TINJAUAN PUSTAKA
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
yang paripurna.
Terdapat sejumlah aturan protokol kesehatan yang diterbitkan oleh pemerintah melalui
Kementrian Kesehatan pada awal pandemi. Protokol kesehatan itu adalah : rajin mencuci tangan
memakai sabun/handsanitizer, memakai masker, menjaga jarak minimal satu meter (social
distancing), saat batuk dan bersin menutup mulut, serta mengecek suhu tubuh apabila suhu badan
lebih dari disertai dengan batuk, pilek segera istirahat dan melapor ke unit pelayanan kesehatan
terdekat. Selain mengeluarkan aturan dan himbauan mengenai protokol kesehatan, pemerintah
juga melakukan berbagai sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Edukasi dan sosialisasi ini
berkaitan dengan apa itu virus Corona, apa gejalanya dan penyebabnya, serta bagaimana
pencegahannya. Edukasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai media
baik itu media massa, media elektronik, ataupun media-media keras seperti pemasangan
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahu dan melihat akibat, dampak, serta
efektifitas dari sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah lebih khususnya Kementrian
kesehatan melalui dinas kesehatan yang ada di daerah.Lebih lanjut lagi, peneliti ingin
mengetahui apakah dampak sosialisasi ini selaras dengan tujuan/target sosialisasi yang
ditetapkan oleh pemerintah. Perlu diketahui bahwa, tujuan dari suatu sosialisasi ialah untuk
mengubah tingkah laku maupun sikap dari target sasaran sosiaisasi yang dalam konteks
penelitian ini adalah masyarakat (Nurdianti, 2014). Sosialisasi menurut Charlotte Buhler (1978)
merupakan proses interaksi memahami, mempelajari, dan mesuaikan diri terhadap kelompoknya
agar dapat melakukan fungsi dan peran dalam kelompok tersebut. Selain itu, sosialisasi juga
salah satu bentuk dari komunikasi yang memiliki tujuan berupa saling mendapatkan informasi
Efektivitas dapat diartikan sebagai refleksi dari tingkat keunggulan atau keberhasilan
dalam menggapai sebuah tujuan atau sasaran yang sebelumnya telah ditetapkan dan memiliki
variasi dan keterkaitan diantara nilai-nilai yang ada (Prakoso, 2015). Efektivitas dapat diartikan
juga sebagai sebuah pemanfaatan secara sadar atas segala sarana-prasarana, dan sumber daya
yang ada dalam jumlah yang telah ditetapkan demi menghasilkan beberapa barang atas jasa yang
dijalankan sebelumnya (Sondang, 2012). Dalam kesempatan kali ini, ada beberapa indikator
efektivitas yang dikemukakan oleh Richard M. Steers yang dikutip oleh Duncan yang akan
digunakan dan dipaparkan oleh peneliti dibawah ini untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam
mencapai tujuan dari sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah (Duncan, 1985).
berpendapat bahwa ada tiga indikator dari sebuah efektivitas (Duncan, 1985), yaitu:
1. Pencapaian tujuan: Semua usaha dan cara untuk mencapai tujuan hendaklah dilihat
sebagai sebuah cara atau teknik, supaya pencapaian dari tujuan akhir semakin terjamin.
Oleh sebab itu, diperlukan suatu pentahapan, dalam arti periodisasinya maupun dalam
arti pentahapan dalam mencapai tiap bagian. Ukuran ini terdiri dari beberapa faktor,
yaitu:
a) Waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan sosialisasi
c) Dasar hukum
2. Adaptasi: ukuran efektivitas ini mengukur penyesuaian diri yang dilakukan agar
b) Peningkatan kemampuan.
a) Prosedur.
b) Proses sosialisasi.
Penelitian ini menarik bagi peneliti karena selama pandemi berlangsung di Indonesia,
Pemerintah mengeluarkan statement yang ‘blunder’ saat awal pandemi berlangsung dari
pemerintah akan memberikan diskon pariwisata bagi turis asing ditengah epidemi virus corona,
hingga berbagai kelakar dari pejabat setingkat menteri. Seperti yang terjadi pada menteri
Perhubungan yang mengatakan bahwa Indonesia kebal virus karena doyan makan nasi kucing,
dan kelakar menko Kemaritiman yang mengatakan bahwa virus COVID-19 tidak kuat dengan
cuaca di Indonesia (Persada, 2021). Massifnya persebaran virus corona di Indonesia juga
menarik perhatian peneliti, hal ini dikarenakan Indonesia yang merupakan negara kepulauan
yang memiliki 16.056 pulau, 415 kabupaten, dan 7.094 kecamatan dalam kurun waktu kurang
dari 6 bulan kasus positif Corona sudah hampir merata diseluruh wilayah Indonesia. Selain itu,
banyak kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang penulis nilai inkonsisten dalam menangani
pandemi COVID-19. Seperti, pada akhir tahun 2020 pemerintah melarang masyarakat mudik
tetapi memperbolehkan pulang kampung hingga larangan masyarakat untuk bepergian akan
tetapi tetap memperbolehkan sektor pariwisata tetap buka (detikcom, n.d.,2021). Tujuan
penelitian ini dilakukanialah: (1) Untuk mengetahui efektifitas dari sosialisasi gerakan 5M
terhadap pertambahan jumlah kasus positif COVID-19. (2) Untuk mengetahui apakah ada
dampak yang ditimbulkan dari berbagai program pemerintah dalam upaya memotong rantai