Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Benny Arief Sulistyanto, MSN.

Kelompok 6 :

1. Ilmiyah Nafi’ati (17.1328.S)


2. M.Arif Aulia K (17.1346.S)
3. Yekti Kurniastuti (17.1406.S)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari
komplikasi diabetes melitus di mana terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan:
kadar gula darah sangat tinggi, meningkatkan dehidrasi hipertonik dan tanpa disertai
ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe II.
HHNK yang merupakan komplikasi dari DM tipe II telah menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat global dan menurut International Diabetes Federation (IDF)
pemutakhiran ke-5 tahun 2012, jumlah penderitanya semakin bertambah. Menurut
estimasi IDF tahun 2012, lebih dari 371 juta orang di seluruh dunia mengalami DM, 4,8
juta orang meninggal akibat penyakit metabolik ini dan 471 miliar dolar Amerika
dikeluarkan untuk pengobatannya.
Di Indonesia pervalensi HHNK belum teridentifikasi secara pasti. Namun terjadinya
HHNK tersebut disebabkan oleh DM tipe 2. Prevalensi DM Tipe 2 yang terdiagnosis
dokter tertinggi menurut Riskesdas terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang
terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen.
Hiperglikemia ditemukan 85% pasien HHNK mengidap penyakit ginjal atau
kardiovaskuler, pernah jugaditemukan pada penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan
penyakit Chusing. Pasien HHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai
penyakit lain. Komplikasi sangat sering terjadi dan angka kematian mencapai 25%-50%.
Angka kematian HHNK 40-50%, lebih tinggi dari pada diabetik ketoasidosis. Karena
pasien HHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit lain. Sindrom
koma hiperglikemik hiperosmolar non ketosis penting diketahui karena kemiripannya dan
perbedaannya dari ketoasidosis diabetic berat dan merupakan diagnosa banding serta
perbedaan dalam penatalaksanaan. Pasien yang mengalami sindrom koma hipoglikemia
hiperosmolar nonketosis akan mengalami prognosis jelek. Komplikasi sangat sering
terjadi dan angka kematian mencapai 25%-50% (Morton, 2011).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta untuk
pegangan dalam memberikan bimbingan dan asuhan keperawatan pada klien dengan
HHNK serta Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kritis.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang definisi HHNK
b. Menjelaskan tentang etiologi HHNK
c. Menyebutkan tentang manifestasi klinis HHNK
d. Menjelaskan tentang patofisiologi HHNK
e. Menjelaskan tentang penatalaksaan (Terapi Farmakologis, Terapi Non-
Farmakologis, Penatalaksanaan Khusus) HHNK
f. Menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan HHNK
BAB II
KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Koma nonketotik hiperglikemik hipersomolar merupakan komplikasi akut yang
dijumpai pada pengidap diabetes tipe 2. Kondisi ini juga merupakan petunjuk perburukan
drastis penyakit (Elizabet, 2009).
Koma hipersomolar hiperglikemi adalah suatu kedaruratan yang mengancam jiwa
yang di tandai dengan hiperglikemi (kadar glukosa darah melebihi 600 mg/dl dan dapat
setinggi 2000mg/dl) dengan tidak terdapatnya ketonemia yang signifikan (Mima, 2001).
Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu komplikasi akut dari diabetes
melitus di mana penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan
kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma. Ini terjadi
pada penderita diabetes tipe II.
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari
komplikasi diabetes melitus di mana terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan:
kadar gula darah sangat tinggi, meningkatkan dehidrasi hipertonik dan tanpa disertai
ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe II.
HHNK merupakan sindrom yang ditandai oleh hiperglikmia ekstrim dan deplesi
volume intravaskular tanpa ketonemia dan dengan asidosis dan ketonuria yang minimal
atau tidak ada. Influenza atau pneumonia bakterial dapat mencetuskan terjadinya HHNK
pada pasien diabetes mellitus tipe dua. (Stillwell, 2011).

B. ETIOLOGI
1. Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernapasan yang
mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medula)
sehingga pernapasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapsan. Impuls yang timbul dalam pusat pernapasan
menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf ke reseptor
pada otot-otot pernapasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis,
otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan
akan sangat mempengaruhi ventilasi.
3. Efusi pelura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekpansi paru.
Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakit paru yang mendasari, penyakit pelura atau
trauma dan cidera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari
hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah
pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki atologi yang mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pneumonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pneumonia kimiawi atau pnemonia
diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat
asam. Asam bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa
kondisi lain yang menyebabkan gagal nafas.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinik Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik / Gejala Hiperglikemia
Hiperosmolar Non Ketotik. Tanda dan gejala umum KHNK adalah haus, kulit terasa
hangat dan kering, mual dan muntah, nafsu makan menurun (penurunan berat badan),
nyeri abdomen, pusing, pandangan kabur, banyak kencing, mudah lelah, polidipsi,
poliuria, penurunan kesadaran.
Gejala-gejala Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik meliputi :
1. Agak mengantuk, insiden stupor atau sering koma.
2. Poliuria selam 1 -3 hari sebelum gejala klinis timbul.
3. Tidak ada hiperventilasi dan tidak ada bau napas.
4. Penipisan volume sangat berlebihan (dehidrasi, hipovolemi).
5. Glukosa serum mencapai 600 mg/dl sampai 2400 mg/dl.
6. Kadang-kadang terdapat gejala-gejala gastrointestinal.
7. Hipernatremia.
8. Kegagalan mekanisme haus yang mengakibatkan pencernaan air tidak adekuat.
9. Osmolaritas serum tinggi dengan gejala SSP minimal (disorientasi, kejang setempat).
10. Kerusakan fungsi ginjal.
11. Kadar HCO3 kurang dari 10 mEq/L.
12. Kadar CO2 normal
13. Kalium serum biasanya normal
14. Tidak ada ketonemia.
15. Asidosis ringan

D. PATOFISIOLOGI.
Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan
hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan
hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di
plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat
meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan
hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam
intra vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler. Bila klien tidak
merasakan sensasi haus akan menyebabkan kekurangan cairan.
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul
glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ).
Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti
hilangnya potasium, sodium dan phospat.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg%
sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi
sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka
semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan
glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria
mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga
pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang
disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat
lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke
sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan
protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh,
maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut
poliphagia.
Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan
hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat. Disfungsi
sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi
koma. Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat
mengakibatkan pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral, jantung.

E. PENATALAKSANAAN (Terapi Farmakologis, Terapi Non-Farmakologis,


Penatalaksanaan Khusus)
1. Penatalaksanaan Medis / Farmakologi
a. Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan mengunkan cairan
NaCl bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik ½ normal diguyur 1000 ml/jam
sampai keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru
diperhitungkan kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan
isotonil harus mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung,
penyakit ginjal atau hipernatremia. Glukosa 5% diberikan pada waktu kadar
glukosa dalam sekitar 200-250 mg%.
b. Insulin
Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik non
ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan dengan
insulin dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu
pelaksanaan pengobatan dapat menggunakan skema mirip proprotokol
ketoasidosis diabetik
c. Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi ginjal
membaik, perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan
d. Hindari infeksi sekunder
Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter
2. Terapi Non-Farmakologis
3. Penatalaksanaan Khusus
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama : Pasien biasanya akan mengeluhkan rasa lemah,gangguan
penglihatan atau kaki kejang. Dapat pula ditemukan keluhan mual muntah,
namun lebih jarang jika dibandingkan dengan KAD. Kadang pasien datang
dengan disertai keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang,
atau koma.
b. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya: Pasien dengan riwayat penyakit diabetes
melitus tipe 2,memiliki penyakit dasar lainnya seperti
akromegali,tirotoksikosis dan penyakit cushing. Terdapa juga riwayat
penggunaan obat berupa kortikosteroid, diuretik tiazid, furosemid, interferon,
suplemen kalium, fenitoin natrium, dan propranolol.
2) Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien sedikit mengantuk,mengonsumsi
makanan dan minuman sedikit selama beberapa hari dan lebih banyak tidur
hingga sulit dibangunkan.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga : Dapat ditemukan riwayat keluarga dengan
diabetes melitus
c. Pemeriksaan Fisik
1) Primary Survey
a) Airway : Kemungkinan adanya sumbatan jalan nafas yang terjadi karena
adanya penurunan kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan
transport oksigen ke otak.
b) Breathing : Adanya tachypnea, sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan oksigen.
c) Circulation : Sebagai akibat diuresis osmotik, akan terjadi dehidrasi.
Visikositas darah juga akan mengalami peningkatan yang berdampak
pada resiko terbentuknya trombus sehingga akan menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi organ.
d) Disability
2) Secondary Survey
a) B1 breathing : tachypnae, dyspnae, nafas tidak bau aseton, pernafasan
cepat yang tidak disertai nafas kusmaul
b) B2 blood : tachicardia, curah jantung rendah, hipotensi postural, capilary
refill > 3 detik
c) B3 brain : Penurunan kesadaran dan ganguan status mental dari konfusi
hingga koma
d) B4 blader : poliuria( tahap awal ), oliguria ( tahap lanjut ), nocturia,
inkontinensia
e) B5 bowel : distensi abdomen dan penurunan bising usus
f) B6 bone : pasien terlihat lemah, kulit hangat kemerahan. Membran
mukosa dan kulit kering, turgor kulit buruk, Mempunyai infeksi kulit
dengan luka yang sulit sembuh.

2. Diagnosa Keperawatan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hyperglikemia, Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan dengan
kekurangan insulin secara relative, paling sering terjadi pada panderita NIDDM.Angka
kematian HHNK 40-50%, lebih tinggi dari pada diabetik ketoasidosis. Karena pasien
HHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit lain. Sindrome
Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan hormon insulin dan
kelebihan hormon glukagon.
Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga
terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan
glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar
glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan
intraseluler ke dalam intra vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler.

B. Saran
Mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat profesional sebaiknya dapat
mengetahui serta memahami semua aspek-aspek penting mengenai hiperosmolar
hiperglikemi hipoglikemi agar dapat menerapkan perawatan yang profesional dan
holistik, mengingat bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang memiliki komplikasi
serta dapat menyebabkan resiko terjadinya koma bahkan kematian. Aspek-aspek tersebut
terdiri dari definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
komplikasi serta penatalaksanaan medis maupun keperawatan dari hiperosmolar
hiperglikemi hipoglikemi. Mahasiswa diharapkan mampu menyampaikan semua aspek
tersebut baik pada pasien, keluarga pasien maupun pada masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hardaye, W. R. 2012. Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketosis.


http://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/hiperglikemia-hiperosmolar-non-ketosis.html.
Diakses tanggal 29 April 2014.

Morton, P. G. 2011. Keperawatan Kritis vol. 2. Jakarta : EGC.

Rengganis, Iris dkk. 2007. Bunga Rampai Masalah Kesehatan Dari Dalam Kandungan
Sampai Lanjut Usia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI.

Setiawan, Deni. 2011. Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketosis.


http://lphalusinasi.blogspot.com/2011/05/koma-hiperglikemik-hiperosmolar-non.html.
Diakses tanggal 28 April 2014.

Anda mungkin juga menyukai