LAPORAN PENDAHUUAN
“STROKE NON HEMORAGIC”
DI RUANG TULIP
RUMAH SAKIT dr. DRAJAT PRAWIRANEGARA SERANG-BANTEN
VIVIE IRVIANI
(5019031106)
A. Definisi Stroke
Stroke adalah deficit neurologis yang mempunyai awitan tiba-tiba,
berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh penyakit cardiovascular.
Stroke terjadi saat terdapat gangguan aliran darah ke bagian otak. Aliran darah
terganggu karena adanya sumbatan pembuluh darah, karena thrombus ataupun
embolus, atau rupture pembuluh darah.
B. Etiologi Stroke
1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak
2. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak
3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak
C. Klasifikasi Stroke
1. Stroke hemoragik
Merupakan stroke perdarahan dan terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
yang meuju ke otak. Stroke perdarahan dibagi menjadi dua, yaitu stroke
perdarahan intraserebral (pada jaringan otak) dan stroke perdarahan
subarachnoid ( dibawah jaringan pembungkus otak).
D. Manifestasi Klinis
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (hemiparesis) yang timbul mendadak
2. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik)
3. Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor,
atau koma)
4. Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara)
5. Bicara pelo atau cadel
6. Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran)
7. Vertigo
E. Patofisiologi / Patoflow
Faktor resiko
Ateriosklerosis
Thrombosis
Iskemik jaringan
otak
Stroke
Disartria, Gangguan
dislasia/afasia, menelan
apraksia
F. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan / Terapi
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah komunikasi
Gangguan serebral (ADS) secara
verbalbelum dapat dibuktikan.
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
2. Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
3. Rehabilitasi
a. Terapi olahrga
b. Elektrosimulasi
c. Magnitoterapi
d. Latihan aktivitas sehari-hari (ADL) fungsi dan kemampuan kerja
e. Metode khusus : kombinasi spiritual dan blok novocain
f. Terapi wicara dan bahasa
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi
arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan
otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
H. Pengkajian Keperawatan Fokus
1. Wawancara
Keluhan utama : umumnya mengeluh nyeri pada kepala, pusing atau
vertigo, gangguan sensasi seperti penglihatan, keseimbangan. Selain itu
ada juga yang mengeluhkan kelemaha satu sisi tubuh.
Riwayat sekarang : serangan stroke sering kali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separo badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Riwayat dahulu : adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, penggunaan obat - obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, dan kegemukan.
Riwayat keluarga : apakah ada anggota keluarga terdekat yang mengalami
obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, atau kerusakan ginjal?
Activity Daily Living : sebelum sakit senang minum kopi, merokok. Tidak
mampu menelan, mual, muntah. Stres, susah tidur, kelemahan, hemiplegi,
hemiparesis. Inkontinensia urin, anuria, distensi kandung kemih, distensi
abdomen.
I. Analisa Data
Perencanaan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan Intervensi (SIKI) Tindakan (SIKI)
(SLKI)
1 Risiko perfusi serebral Setelah dilakukan asuhan Monitor neurologi Observasi
- Monitor tingkat kesadaran (GCS)
tidak efektif keperawatan selama 3x24
- Monitor tanda-tanda vital
dibuktikan dengan jam, perfusi serebral - Monitor kesimetrisan wajah
- Monitor keluhan sakit kepala
hipertensi meningkat dengan kriteria
- Monitor pola berkeringat
hasil: - Monitor respon babinski
- Monitor respon cushing
1. Sakit kepala
menurun Terapeutik
2. Gelisah menurun - Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis
3. Kecemasan menurun - Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan
4. Tekanan darah
intrakranial
systole dan diastole
dalam rentang
normal 120/80
mmHg
5. Refleks saraf
membaik
2 Gangguan menelan Setelah dilakukan asuhan Terapi menelan Observasi
- monitor tanda dan gejala aspirasi
b.d gangguan saraf keperawatan selama 3x24
- monitor tanda kelelahan saat makan, minum dan
kranial (N.IX) d.d jam, status menelan
menelan
pasien sulit menelan, membaik dengan kriteria
Terapeutik
tersedak saat diberi hasil:
- gunakan alat bantu, jika perlu
makanan, minuman, 1. Reflek menelan - hindari penggunaan sedotan
- posisikan duduk
menolak makanan dan meningkat
- berikan permen lollipop untuk meningkatkan
2. Kemampuan
sulit mengunyah.
kekuatan lidah
mengunyah
meningkat Edukasi
3. penerimaan - informasikan manfaat terapi menelan kepada pasien
makanan membaik dan keluarga
- anjurkan tidak bicara saat makan
kolaborasi
- kolaborasi dengan anggota tim perawatan kesehatan
dalam memberikan terapi (mis.terapis okupasi, ahli
patologi bicara, dan ahli gizi) dalam mengatur
program rehabilitasi pasien.
3 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan Latihan rentang Observasi
- identifikasi keterbatasan pergerakan sendi
fisik b.d penurunan keperawatan selama 3x24 gerak
- monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri pada saat
kekuatan otot d.d jam, mobilitas fisik bergerak
pasien mengeluh sulit meningkat dengan kriteria
Terapeutik
mengerakkan hasil : - cegah trauma selama latihan rentang gerak dilakukan
- bantu mengoptimalkan posisi tubuh untuk pergerakan
ekstremitas, kekuatan 1. pergerakan
sendi yang aktif dan pasif
otot dan ROM ekstremitas
- anjurkan pasien untuk melakukan rentang gerak pasif
menurun, fisik lemah. meningkat
dan aktif secara sistematis
2. kekuatan otot
- anjurkan pasien untuk duduk di tempat tidur atau
meningkat
kursi, jika perlu
3. rentang gerak
(ROM) meningkat Edukasi
4. gerakan terbatas - ajarkan rentang gerak aktif sesuai dengan program
menurun latihan
5. kelemahan fisik - informasikan tujuan dari latihan
menurun
Kolaborasi
- kolaborasi dengan fisioterapis mengembangkan
program latihan, jika perlu
- berikan dukungan positif pada saat melakukan
latihan gerak sendi
4 Gangguan komunikasi Setelah dilakukan asuhan Promosi komunikasi : Observasi
- Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis
verbal b.d penurunan keperawatan selama 3x24 defisit bicara
yang berkaitan dengan bicara (mis. Memori,
sirkulasi ke otak d.d jam, komunikasi verbal
pasien tidak mampu meningkat dengan kriteria pendengaran, dan bahasa)
- Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang
berbicara atau hasil :
mengganggu bicara
mendengar, afasia, 1. Kemampuan
apraksia, disartria, dan berbicara meningkat Terapeutik
2. Kemampuan - Gunakan metode komunikasi alternatif
bicara pelo.
- Sesuiakan gaya komunikasi dengan kebutuhan
mendengar
- Berikan dukungan psikologis
meningkat - Gunakan juru bicara, jika perlu
3. Afasia menurun
4. Apraksia menurun Edukasi
5. Disatria menurun - Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif,
6. Bicara pelo menurun
anatomis, dan fisiologis yang berhubungan dengan
kemampuan bicara
- Anjurkan berbicara perlahan
Kolaborasi
- Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
DAFTAR PUSTAKA
4. Sutrisno, Alfred. STROKE? You must know before you get it! : sebaiknya anda
mencari tahu sebelum anda terserang stroke. Jakarta : Gramedia.
7. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SDKI) Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI