Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NEUROLOGIS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA


PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NEUROLOGI

Bagian Pemeriksaan Yang Penting Dalam Sistem Neurologi:


Status mental : penampakan dan perilaku, bicara dan bahasa, emosi, pikiran dan persepsi, fungsi kognitif.
Nervus kranial I-XII
Sistem motorik : massa otot, tonus dan kekuatan otot, koordinasi, cara berjalan, dan berdiri.
Sistem sensorik : nyeri dan suhu, posisi dan vibrasi, sentuhan ringan, diskriminasi
Tendon dalam, reflek abdomen, dan plantaris.

A. Status Mental
Penilaian status mental, seperti halnya penilaian keadaan umum, dimulai dengan kata-
kata pertama dalam anamnesis atau wawancara. Ketika mengumpulkan riwayat kesehatan
klien, anda akan mengetahui bagaimana tingkat kesadaran, orientasi, emosi, daya ingat,
dll. Dibawah ini ada komponen pada pemeriksaan status mental klien.
Komponen pada pemeriksaan status mental
Tingkat kesadaran Kesadaran atau kewaspadaan terhadap lingkungan sekitarnya.
Perhatian Kemampuan untuk memfokuskan perhatian dan konsentrasi terhadap satu tugas atau
kegiatan selama suatu periode waktu. Orang yang kurang memperhatikan atau yang
perhatiannya mudah dialihkan disertai gangguan kesadaran akan mengalami
kesulitan untuk menceritakan riwayat medisnya atau menjawab pertanyaan.
Daya Ingat Proses didalam otak untuk mencatat atau merekam semua informasi yang kemudian
(memori) diikuti dengan penyimpanan atau retensi informasi tersebut, proses ini diperiksa
dengan meminta pasien untuk mengulangi materi pembicaraan yang baru saja
didiskusikan. Daya ingat jangka pendek atau daya ingat terhadap hal-hal yang baru
saja terjadi diukur dengan satuan menit, jam atau hari. Daya ingat jangka panjang
atau daya ingat terhadap hal-hal yang suddah lama terjadi diukur berdasarkan masa
selang (interval) beberapa tahun.
Orientasi Kemampuan untuk mengenali identitas seseorang, tempat, dan waktu, kemampuan ini
memerlukan baik daya ingat maupun perhatian.
Persepsi Kemampuan sensorik untuk menyadari keberadaan benda-benda dalam lingkungannya
dan inter-relasi (stimulus eksternal), persepsi juga berhubunngan dengan
stimulus internal seperti mimpi atau halusinasi.
Proses pikir Pola berpikir logis, koheren, dan relevan ketika pikiran pasien menuju kepada sasaran
tertentu, atau bagaimana cara orang berpikir
Isi pikiran Apa yang dipikirkan oleh pasien, termasuk tingkat kemampuan insight dan judgement.
Wawasan Kemampuan untuk menyadari bahwa gejala atau perilaku yang menyimpang itu
normal atau abnormal, misalnya saja kemampuan membedakann antara lamunan
dan halusinasi yang seolah-olah kejadian nyata.
Judgement Proses membandingkan dan mengevaluasi semua alternatif yang tersedia pada saat
harus memutuskan suatu tindakan, kemampuan ini mencerminkan nilai-nilai yang
dapat atau tidak dapat didasarkan pada kenyataan. Kesepakatan serta norma-
norma sosial.
Afek (afektif) Alam perasaan yang dapat diamati dan biasanya bersifat episodik yang diungkapkan
melalui suara, ekspresi wajah, dan tindakan.
Mood (emosi) Perasaan yang berlangsung lebih lama dan dapat mewarnai pandangan pasien terhadap
dunia sekitarnya (perbedaaan antara afek dan emosi dapat disamakan
dengan perbedaan antara iklim dan cuaca)
Bahasa Sistem simbolik yang kompleks untuk mengekspresikan, menerima, dan memahami
kata-kata, seperti hal nya kesadaran, perhatian, dan daya ingat sehingga
bahasa merupakan komponen yang esensial untuk menilai fungsi mental
Fungsi luhur lainnya.
Dinilai berdasarkan perbendaharaan kata, keinginnan untuk memperoleh informasi,
(fungsi kognitif kemampuan berpikir abstrak, kemampuan menghitung, dan membangun benda-
yang tinggi) benda berbentuk dua atau tiga dimensi.

Tampilan dan Perilaku


Tingkat kesadaran
Apakah pasien dalam keadaan sadar atau waspada. Pada pasien letargik tampak
mengantuk tapi dia akan membuka matanya dan menatap anda, menjawab pertanyaan, dan
kemudian tidur lagi. Sedangkan pasien yang somnolen akan membuka mataya dan
menatap anda, tetapi responnya lambat dan kelihatan sedikit bingung.
Tingkat Kesadaran (Arousal) : Teknik Dan Respon Pasien
Tingkat Kesadaran Teknik Pemeriksaan
Kompos mentis Bicaralah pada pasien dengan nada suara yang normal. Pasien yang sadar akan
(kesadaran penuh) membuka matanya, menatap anda, dann bereaksi secara penuh serta tepat
terhadap rangsangan (arousal intact).
Letargi Bicaralah pada pasien dengan suara yang keras. Misalnya panggil nama pasien atau
tanyakan, “Bagaiman keadaan bapak/ibu/saudara?”.
somnolen Guncangkan tubuh pasien secara perlahan seperti ketika membangunkan orang yang
tidur.
Stupor Berikan rangsangan yang memberikan rasa nyeri. Misalnya memijit tendon, gosok
tulang sternum atau menggulirkan pensil dengan penekanan pada kuku
(rangsangan yang lebih kuat lagi tidak diperlukan).
Koma Barikan rangsangan yang kuat secara berulang-ulang.
Postur dan Perilaku Motorik
Postur yang gelisah, tegang, dan resah terlihat pada ansietas, menangis, bolak-balik
tanpa tujuan memilin-milin tangan pada depresi agitatif, rasa putus asa, postur tanpa
semangat (loyo) dan gerakan yang lambat terlihat pada keadaan depresi, bernnyanyi-nyari
dan menari-nari, dan gerakan ekspansif pada episodik manik.
Pakaian, Kerapian, dan Higiene Perorangan
Kerapian dan higiene perorangan dapat memburuk pada keadaan depresif,
skizofrenik, dan demensia. Cerewat berlebihan dapat terlihat pada kelainan obsesif-
konfulsif.
Ekspresi Wajah
Ekspresi anxietas, depresi, apatis, kemarahan, kegembiraan. Ekspresi wajah yang
kaku terlihat pada parkinson.
Sikap, Afek, dan hubungan dengan Orang dan Barang
Kemarahan, permusuhan, kecurigaan, atau pengelakan terdapat pada pasien
paranoid. Kegembiraan dan euforia pada sindrom manik. Keadaan afektif yang datar dan
mengucilkan diri pada skizofrenia. Apatis (afek yang tumpul dengan sikap yang tidak
peduli dan masa bodo) pada demensia, anxietas, dan depresi.
Bicara dan Bahasa
Perhatikan ciri-ciri bicara pasien meliputi kuantitas, kecepatan, kekerasan, pengucapan
kata, dan kelancaran. Disartria merupakan gangguan dalam pengucapan kata-kata, sedang
afasia merupakan kelainan untuk memproduksi dan memahami bahasa.
Tes Untuk Afasia
Pemahaman Kata Minta pasien mengikuti perintah satu tahap seperti : “tunjuk hidung anda”. Cobalah
dengan perintah dua tahap :”tunjuk mulut anda, kemudian lutut anda”.
Pengulangan Kata Meminta pasien mengulangi sebuah ungkapan atau kalimat dengan kata-kata yang
terdiri atas satu suku kata (tugas pengulangan yang paling sulit), seperti : “jammku pun
tidak ada” (atau contoh kalimat bahasa inggris, “no ifs and or buts”)
Menyebut Nama Minta pasien menyebutkan nama bagian pada jam tangan.
Pemahaman Minta pasien membaca sebuah paragraf keras-keras.
bacaan
Penulisan Minta pasien menulis sebuah kalimat
Emosi
Emosi meliputi kesedihan dan keadaan melankolik yang dalam, kepuasan, sukka cita,
euforia, dan kegembiraan, amarah, dan kegusaran, anxietas dan kekhawatiran, dan sikap
masa bodoh serta ketidakpedulian.
Pikiran dan Persepsi
Proses Berpikir
Lakukan penilaian terhadap logika, relevansi, pengorganisasian dan koheren proses
berpikir pasien ketika isi pikiran diungkapkan dengan kata-kata dan bicaranya saat
wawancara. Proses pikir meliputi:
Variasi dan abnormalitas pada proses berpikir
Sirkumstansialitas Bicara ditandai oleh kesalahan arah dan kelambatan dalam mencapai titik tertentu
karena terdapatnya detail yang tidak diperlukan sekalipun komponen-komponen
dalam uraiannya sudah dimiliki hubungan yang bermakna. Banyak orang tanpa
kelainan mental berbiicara secara sirkumtansial atau berrpura-pura dan tidak langsung
pada sasarannnya. (pada kepribadian obsesional)
Derailment Pembicaraan yang berpindah-pindah dari satu objek ke objek yang lainnya yang tidak
(lepasnya ada hubungannya atau yang hanya berhubungan tidak langsung tanpa menyadari bahwa
keterkaitan) subjek pembicaraannya tidak memiliki hubungan yang bermakna. Idenya keluar dari
jalur diantara anak kalimat dan bukan didalam kalimat. (pada skizofren, episodik
manik, dan kelainan psikotik)
Flight of ideas Bicara yang cepat dengan aliran yang hampir berkesinambungan ketika pasien
(ide yang mengganti-ganti topiknya dengan tepat. Biasanya perubahan didasarkan pada
meloncat-loncat) asosiasi yang dipahami, permainan dengan kata, atau rangsangan yang menyimpang
tetapi idenya tidak berlanjut dengan percakapan yang masuk di akal. (pada episodik
Neologisme manik) yang diciptakan atau disimpangkan atau kata-kata dengan makna yang baru
Kata-kata
dan sangat aneh. (pada skizofren, kelainan psikotik lainnya, dan afasia)
Inkoheren Bicara yang sebagian tidak dipahami karena ketidaklogisannya, kurangnya hubungan
yang bermakna, perubahan topik yang mendadak, atau karena tata bahasa ataupun
penggunaan kata yang salah. Pergeseran makna terjadi dalam anak kalimat, flight
of ideas yang berat dapat menimbulkan inkoherensi. (psikotik yang
Blocking berat/skizofren)
Berhentinya bicara secara tiba-tiba ditengah kalimat atau sebelum menyelesaikan suatu
ide. Pasien mengaitkan kejadian ini dengan kehilangan isi pikirnya. Blocking
juga terjadi pada orang normal. (pada skizorenia)
Konfabulasi Penciptaan kenyataan atau kejadian dalam menjawab pertanyaan untuk mengisi bagian
ingatan yang hilang karena daya ingat terganggu. (pada amnesia)
Perseverasi Penguulangan kata-kata atau ide yang menetap. (pada skizofrenia dan psikotik lainnya)
Ekolalia Pengulangan kata-kata dan ungkapan yang diucapkan oleh orang lain. (pada episodik
manik dan skizofrenia)
Clanging Bicara pasien dengan memilih kata bukan berdasarkan maknanya melainkan
berrdasarkan bunyinya seperti bicara dengan irama dan dengan permaiinan kata-
kata. Sebagai contoh, “look at my eye and nose, wise eyes and rosy nose. Two to
one, the eyes have it”. (pada episodik manik dan skizofrenia)
Isi Pikir
Anda harus memastikan bahwa sebagian besar informasi memiliki relevansi
dengan isi pikiran di sepanjang wawancara. Isi pikir meliputi :
Abnormalitas Pada Isi Pikir
Kompulsi Perilaku atau aktivitas mental yang berulang-ulang dan membuat pasien terdorong untuk
melakukan suatu perbuatan guna menghasilkan atau mencegah perrmasalah yang
terjadi kemudian walaupun perkiraan akan terjadinya efek tersebut tidak sesuai dengan
Obesi realita.
Isi pikiran, khayalan, atau impuls yang timbul berulang-ulang serta tidak terkendali, yang
oleh pasien dianggap asing dan tidak bisa diterima.
Fobia Rasa takut yang irasional dan persisten dengan disertai dorongan keinginan untuk
menghindar rangsangan yang menimbulkannya.
Ansietas Rasa khawatir, takut, tegang, atau gelisah yang dapat terfokus pada sesuatu (fobia) atau
mengambang dengan bebas (perasaan ketakutan yang dianggap abnormal atau
perasaan terdapatnya malapetaka yang mengancam).
Feeling of Perasaan bahwa benda-benda dalam lingkungannya terasa aneh, tidak nyata, atau jauh.
unreality
Perasaan Perasaan bahwa dirinya sendiri berbeda, berubah, atau tidak nyata, atau perasaan bahwa
depersonalisasi dirinya kehilangan identitas atau terlepas dari isi pikiran atau tubuhnya.
Waham Kepercayaan pribadi yang kliru dan terfiksasi yang tidak dimiliki oleh anggota lain dalam
(delusi) kelompok budaya atau subbudaya pasien.
Contoh-contohnya meliputi:
Waham kejar (delusion of persecutions)
Waham kebesaran (grandios delusions)
Waham iri hati (delutional jealousy)
Waham hubungan (delutions of references), yaitu pasien percaya bahwa
kejadian, benda, atau orang diluar dirinya memiliki makna personal tertentu atau
tidak
lazim (misalnya, bahwa radio atau televisi dipercayainya sedang
berkkomentar tentang dirinya atau memberikan innstruksi kepadanya).
Waham kendali (delusions of being controlled) oleh kekuatan dari luar.
Waham somatik bahwa dirinya menderita penyakit, kelainan, atau cacat fisik.
Waham yang sistemik, suatu waham tunggal dengan banyak penjelasan
atau kumpulan waham yang saling berhubungan disekitar tema tunggal,
semua wahamnya dibentuk secara sistematis menjadi sebuah jalinnan cerita
yag komplek.
Persepsi
Pertanyaan tentang persepsi yang keliru harus diajukan dengan cara yang sama
seperti pertanyaan tentang isi piki. Persepsi meliputi:
Abnormalitas Pada Persepsi
Ilusi Interprestasi yang salah terhadap rangsangan nyata dari luar
Halusinasi Persepsi sensorik yang subjektif tanpa adanya rangsangan luar yang relevan. Pasien mungkin
mengakui atau tidak mengakui bahwa perasaannya itu palsu. Halusinasi bisa berupa
halusinasi auditorius, visual, olfaktorius, gustatorius, taktil, atau somatik. (persepsi yang palsu
yang berkaitan dengan saat bermimpi, akan tidur dan akan bangun tidak digolongkan sebagai
halusinasi).
Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif meliputi orientasi, ingatan tentang hal-hal yang sudah lama, ingatan
terhadap hal-hal yang baru terjadi, dan kemampuan untuk mempelajari sesuatu yang baru.
Fungsi Luhur
Fungsi luhur dapat dinilai dengan mengetahui : informasi dan perbendaharaan kata,
kemampuan menghitung, berpikir abstrak ( dengan peribahasa dan kesamaan), dan
kemampuan membangun (konstruksional).

B. Pemeriksaan Nervus Kranialis


Pemeriksaan nervus kranialis dapat dirangkum sebagai berikut:
I (N. Olfaktorius) Penciuman
II (N. Optikus) Ketajaman visus, lapang pandang, dan fundus
okuli
II, III, (N. Optikus dan N. Okulomotorius) Reaksi pupil
III, IV, VI (N. Okulomotorius, troklearis, dan abdusen) Gerakan ektraokular
V (N. Trigeminus ) Reflek kornea, sensasi wajah, dan gerakan rahang
VII (N. Fasialis ) Gerakan wajah
VIII (N. Akustikus ) Pendengaran
IX, X (N. Glosofaringeus dan Vagus) Gerakan menelan dan elevasi palatum, reflek
muntah
V, VII, X, XII Suara dan bicara
XI (N. Asesorius Spinalis) Gerakan bahu dan leher
XII (N. Hipoglosus ) Kesimetrisan dan posisi lidah
C. Sistem Motorik
Ketika memeriksa sistem motorik pasien, fokuskan perhatian pada: posisi tubuh,
gerakan involunter, karakteristik otot (massa otot, tonus otot, serta kekuatan otot) dan
koordinasi.

Kekuatan otot diberi nilai dalam skala 0 hingga 5


0 Tidak ada kekuatan otot yang terdeteksi
1 Terdeteksi sedikit geletar atau kontraksi otot
2 Gerakan aktif bagian tubuh tanpa melawan gravitasi
3 Gerakan aktif melawan gravitasi
4 Gerakan aktif melawan gravitasi dan tahanan tertentu
5 Gerakan aktif melawan tahanan yang penuh tanpa terlihat gejala kelelahan
yang nyata. Keadaan ini menunjukan kekuatan otot yang normal.

D. Sistem Sensorik
Untuk mengevaluasi sistem sensorik anda harus memeriksa beberapa jenis sensasi,
diantaranya;
1. Nyeri dan suhu (traktus spinotalamikus)
2. Posisi dan getaran (kolumna posterior)
3. Sentuhan ringan (kedua lintasan diatas)
4. Sensasi diskriminasi yang berrgantung pada sebagian sensasi diatas kendali juga
melibatkan kortek serebri.

E. Pemeriksaan GCS
E (Mata)
Nila Penjelasan
i
1 unresponsif
2 Membuka mata dengan stimulus nyeri
3 Membuka mata dengan stimulus suara
4 Responsive atau sadar penuh
V (Verbal)
1 unresponsif
2 Suara tidak jelas (mengerang/menggumam)
3 Kata-kata tidak jelas
4 Pasien mengalami disorientasi (kebingungan)
5 Bisa diajak komunikasi dan tidak disorientasi
M (Motorik)
1 unresponsif
2 Ekstensi upnormal
3 Fleksi upnormal
4 Fleksi normal (menjauhi rangsangan nyeri)
5 Melokalisir nyeri (ada perlawanan)
6 Sesuai dengan perintah
Daftar Pustaka

Bickley, L.S & Szilagyi, P.G (2009). Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates,
Edisi 8. (terjemah) alih bahasa dr. Andri Hartono, editor dr. linda D, dr. Andita N,
dan dr. Sherli K. Jakarta:EGC
Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcomes. Philadelphia: Elsevier Sounders.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. (1999). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 4th Ed. (Terj. Renata Komalasari). Jakarta: EGC.
Linton, A.D. (2012). Introduction to Medical Surgical Nursing. 5th Ed Philadelphia:
Elsevier Sounders.
Mone, PL.,Burke,K.(2008). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking In Client Care.
4th Ed. New Jersey: Pearson Education Inc.
Sherwood, L. (1996). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. (Terj. Brahm. U. Pendit).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C. (2002). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing.
(Terj. Agung Waluyo). Jakarta: EGC.
Willms, J. (2003). Physical Diagnosis: Bedside Evaluation of Diagnosis and Function.
(Terj. Harjanto). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai