Anda di halaman 1dari 21

Kasus 2

Tn. Andi, 67 tahun, suku Bali, bekerja sebagai pegawai swasta,


datang ke RS dengan keluhan utama penurunan kesadaran. Pasien
dikonsulkan dari bagian neurologi dengan penurunan kesadaran sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit (MRS), yang timbul mendadak saat
pasien sedang menonton TV pada malam hari. Pasien juga merasa lemah
pada separuh badan kanan, disertai suara menjadi pelo dan bibir
mencong ke kiri. Mengerti dengan kata kata namun tidak dapat
memberikan tanggapan. TD=210/100mmhg, N= 90x/mnt, R= 24x/mnt.
Test laboratory menunjukkan CBC normal, cholesterol 250, HDL 29 mg/dL,
LDL 160 mg/dL, glucose (random) 180/dL.
Pasien

didiagnosa

stroke

non-hemoragik.

Dan

mendapat

pengobatan klopidogrel 1 x 75 mg, ceftriaxon 2 x 1 gr, brainact 2 x 500


mg IV, dan neurotam 3 x 3 gr IV. Riwayat hipertensi dan diabetes melitus
disangkal. Dalam keluarga pasien, tidak ditemukan adanya keluhan yang
sama, namun menurut keluarga, orang tua Tn. Andi meninggal secara
mendadak Karen terjatuh dikamar mandi. Pasien mempunyai kebiasaan
merokok bungkus per hari sejak muda, tetapi telah berhenti sejak 1
tahun yang lalu, dan sesekali minum tuak.
Berdasarkan kasus diatas diskusikan:
1 . Sebutkan tanda, gejala dan etiologi stroke yang dialami oleh Tn. Andi!
2 . Gejala apa yang terjadi pada pasien akibat gangguan fungsi luhur dan
daerah mana kemungkinan lesi terjadi?
3 . Bagaimana Anda menjelaskan fenomena gangguan fungsi luhur
kepada pasien dan keluarga? Jelaskan teknik yang tepat untuk
berkomunikasi dengan pasien!
4 . Sebutkan dan jelaskan factor resiko stroke yang terjadi pada Tn Andi!
5 . Buatlah patway proses terjadinya stroke dan masalah keperawatan
yang muncul!
6 . Jelaskan terapi yang diberikan kepada Tn. Andi (Jenis obat, tujuan dari
masing-masing obat, efek samping harus dipertimbangkan, nursing
consideration dan hal hal lain terkait penggunaan obat pada pasien
stroke)!

7 . Sebutkan dan jelaskan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan


pada pasien SNH!
8 . Cari dan diskusikan sebuah artikel tentang perawatan pasien dengan
SNH!

Pembahasan
1. Tanda, gelaja dan etiologi yang dialami oleh Tn Andi
a. Secara umum, tanda dan gejala SNH :

Menurut Batticaca, 2008 :

Kelumpuhan

wajah

atau

anggota

badan

(biasanya

hemiparesis) yang timbul mendadak


-

Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan


hemisensorik)

Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium,


;letargi, stupor atau koma)

Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara)

Disartria (bicara pelo atau cadel)

Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada


sasaran)

Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala)

Pada kasus Tn Andi tanda dan gejala yang muncul yaitu

Penurunan kesadaran sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit


(MRS), yang timbul mendadak saat pasien sedang menonton TV
pada malam hari.

Pasien merasa lemah pada separuh badan kanan

Suara menjadi pelo dan bibir mencong ke kiri.

Mengerti dengan kata-kata namun tidak dapat memberikan


tanggapan.

b. Secara umum, etiologi SNH :

Menurut Price & Wilson, 2012 :


Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik berdasarkan
penyebab yaitu : lakunar, trombosis pembuluh darah besar
dengan aliran pelan, embolik dan kriptogenik.
-

Stroke

lakukar

terjadi

karena

penyakit

pembuluh

halus

hipersensitif dan menyebabkan sindrom stroke yang biasanya


muncul dalam beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama.
Infark lacunar merupakan infark yang terjadi setelah oklusi
aterotrombolitik atau hialinlipid salah satu dari cabang-cabang
penetrans siklus Willisi, arteria serebri media, atau ateria
vertebralis dan basilaris. Masing-masing cabang ini sangat

halus dan menembus jauh ke dalam substansia grisea dan


alba serebrum dan batang otak. Cabang-cabang ini rentan
terhadap thrombosis dari penyakit aterotrombotik atau akibat
terjadinya lipohialinotik. Thrombosis yang terjadi di dalam
pembuluh-pembuluh ini menyebabkan daerah-daerah infark
yang kecil, lunak dan disebut lakuna. Gelaja-gejala mungkin
sangat

berat

bergantung

walaupun

pada

terisolasi

kedalaman

dan

pembuluh

berbatas
yang

tegas,
terkena

menembus jaringan sebelum mengalami thrombosis.


-

Thrombosis pembuluh darah besar dengan aliran lambat


adalah subtype kedua stroke iskemik. Sebagian besar dari
stroke ini terjadi saat tidur, saat pasien relative mengalami
dehisrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Gejala dan tanda
yang terjadi akibat stroke iskemik ini bergantung pada lokasi
sumbatan dan tingkat aliran kolateral di jariangan otak yang
terkena. Stroke ini sering berkaitan dengan lesi aterosklerotik
yang menyebabkan penyempitan atau stenosis di arteria
karotis interna atau, yang lebih jarang, di pangkal arteria
serebri media atau di taut arteria vertebralis dan basilaris.
Tidak

seperti

pembulhnya
thrombosis

thrombosis
cenderung

pembuluh

arteri

koronarjia,

yang

oklusi

terjadi

mendadak

dan

total,

otak

cenderung

memiliki

awitan

bertahap, bahkan berkembang dalam beberapa hari. Pola ini


menyebabkan timbulnya istilah stroke in evolution.
-

Stroke

embolik

diklasifikasikan

berdasarkan

arteri

yang

terlibat atau asal embolus. Asal stroke embolik dapat suatu


arteri distal ata jantung. Thrombus mural jantung merupakan
sumber tersering; infark miokardium, fibrilasi atrium, penyakit
katup jantung katup jantung buatan, dan kardiomiopati
iskemik. Dari hal-hal ini fibrilasi atrium sejauh ini merupakan
penyebab tersering. Penyebab penting selanjutnya adalah
tromboemboli

yang

berasal

ateromatosa di area karotis.

dari

arteri,

terutama

plak

Walaupun kardioembolisme menimbulkan gambaran klinis


yang dramatis dan hampir patognomonik, namun sebagian
pasien mengalami oklusi mendadak pembuluh intrakranium
besar tanpa penyebab yang jelas. Kelainan ini disebut stroke
kriptogenik karena sumbernya tersembunyi, bahkan setelah
dilakukan pemeriksaan diagnostic dan evaluasi klinis yang
ekstensif. Mungkin kausa tersebut tetap tidak jelas selama
beberapa bulan atau tahun, ketika muncul kembali gejala
serupa yang kausanya diketahui. Namun, sebagian besar
stroke yang kausanya tidak jelas terjadi pada pasien yang
profil klinisnya tidak dapat dibedakan dari mereka yang
mengidap aterotrombosis.

Pada kasus Tn Andi, etiologi yang mungkin terjadi adalah stroke


yang disebabkan oleh adanya emboli di pembuluh darah otak. Hal
ini diperkuat dengan keadaan Tn Andi yang mengalami onset
penurunan kesadaran yang mendadak saat beraktivitas (menonton
TV). Selain itu, riwayat keluarga yang meninggal karena terjatuh di
kamar mandi, dapat dicurigai mengalami serangan jantng, sehingga
Tn Andi beresiko besar mengalami ganggan jantung namun tidak
terdeteksi sebelumnya.
2. Gejala yang terjadi pada pasien akibat gangguan fungsi luhur

dan

daerah kemungkinan lesi terjadi


a. Gejala akibat gangguan fungsi luhur

Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia


dibagi

menjadi

dua

yaitu,

aphasia

motorik

adalah

ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran


melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk
mengerti bicara orang lain tetap baik. Aphasia sensorik adalah
ketidakmampuan

untuk

mengerti

pembicaraan

orang

lain,

namun masih mampu mngeluarkan perkataan dengna lancer,


walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari
luasnya kerusakan otak.

Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan


otak. Alexia dibedakan menjadi 3, yaitu verbal alexia adalah
ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf.
Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf, tatpi
masih

dapat membaca

kata.

Jika

terjadi

ketidakmampuan

keduanya disebut global alexia.

Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya


kerusakan otak.

Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal


angka setelah terjadinya kerusakan otak.

Right-Left Disorientation dan Agnosia jari (body image) adalah


sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti
penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah
atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering
bersamaan dengan agnosia jari 9dapat dilihat dari disuruh
menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita tidak
boleh melihat jarinya)

Hemi spatial neglect (viso spatial agnosia) adalah hilangnya


kemampuan

melaksanakan

bermacam

perintah

yang

berhubungan dengan ruang.

Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku


akibat

kerusakan

pada

korteks

motor

dan

premotor

dari

hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya gangguan


bicara.

Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada


trauma capitis, infeksi virus, stroke anoxia dan pasca operasi
pengangkatan massa di otak

Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup


sejumlah kemampuan

Pada kasus Tn Andi, pasien mengalami ganggaun fungsi luhur yaitu


afasia dimana Tn Andi mengalami kehilangan kemampuan berbicara

Pasien juga merasa lemah pada separuh badan kanan, disertai


suara menjadi pelo dan bibir mencong ke kiri. Mengerti dengan kata
kata namun tidak dapat memberikan tanggapan.
Afasia adalah suatu gangguan kemampuan berbahasa. Afasia harus
dikenali secara klinis karena hal ini menunjukkan lokasi lesi pada
korteks serebri (atau sedikit di bawah korteks serebri) dan juga
menunjukkan lesi tersebut pada hemisfer kiri, diperkuat juga
dengan adanya kelemahan pada separuh badan kanan.
Terdapat lima jenis afasia menurut letak lesi pada korteks serebri
yaitu afasia Broca, afasia Wernicke, afasia konduksi, afasia anomik
dan afasia global.
Dari gejala yang dialami Tn Andi, dapat disimpulkan bahwa Tn Andi
mengalami afasia broca dengan lesi terletak pada atau dekat
dengan area broca. Cirinya :
-

Pembicaraan penderita lambat, tidak lancar, tampak penderita


sangat berusaha untuk berbicara, dan artikulasi bicara buruk

Pemahaman tulisan dan bahasa verbalnya baik.

Pengulangan

kata

tunggal

mungkin

masih

baik

meskipun

dilakukan dengan berbagai upaya, pengulangan kalimat buruk,


khususnya kalimat yang mengandung kata-kata pendek seperti :
bila, tidak, dan, atau, tetapi)
-

Penderita selalu menulis dengan cara afasik, dan tulisannya


tetap dibuat sedemikian rupa meski dalam lingkup afasia

Penamaan suatu objek biasanya buruk, walaupun mungkin lebih


baik disbanding dengan kemampuan bicara spontan

Hemiparesis (biasanya dengan lebih berat disbanding tungkai)


karena korteks motorik berdekatan dengan area Broca.

Penderita

menyadari

adanya

ketidakmampuan

ini,

tampak

frustrsasi dan sering disertai depresi


-

Yang menarik adalah penderita dapat menyanyikan suatu melodi


dengan normal. Meski demikian, bila penderita seorang musikus
dan melihat music sebagai suatu bahasa, ketidakmampuan

menghasilkan music dapat dirasakannya. Artikulasi kata-kata


kutukan (sampah serapah) dan kata seruan lainnya mungkin baik
-

Mungkin terdapat apraksia bukolingual

3. Cara menjelaskan fenomena gangguan fungsi luhur kepada pasien


serta keluarga dan teknik yang tepat untuk berkomunikasi dengan
pasien
Dalam menangani pasien stroke kita harus selalu memperhatikan
keadaan pasien, begitu juga dengan komunikasinya. Sebagai seorang
perawat harus bisa melakukan komunikasi dengan baik. Seorang
perawat harus bisa mengatasi kendala-kendala yang timbul pada saat
berkomunikasi dengan pasien yang menderita stroke. Adapun cara
berkomunikasi dengan pasien stroke harus memperhatikan gangguan
apa yang dialami pasien dan apa saja hambatan yang terjadi akibat
gangguan tersebut, sehingga perawat dapat melakukan komunikasi
yang tepat dengan pasien.
Untuk mengatasi pasien dengan dysarthia, kita harus berkomunikasi
dengan sabar, usahakan menggunakan kata-kata yang pendek dan
sederhana, mengingat kondisi pasien yang kurang mampu untuk
mengendalikan bahasa di otak. Diharapkan dengan cara tersebut
pasien dapat memahami dan mengerti apa maksud dari yang perawat
ucapkan. Selain itu pasien diharapkan dapat memberi feedback
mengenai keadaannya, yang nantinya akan mempermudah perawatan
selanjutnya.
Selain itu intervensi paling dini yang harus dilakukan perawat adalah
terapi wicara, dan perawat perlu memadukan strategi tersebut ke
dalam rencana belajar-mengajar. Perlu dilakukan semua upaya agar
pasien dapat berkomunikasi sampai pada tingkat tertentu. Perlu juga
diingat, bahwa bagaimana pun parahnya gangguan komunikasi pasien
terkena

stroke,

mereka

hampir

selalu

dapat

berkomunikasi

di

lingkungan mereka sendiri dengan suatu cara sampai batas-batas

tertentu. Penuhi sesi pengajaran dengan pujian, dan selalu tanggaap


jika klien frustasi. Pastikan juga bahwa setiap kali hanya satu orang
yang berbicara. Berbicaralah dengan lambat, dan pastikan perawat
berdiri di tempat dimana pasien bisa melihat wajah perawat.
Dalam komunikasi pada penderita afasia, kita mudah menilai bahwa
mereka mengerti apa yang dibicarakan. Seringkali mereka akan
tersenyum dan menggangguk meskipun hanya mengerti sebagian
pesan.

Memberikan

cukup

banyak

waktu

dan

terus-menerus

memeriksa apakah mereka sudah mengerti tanpa harus menjadi


marah kepada klien.
Dari semua cara berkomunikasi yang telah disampaikan diatas,
disimpulkan bahwa cara berkomunikasi dengan penderita stroke pada
umumnya sebagai berikut:

jangan berbicara seperti bayi

bicara dengan jelas dan dengan nada biasa

berbicaralah perlahan-lahan dengan kalimat yang pendek dan


sederhana

gunakan ekspresi wajah untuk membantu menyampaikan pesan

beri klien yang bersangkutan waktu untuk menjawab

meminta klien menirukan kata-kata yang diucapkan perawat

berbicaralah dengan sabar dan sering ulangi ucapan agar pasien


dapat menangkap apa yang dikomunikasikan dengan sempurna.
Beri pengajaran tentang gerakan-gerakan non-verbal yang mudah
dilakukan pasien sesuai dengan keadaannya, gerakan itu harus
disepakati antara perawat dan pasien seperti mengangguk 2 kali
menandakan artinya mengerti

4. Faktor resiko SNH


Secara umum, faktor resiko SNH yaitu :
-

Usia dan jenis kelamin

Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan


bertambahnya usia hingga makin bertambah usia makin tinggi
kemungkina

mendapat

stroke.

Stroke diketahui

lebih

banyak

menyerang laki-laki dibanding perempuan. Kecuali umur 35 44


tahun dan di atas 85 tahun lebih banyak diderita perempuan. Hal ini
diperkirakan karena pemakaian obat-obat kontrasepsi.
-

Genetic
Adanya riwayat stroke pada orang tua menaikkan faktor resiko
stroke.

Selain

itu,

kelainan

Pembuluh

Darah

Bawaan

juga

merupakan faktor penyebab yang sering tak diketahui sebelum


terjadi stroke
-

Ras
Penduduk Afrika Amerika dan Hispanic Amerika berpotensi
stroke lebih tinggi dibanding

Eropa

penyakit artherosklerosis terlihat

Amerika.

bahwa

Pada

penduduk

penelitian

kulit

hitam

mendapat serangan stroke 3% lebih tinggi dibanding kulit putih.


-

Mendengkur dan sleep apnea


Penelitian

membuktikan

bahwa

meningkatkan terjadinya

stroke.Pola

apneu

tidak

(henti

nafas)

tidur

ngorok

tidur ngorok

sering disertai

hanya berpotensi

menyebabkan

stroke tapi juga gangguan jantung.


penurunan aliran darah

Hal ini

disebabkan

ke otak, kenaikan tensi

dsb. Pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan yang


cermat dengan mencari penyebabnya.
-

Inaktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik akan mengakibatkan terjadinya timbunan
lemak dan kolesterol. Hal tersebut dapat memicu terjadinya
penyempitan pembuluh darah maupun penyumbatan.

Hipertensi
Tekanan darah setiap saat berfluktuasi. Kadang-kadang agak turun,
kadang-kadang

meninggi,

terutama

jika

konsumsi

garam

berlebihan. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar tekanan


yang diderita oleh dinding pembuluh darah. Jika tekanan sedemikian
tingginya, misalnya di atas 200/140 mmHg, maka pembuluh darah
dapat pecah, terutama pembuluh darah kecil yang berdinding lebih
tipis.Tekanan darah yang tinggi pada hipertensi juga akan memicu
pecahnya pembuluh darah otak. Pada gilirannya, jaringan otak akan
rusak dan timbul gejala-gejala stroke.
-

Merokok
Rokok emngandung bayak zat kimia yang berbahaya dalam tubuh.
Selain

dapat

menggangu

fungsi

tubuh,

rokok

juga

memicu

munculnya plak pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan


ateroklerosis. Merokok meningkatkan terjadinya thombus, karena
terjadinya artherosklerosis
-

Diabetes mellitus
Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri
koronaria, femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan pula
kemungkinan stroke sampai dua kali lipat bila dibandingkan dengan
pasien tanpa diabetes.

Penyakit jantung
Penderita penyakit katup jantung dengan atau tanpa atrium fibrilasi
membutuhkan

obat pengencer

darah.

Atrium

fibrilasi

apapun

penyebabnya dapat menyebabkan terjadinya emboli/jendalan darah


yang memicu terjadinya suatu stroke
-

Aterosklerosis
Dasar timbulnya stroke adalah terjadinya aterosklerosis atau
penyempitan pembuluh darah di otak. Dimulai dari proses inflamasi

atau radang, diikuti dengan penumpukan lemak, perlekatan dan


pergumpalan sel darah lekosit dan trombosit, serta kolagen dan
jaringan ikat lain pada dinding pembuluh darah, selanjutnya timbul
penyumbatan serta tidak ada suplai makanan dan oksigen ke
jaringan, sehingga terjadi kematian sel otak di sekitarnya.
-

Alcohol dan narkoba


Pemakaian obatobat terlarang seperti cocain, auphetamine, heroin
dsb

meningkatkan

mempengaruhi

tensi

terjadinya
darah

stroke.
secara

Obatobat
tibatiba,

ini

dapat

menyebabkan

terjadinya emboli, karena adanya endocarditis dan menaikkan


kekentalan darah dan perlengketan thrombosit
Pemakaian alkohol berlebihan memicu terjadinya stroke. Pemakaian
jumlah sedikit dapat menaikkan HDL cholesterol dan mengurangi
perlengketan trombosit dan menurunkan kadar fibrinogen Alkohol
berlebihan akan menyebabkan peningkatan tensi darah, darah
gampang menjendal, penurunan aliran darah dan juga atrium
fibrilasi.
-

Kontrasepsi oral
Resiko

strok

meningkat

pada

penggunaan

kontrasepsi

oral,

terutama pada wanita berumur lebih dari 35 tahun, dan yang


memiliki faktor resiko penyakit kardiovaskuler, seperti hipertensi
dan merokok. Resiko relatif stroke pada pemakai ataupun bekas
pengguna kontrasepsi oral meningkat 5 kali lipat, terutama pada
kelompok perokok dan diatas usia 35 tahun.
-

Obesitas
BMI (Body Mass Index) yaitu BB (kg) = TB (m) > 25 29,9
dikategorikan

berat

berlebih

(over

weight).

Sedang

>

30

dikategorikan obesitas. Central Obesitas/Gemuk perut: Dihitung jika


lingkar perut > 102 cm pad alakilaki dan > 88 cm pada perempuan.

Kegemukan meningkatkan terjadnya stroke, baik jenis penyumbatan


ataupun perdarahan. Penurunan berat badan akan menurunkan juga
tekanan darah
-

Hipertensi atau tekanan darah tinggi


Makin tinggi tensi darah makin tinggi kemungkinan terjadinya
stroke, baik perdarahan maupun bukan

Hipotensi atau tekana darah rendah


Pada kasus tekanan darah rendah, klien akan sangat berpotensi
untuk mengarami penurunan tekanan darah dan mengalami syok.
Syok dapat mengakibatkan suply oksigen ke otak menurun dan
terjadilah stroke.

Obesitas atau kegemukan


BMI (Body Mass Index) yaitu BB (kg) = TB (m) > 25 29,9
dikategorikan

berat

berlebih

(over

weight).

Sedang

>

30

dikategorikan obesitas. Central Obesitas/Gemuk perut: Dihitung jika


lingkar perut > 102 cm pad alakilaki dan > 88 cm pada perempuan.
Kegemukan meningkatkan terjadnya stroke, baik jenis penyumbatan
ataupun perdarahan. Penurunan berat badan akan menurunkan juga
tekanan darah
-

Kolesterol darah tinggi


Penelitian menunjukkan angka stroke meningkat pada pasien
dengan kadar cholesterol diatas 240 mg % . Setiap kenaikan 38,7
mg % menaikkan angka stroke 25 %. Sedangkan kenaikan HDL 1 m
mol (38,7 mg %) menurunkan terjadinya stroke setinggi 47 %.
Demikian juga kenaikan trigliserid menaikkan jumlah terjadinya
stroke. Pemberian obatobat anti cholesterol jenis statin sangat
menurunkan terjadinya stroke.

Riwayat penyakit jantung

Penderita penyakit katub jantung dengan atau tanpa atrium fibrilasi


membutuhkan

obat pengencer

darah.

Atrium

fibrilasi

apapun

penyebabnya dapat menyebabkan terjadinya emboli/jendalan darah


yang memicu terjadinya suatu stroke
-

Riwayat penyakit diabetes mellitus


Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri
koronaria, femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan pula
kemungkinan stroke sampai dua kali lipat bila dibandingkan dengan
pasien tanpa diabetes.

Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok merupakan factor resiko
terjadinya stroke terutama dalam kombinasi dengan factor resiko
yang

lain misalnya

pada

kombinasi

merokok

dan pemakaian

kontrasepsi. Hal ini juga ditunjukkan pada perokok pasif. Merokok


meningkatkan terjadinya thombu karena terjadinya artherosklerosis
-

Stress dan lainnya


Tingkat stres psikologis seseorang akan mengakibatkan stres
fisologis pada tubuhnya. Apabila seseorang mengalami stres maka
akan berpengaruh pada tekanan darah dan akhirnya hipertensi lalu
stroke.
Pada tuan andi faktor resiko yang menyebabkan terjadinya SNH
adalah : usia, perokok, mengonsumsi alkohol, ras, dan riwayat
genetic penyakit jantung

5. Patway proses terjadinya stroke dan masalah keperawatan yang muncul


Patofisiologi SNH :
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak
akan menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama

dapat menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang
singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisist sementara
dan bahkan defisist permanen. Sedangkan deficit yang terjadi dalam
waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan
infark pada otak.
Setiap deficit fokal permanen akan bergantung ada daerah otak mana
yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh
darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami
iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisist
fokal permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali mengalami
iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena thrombus atau
emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplay oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang
dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen
dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuronneuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada
metabolisme

sel-sel

neuron,

dimana

sel-sel

neuron

tidak

mampu

menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung pada


glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju otak.
Perdsarahan biasanya berhenti karena pembentukan thrombus oleh fibrin
trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai
direabsorpsi. Rupture ulangan merupakan resiko serius yang terjadi
sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama.
Rupture ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah ke bagian
tertentu

menumbulkan

gegar

otak

dan

kehilangan

kesadaran,

peningkatan tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan


gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi
ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak.
Perubahan

sirkulasi

CSS,

obstruksi

vena,

adanya

edema

dapat

meningkatkan tekanan intracranial yang membahayakan jiwa dengan


cepat. Peningkatan tekanan intracranial yang tidak diobati mengakibatkan

herniasi unkus aau serebellum. Di samping itu, terjadi bradikardia,


hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila

terjadi hemodialisa,

darah dapat mengiritasi pembuluh darah, meningen, dan otak. Darah dan
vasoaktif

yang

dilepas

mendorong

spasme

arteri

yang

berakibat

menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri atau vasospasme bisa


terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan dan
menyebabkan konstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan komplikasi
yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal naurologis, iskemik otak,
dan infark. (Batticaca, 2008)
6. Jelaskan terapi yang diberikan kepada Tn. Andi (Jenis obat, tujuan dari
masing-masing obat, efek samping harus dipertimbangkan, nursing
consideration dan hal hal lain terkait penggunaan obat pada

pasien

stroke).

Neurotam 3 x 3 gr IV
Kandungan : pirasetam 200 mg/ml injeksi, 400 mg; 800 mg; 1200
mg/kapl
Indikasi : pengobatan infark serebral
Kontraindikasi : pada penderita dengan kerusakan ginjal yang parah
(kebersihan

kreatnin

di

bawah

20

ml/menit),

penderita

yang

hipersensitif, pasien hemorrhage serebral.


Perhatian : hati-hati pemberian pada penderita gangguang fungsi
ginjal karena pirasetam hampir seluruhnya dieliminasi melalui ginjal
Efek samping : keguguran, lekas marah, sukar tidur, gelisah, gemetar
dan agitasi. Beberapa pasien telah dilaporkan merasa lelah dan
mengantuk.
Dosis : dosis lazim sehari 1,2-4,8 gram per oral dalam dosis terbagi
dua sampai tiga kali. IV /IM : sehari 3 x 1 gram.
Nursing consideration : dosis yang diberikan melebihi dosis yang
seharusnya.

Assessment

terhadap

adanya

dilakukan. Pantau adanya efek samping berlebih.

kontraindikasi

harus

Brainact 2 x 500 mg IV
Golongan: Obat Kardiovaskuler | Vasodilator
Kandungan: Sitikoline 250mg
Indikasi: gangguan kesadaran disebabkan oleh kerusakan sel saraf,
trauma kepala, bedak otak dan infark serebral, untuk meningkatkan
rehabilitasi gangguan motorik setelah apopleksi serebral.
Kontraindikasi:
Perhatian: pemberian IV sebaiknya secara perlahan
Efek samping: Hipotensi, kulit kemerahan, insomnia
Dosis: gangguan kesadaran disebabkan oleh kerusakan sel saraf,
trauma kepala, atau bedah otak (sehari: 1-2 x 100-500 mg)
Nursing konsideration:
Apabila dilihat dari efek samping pemberian obat, maka perlu
dipantau tensi klien agar tidak mengalamai penurunan tekanan darah,
berikan asuhan keperawatan tentang masalah keperawatan Insomnia
dan resiko kerusakan integritas kulit.

Ceftriaxone 2 x 1 gr
Golongan: Antimikroba | antibakteri |Golongan Sefalosporin
Kandungan: Seftriakson Na 1 g
Indikasi: infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen pada saluran
napas, THT, Sepsis, Meningitis, Tulang sendi, dan jaringanlunak, intra
abdomial, genital, profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien
dengan kekebalan tubuh.
Dosisi: dewasa dan anak: >12th dan anak dengan berat badan >50kg:
sehari 1 x 1-2 gr, dapat dinaikkan sampai sehari 4 gr; bayi s/d 14 hari:
sehari: 1 x 20-50mg/kg BB, tidak boleh lebih dari 50 mg/kg BB. Bayi 15
hari s/d anak 12 tahun: sehari 1 x 20-80 mg/kg BB. Dosis IV 50
mg/kg/BB atau lebih, harus diberikan melalui infus paling cepat 30
menit.
Nursing Consideration:
Pastikan klien meminum obat sesuai dengan dosis yang diberikan
sampai obat habis.

Plavix: Klopidogrel 1 x 75 mg
Antikoagulan, Antiplatelet, dan trombolitik
Indikasi:

pengurangan

keparahan

aterklerosis

nseperti

infark

miokarditis, stroke dan kematian veskulus, ada pasien aterosklerosis


yang mengalami stroke, infark miocardia, dan sakit arteri perifer.
Kontra Indikasi: hipersensitif, perdarahan patologi aktif,
Perhatian:

nhati-hati

pada

pasien

dengan

kemungkinan

resiko

peningkatan perdarahan dari trauma, operasi, atau kondisi patologi


lain; hati-hati jika harus diberikan [ada pasien penderita perdarahan
saluran cerna, pasien sedang diberikan terapi obat anti radang nonsteroid (NSAID), pada wanita hamil dan menyusui.
Efek samping: dapat menyebabkan perdarahan, neutropenia, atau
agranulositosis, sakit saluran cerna.
Dosis: sehari 75 mg; pengaturan dosisi pasien manula dan sakit ginjal
Nursing Consideration:
Pemantauan terjadinya perdarahan dan gangguan saluran cerna
7. Sebutkan dan jelaskan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pada
pasien SNH
Menurut Batticaca, 2008 pemeriksaan laboratorium dan penunjang pada
SNH :

Angiografi serebral : membantu menentukan penyebab stroke secara


spesifik misalnya pertahanan atu sumbatan arteri

Skan tomografi computer (Computer Tomography scan-CT scan)


mengetahui adanya tekanan normal dan adanya thrombosis, emboli
serebral, dan tekanan intracranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan
yang

mengandung

subarachnoid

dan

darah

menunjukkan

perdarahan

intracranial.

adanya
Kadar

perdarahan
protein

total

meningkat, beberapa kasus thrombosis disertai proses inflamasi

Magnetic Resonance imaging (MRI) menunjukkan daerah infark,


perdarahan, malformasi arteriovena (MAV)

Ultrasonografi
arteriovena

Doppler

(masalah

(USG
system

Doppler)
arteri

mengidentifikasi

karotis

{aliran

penyakit

darah

atau

timbulnya plak}) dan arteriosklerosis

Elekrtroensefalogram (EEG) mengidentifikasi masalah pada gelombang


otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

Sinar tengkorak menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal


daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis
interna terdapat pada thrombosis serebral, klasifikasi parsial dinding
aneurisma pada perdarahan subarachnoid

Sedangkan menurut Weiner, 2001, pemeriksaan laboratorium yang


diperlukan untuk pasien SNH :

Hitung

darah

tepi

lengkap

diskrasia

darah,

polisitemia,

trombositopenia, atau thrombositosis atau infeksi sebagai factor resiko


stroke

Waktu protrombin, waktu protrombin parsial : ditujukan kepada


penderita dengan antibody antifosfolipid (waktu protrombin parsial
memanjang.

Analisis urin : hematuria terjadi pada endokarditis bakterialis subakut


(SBE) dengan stroke iskemik oleh karena emboli.

Kecepatan

sedimentasi

(LED)

peningkatan

LED

menunjukkan

kemungkinan adanya vaskulitis, hiperviskositas atau SBE sebagai


penyebab stroke

Kimia darah : peningkatan kadar glukosa, kolesterol atau trigliserida


dalam darah

Foto rontgen dada : pelebaran ukuran jantung sebagai suatu sumber


emboli pada suatu stroke akibat hipertensi lama. Dapat menemukan
suatu keganasan yang tidak diduga sebelumnya.

EKG dapat menunjukkan adanya aritmia jantung, infark miokard baru,


atau pelebaran atrium kiri

CT scan

8. Cari dan diskusikan sebuah artikel tentang perawatan pasien dengan SNH.
Penanganan awal stroke
Pada

klien

dengan

stroke

iskemik,

tujuan

penanganan

adalah

mengembalikan aliran darah pada daerah otak yang dipengaruhi secepat


mungkin. Medikasi yang digunakan pada penanganan stroke iskemik
adalah alteplase, aspirin, dan antikoagulan.
Alteplase (terapi trombolitik) - terapi trombolitik menggunakan suatu
medikasi

yang

disebut

aktivatior

jaringan

plasminogen

(tissue

plasminogen activator, tPA). tPA bekerja dengan menguraikan clots yang


menghambat aliran darah pada arteri-arteri otak. Penanganan trombolitik
menunjukkan kegunaan secara perlahan setelah beberapa jam. Oleh
karena itu, semakin awal diberikan, semakin besar kemungkinan arteri
dapat terbuka.
Penggunaan trombolitik untuk stroke akut memerlukan perawatan di
rumah sakit yang memungkinkan untuk mengkoordinasikan pelayanan
darurat dan menawarkan konsultasi segera dengan neurologis dan
memiliki layanan perawatan intensif dan imaging (seperti CT scan dan
MRI). Tidak semua rumah sakit dapat menyediakan layanan-layanan ini,
dan pada situasi ini, penting untuk mengantarkan pasien ke rumah sakit
yang memiliki layanan ini.
Efek samping - secara keseluruhan, diestimasi bahwa penanganan dengan
alteplase 10 kali cenderung memberikan keuntungan dibanding resiko.
Bagaimanapun, hampir 1 dari 15 pasien yang diberikan terapi trombolitik
mengembangkan pendarahan berlebih (hemorrhage) pada otak; yang
dapat

berakibat

fatal.

Diestimasi

30

pasien

tertangani

dan

satu

mengalami efek samping yang fatal dengan penanganan ini.


Ketika digunakan untuk menangani pasien stroke dalam jumlah besar,
keuntungan

menggunakan

penanganan

ini

melebihi

risikonya;

bagaimanapun, untuk setiap individu, keputusan untuk menggunakan


terapi trombolitik adalah sangat personal.
Aspirin - terapi antiplatelet membantu mencegah perkembangan clots
baru. Tidak seperti obat-obat trombolitik, agen-agen ini tidak mengurai

clots yang telah ada. Terapi ini sering digunakan secara akut jika obatobat trombolitik tidak dapat diberikan atau setelah trombolitik telah
diberikan.
Aspirin adalah satu-satunya agen antiplatelet yang telah diakui efektif
untuk penanganan awal stroke iskemik akut. Oleh karena itu, dokterdokter mungkin menggunakan terapi aspirin di awal (48 jam setelah
dimulainya gejala stroke) untuk pasien dengan stroke iskemik yang tidak
menerima alteplase atau antikoagulan.
Platelet normalnya menempel satu sama lain untuk menghentikan
pendarahan. Hal ini kemudian mengarah pada pembentukan blood clot.
Pada stroke, platelet-platelet saling menempel dan membentuk clot pada
arteri-arteri kecil yang kemudian menghambat aliran darah di otak.
Antikoagulan - antikoagulan sering, tetapi secara tidak benar, disebut
sebagai blood thinner yang bekerja dengan menurunkan bentukanbentukan clots tambahan. Heparin dan heparin berberat molekul rendah
adalah antikoagulan.
Karena

tingginya

resiko

pendarahan

berlebih,

antikoagulan

jarang

direkomendasikan untuk penanganan pasien dengan stroke iskemik akut.

Anda mungkin juga menyukai