Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk
proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Kognitif
memberikan peran penting dalam intilegensi seseorang, yang paling utama adalah
mengingat, dimana proses tersebut melibatkan fungsi kerja otak untuk merekam dan
memanggil ulang semua atau beberapa kejadian yang pernah dialami. Kognitif
meliputi kemampuan otak untuk memproses , mempertahankan , dan menggunakan
informasi. Kemampuan kognitif ini penting pada kemampuan inidvidu dalam
membuat keputusan, menyelesaikan masalah,menginterpretasikan lingkungan dan
mempelajari informasi yang baru, untuk memberikan nama pada beberapa hal.
Gangguan kognitif merupakan gangguan atau kerusakan pada fungsi otak
yang lebih tinggi dan dapat memberikan efek yang merusak pada kemampuan
individu untuk melakukan fungsi sehari hari sehingga individu tersebut lupa nama
anggota keluarga atau tidak mampu melakukan tugas rumah tangga harian atau
melakukan hygiene personal (Caine & lyness,2000).
Gangguan kognitif yang paling sering ditemui salah satunya adalah Delirium.
Banyak orang mensalahartikan antara Demensia, Delirium dan Depresi. Juga tentang
respon kognitif yang maladaptive pada seseorang. Hal ini merupakan tugas perawat
sebagai tenaga professional yang mencakup bio-psiko-sosial yang memberikan
asuhan keperawatan khususnya pada klien dengaan gangguan kognitif.
Delirium merupakan kelainan yang sering ditemukan pada pasien pada semua
usia, namun kelainan ini paling sering ditemukan pada pasien usia lanjut. Delirium
adalah suatu keadaan kebingungan (confusion) mental yang dapat disertai fluktuasi
kesadaran, kecemasan, halusinasi, ilusi, dan waham (delusi). Kelainan ini dapat
menyertai infeksi, kelainan metabolik, dan kelainan medis atau neurologis lain atau
berhubungan dengan penggunaan obat-obatan atau gejala putus obat.

2. Rumusan Masalah
1) Apa yang di maksud dengan Delirium ?
2) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Delirium ?
3. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik pada semester 5.
Dan diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang Delirium dan dapat melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan Delirium.

BAB 2
PEMBAHASAN

1. Definisi
Delirium adalah suatu gangguan organik global akut dan sementara dari fungsi
sistem saraf pusat yang menyebabkan gangguan kesadaran dan perhatian (Allison
dkk, 2004)
Istilah delirium sama dengan keadaan bingung akut, hal ini menjelaskan
berbagai keadaan bingung akut yang terpisah secara klinis ditandai oleh periode
gelisah, aktivitas mental yang meninggi, mudah terbangun, ketidaksiapan yang jelas
dalam memberikan respons terhadap stimuli tertentu (seperti suara bising yang tiba-
tiba), halusinasi visual yang mengganggu, hiperaktivitas motorik, dan stimulasi
autonom. Gangguan perhatian, penting pada keadaan bingung akut, terjadi meskipun
kebingungan yang tampak. (Isselbacher dkk, 1999).
2. Etiologi
Bila membicarakan etiologi delirium, maka faktor predisposisi dibedakan
dengan faktor presipitasi. Faktor predisposisi membuat seseorang lebih rentan
mengalami delirium, sedangkan faktor presipitasi merupakan faktor penyebab
somatik delirium.
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi membuat seseorang lebih rentan mengalami delirium.
Faktor predisposisi gangguan otak organik: seperti demensia, umur lanjut,
kecelakaan otak seperti stroke, penyakit Parkinson, gangguan penglihatan dan
pendengaran, ketidakmampuan fungsional, hidup dalam institusi, ketergantungan
alkohol, isolasi sosial, depresi, gangguan sensorik dan gangguan multiple lainnya,
dan riwayat delirium post-operative sebelumnya.
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan faktor penyebab somatik delirium. Termasuk
perubahan lingkungan (perpindahan ruangan), pneumonia, infeksi, dehidrasi,
hipoglikemia, imobilisasi, malagizi, dan pemakaian kateter buli-buli. Penggunaan
anestesia juga meningkatkan resiko delirium, terutama pada pembedahan yang
lama. Demikian pula pasien lanjut usia yang dirawat di bagian ICU beresiko lebih
tinggi.

3. Patofisiologi
Biasanya delirium muncul secara tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari).
Perjalanan penyakitnya singkat dan berfluktuasi. Perbaikan cepat terjadi apabila
faktor penyebabnya dapat diketahui dan dihilangkan. Walaupun biasanya delirium
terjadi mendadak, gejala-gejala prodromal mungkin telah ada sejak beberapa hari
sebelumnya. Gejala delirium biasanya berlangsung selama penyebabnya masih ada
namun tidak lebih dari satu minggu.
Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Penyebabnya bisa berasal
dari penyakit susunan saraf pusat, penyakit sistemik, intoksikasi akut (reaksi putus
obat) dan zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat,
misalnya gagal ginjal dan hati.
4. Manifestasi Klinis
1) Gangguan kesadaran
Penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar, dengan penurunan
kemampuan untuk focus, mempertahankan atau mengganti perhatian.
2) Gangguan atensi
Pasien dengan delirium mengalami kesulitan untuk memperhatikan. Mereka
mudah melupakan instruksi dan mungkin dapat menanyakan instruksi dan
pertanyan untuk diulang berkali kali. Metode untuk mengidentifikasi
gangguan atensi yaitu dengan menyuruh pasien menghitung angka terbalik
dari 100 dengan kelipatan 7.
3) Gangguan memori dan disorientasi
Deficit memori merupakan hal yang sering terlihat jelas pada pasien delirium.
Disorien waktu tempat dan situasi juga sering di dapatkan juga pada delirium.
4) Agitasi
Pasien dengan delirium dapat menjadi agitasi sebagai akibat dari disorientasi
dan lingkungan yang mereka lami. Sebagai contoh pasien yang disorientasi
menggangap mereka dirumah meskipun mereka ada dirumah sakit sehingga
staf RS dianggap sebagai orang asing yang menerobos kerumahnya.
5) Apatis dan menarik diri
Pasien dengan delirium dapat menampilkan apatis. Mereka dapat terlihat
depresi, penurunan nafsu makan, penurunan motifasi dan gangguan pola tidur
6) Gangguan persepsi
Terjadi halusinasi visual dan auditori
7) Tanda tanda neurologis
Pada delirium dapat muncul tanda neurologis antara lain : tremorgait (berjalan
seperti zombie atau tidak seimbang), sulit untuk menulis dan membaca serta
gangguan visual.
5. Penatalaksanaan
Diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan menghilangkan faktor yang
memberatkan seperti: (Mark, 2006).
1) Hilangkan penyebab bila memungkinkan. Misalnya jika disebabkan oleh obat,
dengan meminimalkan setiap obat yang memperburuk.
2) Obati infeksi
3) Optimalkan nutrisi dan hidrasi.
4) Suport pada pasien dan keluarga.
5) Ciptakan lingkungan yang mendukung.
a. Anggota keluarga memberikan penenangan dan hal-hal lazim dari
rumah untuk mengingatkan pasien kembali.
b. Mendorong kerabat atau teman untuk datang berkunjung.
c. Hindari gangguan tidur dengan menciptakan lingkungan yang tenang
dan meyakinkan, pencahayaan yang baik.
d. Tempatkan pasien di dekat tempat perawatan agar mudah dipantau.
6) Obati agitasi yang menyertai, lebih baik dengan haloperidol (Haldol), dosis
awal 0,5 sampai 2 mg IM atau IV. Jika Haldol tidak efektif, pikirkan tambahan
lorazepam (Ativan) 0,5 sampai 1 mg IM atau IV. Sebagai usaha terakhir,
pasien dapat dikurung demi keamanan. Perlu diingat obat benzodiazepin bisa
memperburuk delirium karena efek sedasinya.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan untuk delirium, adalah:
1) Mini-mental State Examination (MMSE)
2) Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mencari Diagnosis penyakit utama,
yaitu: Hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, gula darah, elektrolit
(terutama natrium), SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, urinalisis, analisis gas
darah, foto toraks, elektrokardiografi, dan CT Scan kepala, jika diperlukan.
7. Pencegahan
Strategi pencegahan delirium sebagian besar terdiri dari meminimalkan faktor resiko
(King & Gratrix, 2009).
Menurut Pandharipande et al. (2006) Pencegahan dan pengobatan delirium dapat
dilakukan dengan 2 cara nonfarmakologi dan farmakologi.
1) Pencegahan non farmakologi
Berfokus pada meminimalkan faktor-faktor resiko. Strategi intervensi yang
dilakukan meliputi:
a. Reorientasi ulang pasien
b. Tentukan kegiatan untuk merangsang kognitif pasien,
c. Tidur atau istirahat sebagai bagian dari prosedur nonfarmakologi,
d. Melakukan kegiatan mobilisasi dini, dengan mengajarkan pasien
melakukan latihan dengan berbagai gerakan,
e. Penggunaan alat bantu pendengaran,
f. Koreksi ada tidaknya dehidrasi.
2) Pencegahan farmakologi
Menilai penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan atau memperburuk
delirium (Jacobi et al, 2002).
Lebih lanjut Jakobi et al mengemukakan bahwa penggunaan obat penenang
yang tidak tepat atau analgesik dapat memperburuk gejala delirium. Sebagai
contoh penggunaan benzodiazepine dan narkotika yang sering digunakan
diruangan ICU untuk mengobati delirium dapat memperburuk kondisi dan
memperparah delirium.

BAB 3
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1) Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat
2) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan sebab utama yang menyebabkan klien datang
berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran
menurun.
3) Riwayat Kesehatan
Karena penyebab delirium sering terkait dengan penyakit medis, alkohol, atau
obat lain, perawat perlu mendapatkan riwayat keseluruhan area ini. Perawat
mungkin perlu mendapatkan informasi dari anggota keluarga jika kemampuan
klien untuk memberikan data terganggu
4) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang didapat : Tensi menurun, takikardia, febris, berat
badan menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.
5) Psikososial
a. Genogram: minimal tiga generasi masalah yang terkait
a) Interaksi di dalam keluarga
b) Penentu kebijakan di dalam keluarga
b. Hubungan sosial
Perkembangan hubungan sosial yang tidak menyebabkan kegagalan
individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain,
akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya
terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol
orang lain. Keadaan ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial,
hubungan dangkal dan tergantung.
c. Spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinannya masih kuat. tetapi
tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
6) Aktifitas Motorik
Klien delirium sering mengalami gangguan perilaku psikomotor. Klien
mungkin gelisah dan hiperaktif, sering menarik-narik seprai atau berupaya
bangun dari tempat tidur secara mendadak dan tidak terkoordinasi.
Sebaliknya, klien dapat mengalami perilaku motorik yang lambat, tampak lesu
dan letargi dengan sedikit gerakan.
7) Alam perasaan dan afek
Klien delirium sering mengalami perubahan mood yang cepat dan tidak dapat
diperkirakan. rentang respons emosional yang luas mungkin terjadi, seperti
ansietas, takut, iritabilitas, marah, euforia, dan apati. Perubahan mood dan
emosi ini biasanya tidak terkait dengan lingkungan klien. Ketika klien merasa
sangat takut dan merasa terancam, klien mungkin melawan untuk melindungi
dirinya dari bahaya yang dirasakan.
8) Persepsi
Halusinasi yang paling sering terjadi adalah halusinasi penglihatan: klien
melihat benda-benda yang tidak ada stimulusnya dalam realitas, seperti
malaikat atau gambaran yang mengerikan melayang di atas tempat tidur.
Ketika lebih mampu berpikir jernih, beberapa klien dapat menyadari bahwa
mereka mengalami mispersepsi sensori. Akan tetapi klien lainnya benar-benar
meyakini salah interpretasi mereka sebagai hal yang benar dan tidak dapat
diyakinkan hal yang sebaliknya.
9) Proses Pikir
Proses pikir sering mengalami disorganisasi dan tidak masuk akal. Pikiran
juga dapat terpecah (tidak berkaitan dan tidak lengkap). Klien juga dapat
memperlihatkan pikiran waham yang meyakini bahwa perubahan persepsi
sensorinya adalah nyata.
10) Tingkat Kesadaran
Tanda utama delirium dan sering kali tanda awal delirium adalah perubahan
tingkat kesadaran yang jarang stabil dan biasanya berfluktuasi sepanjang hari.
Klien biasanya terorientasi pada orang, tetapi sering kali terdisorientasi
terhadap waktu dan tempat. Klien menunjukkan penurunan kesadaran
terhadap lingkungan atau situasi dan dapat berfokus pada stimulus yang tidak
berkaitan, seperti warna seprai atau ruangan. Klien juga mudah terdistraksi
oleh suara, orang, atau mispersepsi sensorinya.
11) Kebutuhan klien sehari-hari
a. Tidur
Klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan
gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur
kembali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga
tidak merasa segar di pagi hari.
b. Selera makan
Klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit,
karena putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga
bisa terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi
Klien mungkin terganggu buang air kecilnya, kadang-kadang lebih
sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stress. Kadang-kadang
dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
d. Mekanisme koping
Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan
delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang
cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.

2. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS :
Keluarga mengatakan
bahwa klien kadang
melihat bayangan yang
mendekati dirinya di setiap
ruangan yang bercahaya
minimal.

Keluarga kadang
memegangi klien dikala
sedang gelisah dan tidak
enak duduk dan tidur serta Harga diri rendah -->
berkeinginan untuk
melepaskan jarum infus
yang terpasang Isolasi sosial : menarik diri -->
Perubahan sensori persepsi
DO : (halusinasi penglihatan) -->
Disorganisasi dan tidak masuk
Klien ketika didekati akal --> Resiko tinggi men-cederai
Meyakini bahwa perubahan
perawat mengatakan diri, orang lain dan
persepsi sensorinya adalah
bahwa ditempat lingkungan sekitar
nyata -->
terpasangnya infus ada
Resiko tinggi men-cederai diri,
kecoa yang hinggap.
orang lain dan lingkungan
sekitar
Klien nampak gelisah,
berontak, ngomel-ngomel,
tidak enak duduk dan tidak
enak tidur, mata merah

Kontak mata klien saat


bertatap muka kurang dan
kadang salah
mengucapkan namanya
bila diajak berkenalan

Terdapat luka lecet pada


daerah dahi dan pelipis
bekas garukan
DS : Putus asa -->
Merasa tidak berharga -->
Keluarga mengatakan Tidak nafsu makan -->
sudah dua hari ini klien Ketidakseimbangan nutrisi
tidak mau makan dan kurang dari kebutuhan tubuh
kalau mau hanya bisa
menghabiskan makan dua
Ketidakseimbangan nutrisi
atau tiga suap nasi yang
kurang dari kebutuhan
disajikan
tubuh
DO :

Berat badan menurun,


membran mukosa kering
dan terjadi kelemahan

DS :

Keluarga mengatakan
klien kadang-kadang
berbicara sendiri dengan
nada yang agak keras
Harga diri rendah -->
Klien gelisah
Kegagalan mempertahankan
Isolasi Sosial : Menarik
komunikasi dengan orang lain
DO : Diri
-->
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Kurang rasa percaya pada
orang lain, sukar
berinteraksi dengan orang
lain, komunikasi yang
tidak realistik, kontak mata
yang kurang.

DS : Gangguan perilaku psikomotor Defisit perawatan diri


(lesu dan letargi dengan sedikit
Keluarga mengatakan gerakan) -->
klien sudah dua hari belum Keterbatasan aktivitas -->
mandi Kemauan perawatan kebersihan
diri menurun -->
Klien kadang-kadang Penampilan tidak rapi -->
masih ngompol dan Defisit perawatan diri
kadang bilang kalau ingin
kencing dengan
menggunakan pispot

DO :
Kemauan yang menurun,
penampilan kurang rapi
dan muka agak kusut

Celana nampak sedikit


basah

Anda mungkin juga menyukai