Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Nama : Shintia Gita Rohayati

Nim : 21.14901.030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

I. Kasus ( Masalah Utama )


Ny.D usia 28 tahun datang ke RSJ diantar oleh keluarga, menurut keluarga Ny.D
selalu ketakutan saat dirumah. Saat dilakukan pengkajian Ny.D mengatakan ia selalu
mendengar suara-suara yang memanggilnya. Suara itu terus muncul saat sore sampai
malam sampai Ny.D selalu terbangun tidak bisa tidur.
Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika,
(2015).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak
sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak, (2001) dalam Darmaja (2014). Halusinasi
adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi adalah individu menginterpretasikan
stressor yang tidak ada stimulus dari lingkungan (Depkes RI, 2000).

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Biologis abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yaitu penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik, beberapa zat kimia di
otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada
system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia,pembesaran
ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak
kecil (cerebellum) temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
Psikologis keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien.
Sosial Budaya kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

B. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah biologis gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan, stress lingkungan ambang toleransi
terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku, dan sumber koping mempengaruhi respon individu
dalam menanggapi stressor.

C. Jenis Halusinasi
Menurut  Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.
Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

D. Rentang Respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda
rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan persepsi
maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut
tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu
hal mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang
dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,
rentang respon tersebut sebagai berikut:

Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-kadang  Waham


 Persepsi akurat proses pikir  Halusinasi
 Emosi konsisten terganggu (distorsi  Sulit berespons
dengan pikiran  Perilaku
pengalaman  Ilusi disorganisasi
 Perilaku sesuai  Menarik diri  Isolasi sosial
 Hubungan sosial  Reaksi emosi >/<
harmonis  Perilaku tidak biasa

III.A. Pohon Masalah


Resiko Perilaku Kekerasan

Core Problem
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial

B. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

2. Data Yang Perlu Dikaji


a. Data Subjektif
1) Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya: mendengar
suara-suara atau melihat bayangan)
2) Mengeluh cemas dan khawatir
b. Data Objektif
1) Mudah tersinggung
2) Apatis dan cenderung menarik diri
3) Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang berhenti
bicara seolah-olah mendengar sesuatu
4) Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara
5) Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
6) Gerakan mata yang cepat
7) Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah
8) Kadang tampak ketakutan
9) Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap
petunjuk yang komplek)

IV. Diagnosa Keperawatan


Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
V. Rencana Tindakan Keperawatan
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Gangguan TUM: Klien
sensori dapat
persepsi: mengontrol
halusinasi halusinasi
(lihat/dengar/ yang
penghidu/ dialaminya
raba/kecap) Tuk 1 : 1. Setelah….x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan Bila sudah terbina hubungan
Klien dapat menunjukkan tanda-tanda menggunakan prinsip komunikasi saling percaya diharapkan klien
membina percaya kepeda perawat : terapeutik : dapat kooperatif, sehingga
hubungan  Ekspresi wajah bersahabat  Sapa klien dengan ramah baik verbal pelaksanaan asuhan
saling percaya  Menunjujkkan rasa senang maupun non verbal keperawatan dapat berjalan
 Ada kontak mata  Perkenalkan nama, nama panggilan dan dengan baik.
 Mau berjabat tangan tujuan perawat berkenalan
 Mau menyebutkan nama  Tanyakan nama lengkap dan nama
 Mau menjawab salam panggilan yang disukai klien
 Mau duduk berdampingan  Buat kontrak yang jelas
dengan perawat  Tunjukkan sikap jujur dan menepati
 Bersedia mengungkapkan janji setiap kali interaksi
masalah yang dihadapi  Tunjukkan sikap empati dan menerima
apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
 Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
 Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
Tuk 2 : 2. Setelah….x interaksi klien 2.1. Adakan kontak sering dan singkat  Kontak sering dan singkat
Klien dapat menyebutkan: secara bertahap selain upaya membina
mengenal o Jenis 2.2. Observasi tingkah laku klien terkait hubungan saling percaya,
halusinasinya o Isi dengan halusinasinya juga dapat memutuskan
o Waktu (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika halusinasi.
o Frekuensi menemukan klien yang sedang halusinasi :  Mengenal perilaku pada saat
o Perasaan  Tanyakan apakah klien mengalami halusinasi timbul,
o Situasi dan kondisi yang sesuatu (halusinasi memudahkan perawat dalam
menimbulkan halusinasi dengar/lihat/penghidu/raba/kecap) melakukan intervensi.
o Respons  Jika klien menjawab ya, tanyakan apa  Mengenal halusinsi
yang sedang dialaminya memungkinkan klien untuk
 Katakana bahwa perawat percaya klien menghindarkan factor
mengalami hal tersebut, namun perawat pencetus timbulnya
sendiri tidak mengalaminya (dengan halusinasinya.
nada bersahabat tanpa menuduh atau  Dengan mengngetahui
menghakimi) waktu, isi dan frekuensi
 Katakan bahwa ada klien lain yang munculnya halusinasi
mengalami hal yang sama mempermudah tindakan
 Katakan perawat akan membantu klien keperawatan yang akan
Jika klien tidak sedang berhalusinasi dilakukan perawat.
klarifikasi tentang adanya pengalaman  Untuk mengidentifikasi
halusinasi, diskusikan dengan klien : pengaruh halusinasi pasien.
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau
sering dan kadang-kadang)
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan halusinasi
2. Setelah…x interaksi klien 1.  Untuk mengetahui koping
menyatakan perasaan dan 2. yang digunakan oleh klien.
responnya saat mengalami 2.1.  Agar klien mengetahui
halusinasi : 2.2. akibat dari menikmati
 Marah 2.3. Diskusikan dengan klien apa yang halusinasi sehingga klien
 Takut dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri meminimalisir
 Sedih kesempatan untuk mengungkapkan halusinasinya.
 Senang perasaannya.
 Cemas 2.4. Diskusikan dengan klien apa yang
 Jengkel dilakukan untuk mengatasi perasaan
tersebut.
2.5. Diskusikan tentang dampak yang akan
dialamunya bila klien menikmati
halusinasinya.
Tuk 3 : 1. 3.1. Identifikasi bersama klien cara atau  Upaya untuk memutuskan
Klien dapat 2. tindakan yang dilakukan jika terjadi siklus halusinasi sehingga
mengontrol 3. halusinasi (tidur,marah,menyibukkan diri halusinasi tidak berlanjut.
halusinasinya 3.1. Setelah…x interaksi klien dll)  Reinforcement positif dapat
menyebutkan tindakan yang 3.2. Diskusikan vara yang digunakan klien,: meningkatkan harga diri
biasanya dilakukan untuk  Jika cara yang digunakan adaptif beri klien.
mengendalikan halusinasinya. pujian  Memberikan alternatif
3.2. Setelah…x interaksi klien  Jika cara yang digunakan maladaptive pilihan bagi klien untuk
menyebutkan cara baru diskusikan kerugian cara tersebut mengontrol lingkungan.
mengontrol halusinasi. 3.3. Diskusikan cara baru untuk
3.3. Setelah…x interaksi klien memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
dapat memilih dan  Katakan pada diri sendiri bahwa ini
memperagakan cara tidak nyata (“saya tidak mau
mengatasi halusinasi dengar/lihat/penghidu/raba/kecap pada
(dengar/lihat/penghidu/raba/k saat halusinasi terjadi)
ecap)  Menemui orang lain
3.4. Setelah…x interaksi klien (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
melaksanakan cara yang telah menceritakan tentang halusinasinya.
dipilih untuk mengendalikan  Membuat dan melaksanakan jadwal
halusinasinya. kegiatan sehari-hari yang telah disusun.
3.5. Setelah…x pertemuan  Meminta keluarga/teman/perawat
klien mengikuti terapi menyapa jika sedang berhalusinasi.  Memotivasi meningkatkan
aktivitas kelompok. 3.4. Bantu klien memilih cara yang sudah kegiatan klien untuk
diajurkan dan latih untuk mencobanya. mencoba memilih salah satu
3.5. Beri kesempatan untuk melakukan cara cara mengendalikan
yang dipilih dan dilatih. halusinasi dan dapat
3.6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih meningkatkan harga diri
dan dilatih, jika berhasil beri pujian. klien.
3.7. Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas  Memberi kesempatan
kelompok, orientasi realita, stimulasi kepada klien untuk mencoba
persepsi. citra yang sudah dipilih.
 Stimulasi persepsi dapat
mengurangi perubahan
interpretasi realitas klien
akibat halusinasi.
Tuk 4 : 4. 4.1. Buat kontrak dengan keluarga untuk Untuk mendapatkan bantuan
Klien dapat 4.1. Setelah…x pertemuan pertemuan (waktu, tempat dan topic) keluarga mengontrol halusinasi.
dukungan dari keluarga, keluarga 4.2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat
keluarga menyatakan setuju untuk pertemuan keluarga kunjungan rumah) Untuk mengetahui pengetahuan
dalam mengikuti pertemuan dengan  Pengertian halusinasi keluarga dan meningkatkan
mengontrol perawat.  Tanda dan gejala halusinasi kemampuan pengetahuan
halusinasinya 4.2. Setelah…x interaksi  Proses terjadinya halusinasi tentang halusinasi.
keluarga menyebutkan  Cara yang dapat dilakukan klien dan
pengertian, tanda dan gejala, keluarga untuk memutus halusinasi : Agar keluarga dapat merawat
proses terjadinya halusinasi  Obat-obatan halusinasi klien atau anggota keluarga lain
dan tindakan untuk  Cara merawat anggota keluarga yag yang berhalusinasi di rumah.
mengendalikan halusinasi. halusinasi di rumah (beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, Keluarga klien menjadi tahu
berpergian bersama, memantau obat- cara mencari bantuan jika
obatan dan cara pemberiannya untuk halusinasi tidak dapat diatasi
mengatasi halusinasi) dirumah.
 Beri informasi waktu control kerumah
sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak dapat
diatasi di rumah.
Tuk 5: 4. 5.1. Diskusikan dengan klien tentang  Dengan menyebutkan
Klien dapat 5. manfaat dan kerugian tidak minum obat, dosis, frekuensi dan
memanfaatka 5.1. Setelah…x interaksi klien warna, dosis, cara, efek terapi dan efek manfaat obat, diharapkan
n obat dengan menyebutkan ; samping penggunaan obat. klien melaksanakan
baik  Manfaat minum obat 5.2. Pantau klien saat penggunaan obat. program pengobatan.
 Kerugian tidak munum 5.3. Beri pujian jika klien menggunakan obat  Menilai kemampuan klien
obat dengan benar. dalam pengobatannya
 Nama, warna, dosis, efek 5.4. Diskusikan akibat berhenti minum obat sendiri.
terapi dan efek samping tanpa konsultasi dengan dokter.  Program pengobatan dapat
obat 5.5. 5.Ajurkan klien untuk konsultasi kepada berjalan sesuai rencana.
5.2. Setelah…x interaksi klien dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang  Dengan mengetahui
mendemonstrasikan tidak diinginkan. prinsip penggunaan obat,
penggunaan obat dengan benar maka kemandirian klien
5.3. Setelah…x interaksi klien untuk pengobatan dapat
menyebutkan akibat berhenti ditingkatkan secara
minum obat tanpa konsultasi bertahap.
dokter.
:

Keterangan :

 Halusinasi Dengar : Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kanan/kekiri/kedepan seola-olah ada teman bicara
 Halusinasi Lihat : Menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan
 Halusinasi Penghidu : Mencium sesuatu, terlihat mengendus
 Halusinasi Raba : Menyatakan merasakan sesuatu berjalan di kulitnya, menggosok-gosok tangan/kaki/wajah dll
 Halusinasi Kecap : Menyatakan terasa sesuatu dilidahnya, sering mengulum lidah
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2. Jakarta.

EGC.

Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby Company.

Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 5. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai