Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah gangguan fungsi sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak
dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di
otak dan biasanya disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. Gejala ini
berlangsung cepat berkembang dalam 24 jam atau peredaran darah otak non-traumatik
(Rizaly, 2010).
Menurut data World Health Organization (WHO, 2016) bahwa stroke
merupakan penyebab kedua kematian dan penyebab keenam yang paling umum dari
cacat. Sekitar 15 juta orang menderita stroke yang pertama kali setiap tahun, dengan
sepertiga dari kasus ini atau sekitar 6,5 juta mengakibatkan kematian (3,5 juta
perempuan dan 3,1 juta laki-laki). Stroke merupakan masalah besar di negara-negara
berpenghasilan rendah dari pada di negara berpenghasilan rendah Preseantase
kematian dini karena stroke naik menjadi 94% pada orang dibawah usia 70 tahun.
Di amerika serikat, kejadian baru stroke, diperkirakan sekitar 400.000 orang pertahun.
Data statistik menunjukkan hampir empat juta orang di Amerika Serikat menderita
stroke dan mereka hidup dengan mengalami sisa akibat stroke (Rasyid & Soertidewi,
2011).
Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang menyerupai
stroke, prevalensi stroke di Provinsi Lampung adalah 5,5 per 1000 penduduk.
Menurut kabupaten/kota prevalensi urutan ke-3 dibandingkan wilayah lainnya, baik
berdasarkan diagnosis maupun gejala (Riskesdes, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh RS Dr.H Abdul Moeloek Provinsi Lampung di
ruang Bougenvil pada tahun 2018 terhitung dari Januari-Desember 2018. Penyakit
stroke merupakan penyakit yang tergolong urutan nomor 1 dari 10 terbesar penyakit
pada tahun 2018 diruang tersebut.
Keperawatan paliatif itu sendiri merupakan spesialisasi ragam bidang.
Sekelompok dokter, perawat, ahli keperawatan kesehatan dan spesialis lainnya
bekerja bahu-mambahu dengan dokter utama untuk memberikan dukungan tambahan
kepada pasien dan keluarganya. Perawatan in berfungsi sebagai sistem dukungan
yang tak ternilai ketika berhadapan dengan penyakit apapun. Dengan perawatan
paliatif, pasien dan keluarganya dapat berkomunikasi dengan dokter mereka lebih
baik tentang tujuan pengobatan dan harapan mereka. Keistimewaan dari perawatan
paliatif bersama penanganan kesehatan pasien dengan kondisi serius dan basanya
menahun (kronis) atau tingkah akhir (terminal). Tujuan utama dari perawatan paliatif
adalah untuk meredakan gejala-gejala pasien dan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, serta keluarganya. Perawatan paliatif biasanya dberikan untuk mengatasi
gejala penyakit yang mengancam jiwa, serta komplikasi dari pengobatan untuk
penyakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana perawatan paliatif pada penderita Stroke.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tentang :
a. Definisi Stroke
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Menurut WHO stroke adalah tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal dengan gejala-ge jala yang berlangsung selama 24jam
atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler. (Hendro Susilo,2000)

Penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik


secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari
pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak. Patologis ini
menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh
darah atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen
pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen.

B. Etiologi
Menurut Smeltzer(2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian yaitu:
1. Trombosis serebral
Perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombisis
serebral yang merupakan penyebab paling utama dari stroke. Tanda-tanda
thrombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum.
Beberapa secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan
kelihatan bicara sementara, hemiplegia atau presentasia pada setengah tubuh
dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral atau cabang-cabangnya,
yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparasisis atau hemiplegia tiba-
tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien
dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme
serebral.
3. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

4. Haemorhagi serebral
a. Haemorhagi serebral (haemoragi epidural)
Adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan
segera. Keadaan ini biasanya fraktur tengkorak dengan robekan arteri
tengah, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk
mempertahankan hidup.
b. Haemorhagi subdural
Pada dasarnya sama dengan haemorhagi epidural, kecuali
bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek karena
periode pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan tekanan
pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami haemoragi subdural
kronik tanpa menunjukan tanda atau gejala.
c. Haemorhagi subarakhnoit
Dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus
Willisi dan malformasi arteri vena kengenital pada otak.
d. Haemorhagi intracerebral
Adalah perdarahan di substansi dalam otak paling umum pada
pasien dengan hipertensi dan ateroklerosis serebral, karena perubahan
degeneratif penyakit ini biasanya menyebabkan rupture pembuluh
darah.
C. Manisfestasi Klinis
1. Defisit lapang penglihatan
a. Homonimus heminopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan)
Tidak menyadari orang/objek di tempat kehilangan, penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
b. Kehilangan penglihatan perifer
Kesulitan melihat pada malam hari , tidak menyadarai objek atau batas
objek.
c. Diplopia
Penglihatan ganda.

2. Defisit motorik
a. Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama .
b. Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, peril
dasar berdiri yang luas.
c. Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata.
d. Disfagia
Kesulitan dalam menelan.

3. Defisit verbal
a. Afasia ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu
bicara dalam respon kata tunggal.
b. Afasia reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi
tidak masuk akal.
c. Afasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dam ekspresif
4. Defisit kognitif

Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan


panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi, alasan abstrak buruk, perubahan penilaian.

5. Defisit emosional
Penderita akan mengalami kehilangan control diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stess, depresi, menarik
diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.

D. Faktor Resiko
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko stroke yang potensial, hipertensi
dapat megakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak.
Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbulah perdarahan otak dan
apabila pembuluh darah menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu
dan sel-sel otak akan mengalami kematian.
2. Diabetes Mellitus
Mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran
besar, menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter
pembuluh darah dan menyempinya tersebut kemudian akan menggangu
kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan infrak sel-
sel otak.
3. Jantung
Berbagai penyakit jantung akan berpotensi untuk menimbulkan stroke,
faktor resiko ini akan menumbulkan hambatan /sumbatan aliran darah ke otak
karena jantung melepas gumpalan darah atau sel-sel jaringan yang telah mati
ke dalam aliran darah.
4. Hiperkolesterolemi
Meninnginya angka kolesterol dalam darah, terutama Low Density
Lipopotrein (LDL), merupakan faktor resiko pentung terjadinya
arteriosclerosis (menebalnya dinding pembuluh darah yang kemudian diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kadar LDL dan
penurunan kadar HDR (High Density Lipoprotrein) merupakan faktor resiko
untuk terjadinya penyakit jantung coroner.
5. Infeksi
Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor resiko stroke
adalah tuberculosis, malaria, lues, dan infeksi cacing.

E. Komplikasi
1. Komplikasi dini (0-8jam pertama)
a. Edema serebri
Deficit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan
kematian.
b. Infrak miokard
Penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
a. Pneumonia
b. Infrak miokard
c. Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, sering kali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
d. Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat.
3. Komplikasi jangka panjang
Stroke rekuren, infrak mikard, gangguan vascular lain (penyakit
vascular perifer).

F. Pencegahan
Pencegahan stroke yang efektif adalah degan cara menghindari dari faktor
resikonya, banyak faktor resiko yang bisa di modifikasi.

Sebagian dari pencegahan stroke antara lain:

1. Kontrol tekanan darah


2. Kurangi atau hentikan merokok
3. Olahraga teratur
4. Perbanyak makan sayur dan buah
5. Suplai vitamin E yang cukup.
G. Penatalaksanaan
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendir yang sering
b. mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki atimia jantung
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus di ubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan gerak
pasif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Selama pengkajian perawat tidak boleh berasumsi tentang bagaimana atau klien atau
keluarganya mengalami duka cita. Perawat harus menghindari membuat asumsi
bahwa perilaku tertentu menandakan duka cita, sebaliknya perawat harus memberi
kesempatan pada klien untuk menceritakan apa yang sedang terjadi dengan cara
mereka sendiri. Pengkajian tentang klien dan keluarganya dimulai dengan menggali
makna kehilangan bagi mereka. Perawat mewawancarai klien dengan keluarga
dengan menggunakan komunikasi yang tulus dan terbuka, dengan menekankan
keterampilan mendengar dan mengamati respon dan perilaku mereka. Perawat
mengkaji bagaimana klien bereaksi dan bukan bagaimana klien seharusnya bereaksi.
Pertimbangan terhadap variable ini memberi perawat data dasar yang luas sehingga
dari data tersebut dapat dibuat perawatan yang sifatnya individual bagi klien.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan degan Hemiparese (kelumpuhan pada
salah satu sisi anggota tubuh)
2. Resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial
atau oral
4. Kesiapan meningkatkan religiositas b.d penyakit yang diderita (stroke)

C. INTERVENSI
Diagnosa 1
Gangguan mobilitas fisik berhubungan degan Hemiparese (kelumpuhan pada salah
satu sisi anggota tubuh).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mobilitas
klien mengalami peningkatan atau perbaikan.

Intervensi Rasional
Kaji kemampuan fungsional/luasnya kerusakan awal Mengidentifikasi kekuatan
atau kelemahan dan dapat
memberikan informasi
mengenai pemulihan.
Ubah posisi minimal setiap 2 jam Menurunkan resiko terjadinya
trauma/iskemia jaringan.
Latih rentang gerak/ROM Meminimalkan atrofi otot,
meningkat sirkulasi,
membantu mencegh
kontroktur.
Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan Mencegah adduksi bahu dan
abduksi pada tangan fleksi siku
Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi. Mempertahanka posisi
fungsional.

Diagnosa 2
Resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien
mampu mempertahankan keutuhan kulit.

INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan untuk melakukan ROM jika Meningkatkan aliran darah ke semua daerah
mungkin
Ubah posisi tiap 2 jam Menghindari tekanan dan meningkatkan
aliran darah
Gunakan bantal atau pengganjal yang Menghindari tekanan yang berlebihan pada
lunak di bawah daerah yang menonjol daerah yang menonjol
Jaga kebersihan kulit seminimal mungkin Mempertahankan keutuhan kulit
untuk mengindari trauma dan panas
terhadap kulit

Diagnosa 3
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial atau
oral
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharpakan kerusakan
komunikasi verbal dapat teratasi

INTERVENSI RASIONAL
Kaji tipe derajat komunikasi, seperti Membantu menentukan daerah dan
spontan, tidak tampak memahami atau derajat kerusakan serebral yang terjadi
mengalami kesulitan berbicara
Meminta pasien untuk mengucapkan Mengidentifikasi adanya komponen
kata/suara sederhana motorik bicara (seperti lidah, gerakan
bibir, kontrol nafas)
Memberikan metode alternatif seperti Memberikan komunikasi tentang
menulis di papan tulis kebutuhan berdasarkan keadaan defisit
yang mendasarnya
Kolaborasi dan konsultasikan kepada ahli Mempercepat proses penyembuhan
terapi wicara

Diagnosa 4

Kesiapan meningkatkan religiositas b.d penyakit yang diderita (stroke)

Tujuan : setelah dilakukan pengkajian selama klien sakit diharapkan klien mampu

Intervensi Rasional
Berikan informasi singkat mengenai Memberikan informasi dan cara meditasi
pengajaran atau cara meditasi (sesuai yang tepat.
agama klien)
Bantu klien mengidentifikasi ruangan Membantu menentukan tempat yang
dalam rumah yang tenang yaman untuk melakukan meditasi.
Ajarkan langkah-langkah meditasi Agar klien dapat melakukan meditasi
dengan benar.
Kolaborasi dengan tokoh agama setempat Membantu klien lebih bisa meningkatkan
religi nya.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah gangguan fungsi sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dapat
berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak dan
biasanya disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. Gejala ini berlangsung cepat
berkembang dalam 24 jam atau peredaran darah otak non-traumatik (Rizaly, 2010).

Keperawatan paliatif itu sendiri merupakan spesialisasi ragam bidang. Sekelompok


dokter, perawat, ahli keperawatan kesehatan dan spesialis lainnya bekerja bahu-mambahu
dengan dokter utama untuk memberikan dukungan tambahan kepada pasien dan keluarganya.
Perawatan in berfungsi sebagai sistem dukungan yang tak ternilai ketika berhadapan dengan
penyakit apapun. Dengan perawatan paliatif, pasien dan keluarganya dapat berkomunikasi
dengan dokter mereka lebih baik tentang tujuan pengobatan dan harapan mereka.
Keistimewaan dari perawatan paliatif bersama penanganan kesehatan pasien dengan kondisi
serius dan basanya menahun (kronis) atau tingkah akhir (terminal). Tujuan utama dari
perawatan paliatif adalah untuk meredakan gejala-gejala pasien dan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien, serta keluarganya. Perawatan paliatif biasanya dberikan untuk
mengatasi gejala penyakit yang mengancam jiwa, serta komplikasi dari pengobatan untuk
penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Padila.2018.Buku Ajar KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.Yogyakarta : Nur Medika.


L margaret,Campbell et all. 2013. Nurse to Nurse Perawatan Paliatif. Jakarta : Salemba
Medika

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF


PADA PENYAKIT SYARAF (STROKE)
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal
Dosen Pengampu : Neti Mustikawati,Ns.Sp.Kep.An

Kelompok 5:

1. Fanny Andarista F (17.1319.S)


2. Hesti Rizqiana (17.
3. Ilmiyah Nafi’ati (17.1328.S)
4. Yekti Kurniastuti (.17.1406.S)

S1 Keperawatan 3B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

Anda mungkin juga menyukai