Anda di halaman 1dari 6

Penatalaksanaan

Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat berupa terapi
farmasi, radiologi intervensional, atau pun pembedahan. Untuk stroke iskemik, terapi
bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah keotak, membantu lisis bekuan darah dan
mencegah trombosis lanjutan, melindungi jaringan otak yang masih aktif, dan mencegah
cedera sekunder lain.
a. Farmakologis
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intraarterial.
3. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombositmemainkan peran sangat
penting dalam pembentukan trombus dan ambolisasi. Antiagresi trombosis seperti
aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi trombosis yang
terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler
b. Non Farmakologis Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait proses
pemulihan kondisi pasca stroke :
1. Terapi Wicara, Terapi wicara membantu penderita untuk mengunyah, berbicara,
maupun mengerti kembali kata – kata.
2. Fisioterapi, Kegunaan metode fisioterapi yang digunakan untuk menangani kondisi
stroke stadium akut bertujuan untuk :
a. Mencegah komplikasi pada fungsi paru akibat tirah baring yang lama
b. Menghambat spastisitas, pola sinergis ketika ada peningkatan tonus
c. Mengurangi oedem pada anggota gerak atas dan bawah sisi sakit
d. Merangsang timbulnya tonus ke arah normal, pola gerak dan koordinasi gerak
e. Meningkatkan kemampuanaktivitas fungsional.
3. Akupuntur, Akupuntur merupakan metode penyembuhan dengan cara memasukkan
jarum dititik-titk tertentupada tubuh penderita stroke. Akupuntur dapat
mempersingkat waktu penyembuhan dan pemulihan gerak motorik serta
ketrampilan sehari-hari.
4. Terapi Ozon, Terapi ozon bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah ke otak,
membuka dan mencegah penyempitan pembuluh darah otak, mencegah kerusakan
sel-sel otak akibat kekurangan oksigen, merehabilitasi pasien pasca serangan stroke
agar fungsi organ tubuh yang terganggu dapat pulih kembali, meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, serta mengendalikan kadar kolestrol dan tekanan darah.
5. Terapi Sonolisis (Sonolysis Theraphy), Terapi ini bertujuan untuk memecahkan
sumbatan pada pembuluh darah agar menjadi partikel-partikel kecil yang sangat
halus sehingga tidak menjadi resiko untuk timbulnya sumbatan-sumbatan baru
ditempat lain. Terapi sonolisis ini dilakukan dengan teknik ultrasound dan tanpa
menggunakan obat-obatan.
6. Hidroterapi Kolam, hidroterapi digunakan untuk merehabilitasi gangguan saraf
motorik pasien pascastroke. Kolam hidroterapi berisi air hangat yang membuat
tubuh bisa bergerak lancar, memperlancar peredaran darah dengan melebarnya
pembuluh darah, dan memberikan ketenangan.kolam hidroterapi memungkinkan
pasien untuk berlatih menggerakan anggota tubuh tanpa resiko cedera akibat
terjatuh.
7. Senam Ergonomik Senam ini berfungsi untuk melatih otot-otot yang kaku dengan
gerakan-gerakan yang ringan dan tidak menimbulkan rasa sakit bagi penderitanya.
Senam ergonomik diawali dengan menarik napas menggunakan pernapasan dada.
Hal ini bertujuan supaya paru-paru dapat lebih banyak menghimpun udara. Ketika
napas, oksigen dialirkan keotak yang memerlukan oksigen dalam jumlah yang banyak
supaya dapat berfungsi dengan baik. Dengan demikian, senam ergonomik dapat
dikatakan membantu penderita stroke karena kondisi stroke merupakan
terganggunya suplai oksigen ke otak.
8. Yoga (Terapi Meditasi) Yoga menurunkan resiko terkena stroke dengan
meningkatkan suplai darah keotak bila yoga dilakukan secara teratur. Aktivitas yang
dilakukan dalam yoga khusus penderita stroke yaitu latihan peregangan seluruh
bagian tubuh, memijit organ-organ internal, kelenjar, sistem peredaran darah dan
sistem pembuangan, demikian pernyataan Rahmat Darmawan, seorang master of
energy yang juga praktisi yoga.
9. Terapi Musik Penelitian mengungkapkan bahwa dengan mendengarkan musik setiap
hari, penderita akan mengalami peningkatan pada ingatan verbalnya dan memiliki
mood yang lebih baikdibandingkan dengan penderita stroke yang tidak
mendengarkan musik. Selain itu, mendengarkan musik pada tahap awal pascastroke
dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya perasaan
negatif.
10. Terapi Bekam Dalam konsep bekam, darah kotor yaitu darah yang tidak berfungsi
lagi, sehingga tidak diperlukan tubuh dan harus dibuang. Bekam juga dapat
menurunkan tekanan darah berkurang setelah dibekam. Dengan terhindar dari
penggumpalan darah dan tekanan darah tinggi dapat mencegah dan mengobati
stroke.
11. Terapi Nutrisi Beberap zat gizi yang membantu dalam proses terapi nutrisi terkait
stroke, diantaranya, yaitu :
a. Vitamin A. Vitamin A berperan sebagai antioksidan yang dapat mencegah
terbentuknya tumpukan (plak) kolestrol dalam pembuluh darah, misalnya
wortel. Penelitian Harvard menunjukkan adanya penurunan risiko terkena stroke
hingga 68% pada orang yang mengonsumsi lima porsi wortel dalam seminggu.
b. Asam folat. Asam folat dapat menurunkan risiko penyempitan pembuluh darah
otak. Asam folat terkandung dalam jenis sayuran, seperti bayam, salada, dan
pada buah papaya.
c. Isoflavon. Penelitian di Hong Kong, yang dipublikasikan dalam European Heart
Journal, melaporkan bahwa isoflavon meningkatkan fungsi pembuluh darah nadi
(arteri) pada pasien stroke.
d. Vitamin C. Vitamin C dan bioflavonoid yang banyak terdapat pada nanas dapat
membantu mengencerkan darah, sehingga mengurangi hipertensi. Dengan jauh
dari resiko hipertensi, maka risiko stroke menurun.
12. Aromaterapi, Aroma terapi pada pasien stroke berfungsi untuk memperlancar
sirkulasi darah, getah bening, memperkuat fungsi saraf dan menambah kekuatan
otot. Teknik yang digunakan dalam aroma terapi dapat digunakan untuk pemijatan
ataupun digunakan untuk berendam dengan cara meneteskan minyak esensial
kedalam air hangat.
13. Terapi Herbal Terapi herbal membantu meningkatkan fleskibilitas pembuluh darah
dan menstimulasi sirkulasi darah.
14. Hipnoterapi (Hypnotherapy) Dengan hipnoterapi, penderita stroke memahami apa
yang sebenarnya dibutuhkan untuk mencapai kesembuhan sugesti yang diberikan
dirancang supaya pasien mau menjalankan tahapan dalam proses penyembuhan dan
merasa nyaman tanpa paksaan.
15. Psikoterapi Mengalami gangguan diotak karena serangan stroke dapat menyebabkan
penderita mengalami gangguan emosional, seperti depresi. Hal ini disebabkan oleh
ketidaksiapan penderita menghadapi penurunan produktivitas setalah terserang
stroke, yang dilihat dari ketidakmampuan secara fisik melakukan berbagai aktivitas
seperti saat masih sehat. Psikoterapi dapat diterapkan dengan mengajak penderita
melakukan hal yang menyenangkan.
c. Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan :
1. Endoseterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis dileher
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh klien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma

Pencegahan Jangka Panjang Stroke Iskemik


Pencegahan jangka panjang ditujukan pada orang yang telah memiliki Stroke Iskemik
sebagai pencegahan sekunder. Pengobatan untuk pencegahan sekunder Stroke Iskemik
termasuk obat antiplatelet, antikoagulan, dan prosedur bedah untuk membuka kembali
penyumbatan pada pembuluh darah (revaskularisasi).
a. Terapi antiplatelet
Obat antiplatelet aspirin, clopidogrel, dan kombinasi aspirin ditambah extended-release
dipyridamole (Aggrenox) adalah semua pilihan yang dapat diterima untuk mencegah
Stroke Iskemik berulang untuk pasien selain mereka yang memiliki stroke yang
disebabkan oleh emboli dari jantung.
b. Dipyridamole
Merupakan obat yang dapat diberikan setelah stroke untuk mengurangi risiko stroke
yang lain. Hal ini sering diberikan dalam bentuk extended-release, yang
menggabungkan dipyridamole dengan aspirin. Efek samping dari dipyridamole
termasuk sakit kepala, sakit perut, dan atau diare. Sakit kepala biasanya membaik
selama minggu pertama.
c. Clopidogrel
Merupakan obat antiplatelet yang juga digunakan pada pasien setelah stroke untuk
mengurangi risiko mengalami stroke lain. Clopidogrel biasanya tidak dianjurkan dalam
kombinasi dengan aspirin setelah stroke karena kombinasi tidak lebih efektif untuk
mencegah stroke lain baik clopidogrel atau aspirin saja.
d. Aspirin
Aspirin efektif untuk mencegah Stroke Iskemik. Kebanyakan penelitian telah
menemukan bahwa 50-325 mg / hari aspirin efektif sebagai dosis tinggi untuk
mencegah stroke.
e. Terapi antikoagulan
Digunakan untuk mencegah stroke pada pasien yang dipilih. Sebagai contoh, untuk
pencegahan stroke jangka panjang, hampir semua pasien dengan atrial fibrilasi yang
memiliki riwayat stroke emboli atau transient ischemic attack harus ditangani dengan
antikoagulan (warfarin atau dabigatran) tanpa adanya kontraindikasi.
f. Warfarin
Adalah tablet yang diminum. Hal ini sering direkomendasikan sebagai pengobatan
jangka panjang bagi orang yang mengalami seperti fibrilasi atrium jantung.
g. Revaskularisasi
Merupakan istilah medis untuk membangun kembali aliran darah ke suatu daerah. Pada
orang yang telah mengalami stroke, revaskularisasi biasanya mengacu pada prosedur
pembedahan (endarterektomi) yang membuka arteri yang tersumbat di leher (arteri
karotid), yang meningkatkan aliran darah ke otak dan mengurangi risiko 22 stroke.
Jumlah penyumbatan dalam arteri karotid dapat diukur dengan tes ultrasound imaging,
CT angiogram, MRA, atau arteriogram konvensional.
h. Endarterektomi karotis
Yang merupakan penatalaksanaan yang paling baik bila dilakukan oleh seorang ahli.
Namun, tetap saja memiliki faktor risiko seperti, pendarahan, cedera otak, stroke, dan
bahkan kematian.

Komplikasi
Komplikasi dari Stroke Iskemik diantaranya terdapat peningkatan tekanan darah
yang merupakan mekanisme kompensasi sebagai upaya mengejar kekurangan pasokan
darah di tempat lesi. Pada pasien stroke sering kali merupakan pasien DM (diabetes
mellitus), sehingga kadar gula darah pasca stroke akan meningkat akan tetapi sering kali
terjadi kenaikan kadar gula darah pasien sebagai reaksi kompensasi atau mekanisme stress.
Gangguan jantung memerlukan perhatian khusus yang dapat memperburuk keadaan stroke,
bahkan sering merupakan penyebab kematian. Pada pasien Stroke Iskemik bisa mengalami
gangguan respirasi, baik akibat infeksi maupun akibat penekanan di pusat nafas. Komplikasi
kronis pada pasien Stroke Iskemik adalah infeksi dan sepsis yang memerlukan penangan
yang tepat. Gangguan ginjal dan hati juga bisa terjadi pada pasien.

 Komplikasi dini
• Edema serebri
• Abnormalitas jantung
• Kejang
• Nyeri kepala
• Gangguan fungsi menelan
 Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
 Pneumonia
 Emboli paru
 Perdarahan gastrointestinal
 Stroke rekuren
 DVT (Deep vein thrombosis)
 Infeksi sekunder
 Komplikasi jangka Panjang
 Stroke rekuren
 Abnormalitas jantung
 Kelainan metabolic dan nutrisi
 Depresi
 Gangguan vascular lainnya

Prognosis
Prognosis setelah Stroke Iskemik akut sangat bervariasi, tergantung pada tingkat
keparahan stroke dan pada kondisi premorbid pasien, usia, dan komplikasi pasca stroke.
Beberapa pasien mengalami transformasi hemoragik dari infark mereka. Hal ini diperkirakan
terjadi pada 5% dari Stroke Iskemik yang tidak rumit, dengan tidak adanya trombolitik.
Hemoragik transformasi tidak selalu dikaitkan dengan penurunan neurologis dan berkisar
dari perdarahan ptekie kecil untuk evakuasi hematoma yang membutuhkan. Dalam studi
Framingham Stroke dan Rochester, angka kematian secara keseluruhan pada 30 hari setelah
stroke adalah 28%, tingkat kematian pada 30 hari setelah Stroke Iskemik adalah 19%, dan 1
tahun kelangsungan hidup tingkat untuk pasien dengan Stroke Iskemik adalah 77%.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Ilmu Penyakit Saraf. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Edisi III. Hal 150, Surabaya :
Rumah Sakit Dokter Soetomo, 2006.
Bagian Ilmu Penyakit Saraf. STROKE ISKEMIK AKUT: DASAR DAN KLINIS, Surakarta: Rumah Sakit
Universitas Sebelas Maret, 2020
Mutiarasari, D. (2019). Ischemic stroke: Symptoms, risk factors, and prevention. Medika Tadulako:
Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 6(1), 60-73.

Anda mungkin juga menyukai