekat Kolinesterase
✓Donepezil. Dosis awal 1x 2,5 - 5 mg, naikkan setiap 4-8 minggu sampai mencapai 1x
10 mg
✓Rivastigmin patch. Dosis awal patch 4,6mg/24jam naikkan hingga 9,5mg/24jam
setelah 4 minggu
✓Galantamin. Dosis awal 2x4mg, naikkan setelah 4 minggu 2x8 mg tablet atau 1x16 mg
PR capsul
Efek samping: mual, muntah, diare dan bradikardi pernah dilaporkan

Alternatif terapi
o Ekstrak Ginkgo Biloba 761 (EGB761). Dosis 2x120mg.
Demensia Alzheimer sedang dan berat
 Donepezil.
 Antagonis reseptor MNDA Memantin. Dosis awal: 1x5 mg, naikkan
5 mg tiap minggu sampai dosis 2x10mg
 Demensia Vaskuler
o Penyekat Kolinesterase.
o Kontrol faktor risiko vaskuler

 Demensia Lewy Body


o Penyekat Kolinesterase terutama Rivastigmin

 Demensia Frontotemporal
o Tidak dianjurkan Penyekat Kolinesterase
o Tidak dianjurkan Memantine
 2. Terapi Farmakologi Gejala Non-Kognisi
a. Agitasi, agresi dan psikotik
o Penguat Kognisi
o Penyekat kolinesterase
o Antagonis reseptor NMDA Memantin
o Antipsikotik sebaiknya tidak digunakan secara rutin
Bila gejala berat, tidak memiliki pemicu yang jelas atau terjadi pada kondisi di mana
keluarga tidak dapat mengatasi gejala perilaku yang serius yang berbahaya bagi pasien
maupun keluarga boleh dipertimbangkan pemberian obat antipsikotik
o Terapi harus memiliki target spesifik, titrasi mulai dosis rendah dalam waktu terbatas dan
biasanya tidak lewat 3 bulan.
 Bila diindikasikan, sebaiknya pertimbangkan pemberian antipsikotik
atipikal
1. Risperidon, dosis rata-rata 1 mg/hari
2. Olanzepin, dosis rata-rata 4mg/hari
o Keluarga harus diberitahu tentang efek samping tentang komplikasi serebrovaskuler
serius), jatuh dan gejala ekstrapiramidal

b. Depresi dan gangguan mood


o Antidepresan golongan SSRI
B. Intervensi Non-Farmakologi

1. Mempertahankan fungsi
 Peningkatan kemandirian: strategi komunikasi, pelatihan keterampilan ADL,
perencanaan kegiatan, teknologi berbantu seperti telecare/ adaptive aids, olahraga,
program rehabilitasi dan intervensi kombinasi.
 Mempertahankan fungsi kognitif: stimulasi kognisi, pelatihan kognisi, dan rehabilitasi
kognisi, terapi orientasi realitas dan terapi reminiscence.
B. Intervensi Non-Farmakologi

2. Manajemen perubahan perilaku-agitasi, agresi, dan psikosis


a. Pendekatan manajemen perilaku
b. Terapi musik
c. Aktivitas fisik/program mobilisasi
d. Terapi validasi
e. Stimulasi multisensorik dan/atau terapi snoezelen f. Terapi pijat dan sentuhan
g. Aromaterapi
h. Terapi cahaya

3. Mengurangi masalah kecemasan dan depresi


8. Edukasi
 Penjelasan mengenai diagnosis demensia, kemugkinan etiologi dan kondisi lain yang
berkaitan diagnosis.
 Penjelasan mengenai perjalanan penyakit dan kemungkinan komplikasi yang akan
terjadi di masa mendatang.
 Penjelasan mengenai sarana kesehatan yang dapat dipakai dan peran keluarga dalam
mempertahankan kemampuan fungsional pasien.
 Penjelasan mengenai pendekatan perilaku keluarga dalam rangka mencegah dan
menghadapi gejala-gejala non kognisi (behavioral psychological symptoms of
dementia) yang mungkin terjadi.
 Penjelasan mengenai obat-obatan yang dapat dipakai untuk mempertahankan kognisi,
fungsional dan memperbaiki perilaku serta efek samping pengobatannya.
 Penjelasan mengenai masalah perawatan di rumah sakit, pendekatan pengobatan dan
tatalaksana di akhir hidup pasien demensia fase terminal.
 Sumber Pustaka
1. Buku PPK Neurologi
2. PPK Demensia
Terima Kasih

“creating memories is the most precious part of love”

Anda mungkin juga menyukai