Anda di halaman 1dari 10

Refarat

Gangguan Mental Organik

Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepemitraan Klinik Stase (KKS)


Ilmu Pskiatri Rumah Sakit Haji Medan Sumatera Utara

Disusun Oleh :
Eza Putri Zaidin

Pembimbing :
Dr. dr. Mustafa M.Amin, M.Ked,M.Sc,Sp.K.J(K)

KEPEMITRAAN KLINIK SENIOR SMF PSKIATRI FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RUMAH SAKIT UMUM
HAJI MEDAN
2022
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG......................................................................................... 1

2. TUJUAN PENULISAN...................................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI............................................................................................................. 2

2. ETIOLOGI.......................................................................................................... 2

3. KLASIFIKASI.................................................................................................... 3

5. PENATALAKSANAAN.................................................................................... 5

BABIII.KESIMPULAN.............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Menurut PPDGJ III Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang

berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis

tersendiri. Termasuk gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak

merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak

(extracerebral)1,4

Gangguan mental organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu

patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit

cerebrovaskuler,intoksifikasi obat dan infeksi). Sedangkan gangguan fungsional adalah

gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum

(contohnya Skizofrenia, depresi). Bagian yang disebut “Gangguan Mental Organik”

dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik

Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang

tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.1

2. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk dapat lebih mengetahui dan memahami

tentang diagnosis dan penatalaksanaan gangguan mental organik. Selain itu juga

bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu

Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Umum Haji Medan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI GANGGUAN MENTAL ORGANIK

Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan

penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk

gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat

sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak (extracerebral)1

Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan

penyakit atau gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental ini timbul sebagai efek

sekunder dari penyakit fisik yang diderita oleh seseorang. Misalnya gangguan

metabolik, gangguan vaskuler ataupun trauma kepala. Gangguan mental ini biasanya

dapat membaik seiring penyakit fisiknya disembuhkan, namun tidak jarang juga

menjadi menetap. Gangguan memori pada dementia, alzheimer juga termasuk dalam

kelompok gangguan ini.

2. ETIOLOGI

Penyebab umum munculnya gangguan mental organik yaitu oleh kerusakan sel atau

trauma pada otak, bisa juga disebabkan oleh penyakit atau ketidakseimbangan nutrisi.

Gambaran utama gangguan mental organik :

Gangguan fungsi kognitif Gangguan fungsi mental lain


 Daya ingat  Daya persepsi (halusinasi)
 Daya pikir  Isi pikiran (waham)
 Daya belajar  Suasana emosi
 Sensorium (kesadaran dan perhatian)  Pola umum kepribadian atau
perilaku
3. KLASIFIKASI GANGGUAN MENTAL ORGANIK

 Gangguan Mental Organik pada Demensia

Gangguan mental organik pada demensia merupakan suatu sindrom akubat

penyakit atau gangguan fungsi kognitif yang biasanya bersifat kronis dan progresif

dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel, termasuk didalamnya

daya ingat, daya pikir, orientasi dan daya tangkap, berhitung, kemampuan

belajar.berbahasa dan daya nilai. Pasien dengan demensia meilili suatu gangguan

kesadaran, maka pasien kemungkinan memenuhi kriteria diagnostic untuk delirium.1,4,6

Gejala-gejala inti dari gangguan mental organik meliputi penurunan daya ingat,

daya pikir, orientasi dan daya tangkap.1

 Gangguan Mental Organik pada Delirium

Gangguan mental organik pada orang dengan delirium di tandai dengan

gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara

global. Kelainan mood, persepsi, dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum.

Tremor, asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urine merupakan gejala

neurologis yang umum. Biasanya, delirium mempunyai onset yang mendadak (bebrapa

jam atau hari), perjalanan yang singkat dan berfluktuasi, dan perbaikan yang cepat jika

factor penyebab diidentifikasi dan dihilangkan. Tetapi, masing-masing dari ciri

karakteristikk tersebut dapat bervariasi pada pasien individual.1,6

Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium diketahui

mempunyai banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang sama yang
berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif. Sebagian besar

penyebab delirium terletak di luar system saraf pusat- sebagian contoh, gagal ginjal atau

hati.1,6

4. PENATALAKSNAA

Tatalaksana psikotik akibat kondisi medis umum utama adalah mengobati kondisi

medis umum yang menyebabkan psikotiknya tersebut melalui pemberian psikofarmaka

dan psikoterapi yang tepat. Samping yang minimal namun memiliki manfaat yang luas.

Pemilihan obat-obatan antipsikotik, pada pasien gangguan mental organik diberikan

antispikotik generasi kedua berupa risperidone. Obat ini memiliki afinitas tinggi terhadap

reseptor serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin (D2), α1

dan α2 adrenergik, serta Histamin 1 (H1).6

Gangguan psikotik memiliki kaitan dengan adanya peningkatan aktivitas

neurotransmitter dopamine diotak. Pemilihan obat antipsikotik generasi kedua seperti

risperidone bekerja dengan cara dapat memblokade dopamine pada reseptor paska sinaps

di sistem limbik (D2) dan 5HT2a di sistem ekstrapiramidal juga sedikit memengaruhi

jaras Nigrostiatal.6 Sehingga obat ini selain efektif untuk gejala positif dan negatif.

Intervensi psikoterapi sederhana dapat berupa psikoterapi suportif dan psikoedukasi.1

Sasaran psikoterapi antara lain perbaikan strategi koping dalam menghadapi distres

sosial dan pekerjaan. Edukasi untuk mengenal tanda dan gejala gejala dini serta patuh

dalam pengobatan. Psikotik dapat mengubah pikiran, perasaan dan perilaku individu

yang mengalami gangguan tersebut sehingga dapat merugikan individu itu sendiri dan

lingkungannya.1
Pengobatan pada individu dengan gangguan psikotik, bukan hanya mengupayakan

individu tersebut terbebas dari tanda dan gejala gangguan psikotik tersebut, namun juga

bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari individu tersebut. Upaya tatalaksana

gangguan psikotik harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah perburukan dan

memperbaiki prognosis.1
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dalam referat ini disimpulkan bahwa Gangguan

otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu patologi yang

dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler,intoksifikasi obat

dan infeksi). Gangguan mental organik diantaranya adalah delirium, demensia, dan

gangguan amnestic serta gangguan kognitif lainnya dan gangguan mental karena

kondisi medis umum.1

Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan

penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk

gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat

sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak (extracerebral).Gambaran

Utama terdapat gangguan fungsi kognitif misalnya, daya ingat (memory), daya pikir

(intellect), daya belajar (learning). gangguan sensorium misalnya, gangguan kesadaran

(consciousness) dan perhatian (attention), sindrom dengan manifestasi yang menonjol

di bidang persepsi (halusinasi), isi pikiran (waham/delusi) dan suasana perasaan dan

emosi (depresi,gembira, cemas).1,4

Gangguan Mental Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang

etiolognnya (diduga) jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun

berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak

atau Sindrom Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala

atau lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik

akut ialah kesadaran yang menurun (delirium) dan sesudahnya terdapat amnesia, pada
Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia.1

Diperlukan pemeriksaan yang cermat untuk menentukan diagnosis pasien

dengan gangguan mental organik ini, sebab underlying diseases yang dibahas di sini

memiliki fokus-fokus tertentu di otak yang mengakibatkan timbulnya gejala

neuropsikiatrik. 5,6
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott; Ruiz, Pedro. Comprehensive

textbook of psychiatry 10th Edition. United States of America: Wolters Kluwer;

2017.

2. Depkes RI. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Dasar. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kesehatan. Direktorat

Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa. Jakarta; 2006.

3. Hidajati, sri fuad. Gangguan Mental Organik, SMF Psikiatri FKUB, Malang, 2013.

4. Maslim, rusdi. Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas halaman

4, Aesculapsius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jakarta, 2001.

5. Nuh Jaya Maramis. W.F. PPDGJ III Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan ke

VI, Airlangga, 1992.

6. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri, University

Press, Surabaya, 2014.

7. Katzung, BG. Farmakologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta,2007.

Anda mungkin juga menyukai