HALUSINASI
Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika,
(2015).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak
sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak, (2001) dalam Darmaja (2014). Halusinasi
adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi adalah individu menginterpretasikan
stressor yang tidak ada stimulus dari lingkungan (Depkes RI, 2000).
B. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah biologis gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan, stress lingkungan ambang toleransi
terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku, dan sumber koping mempengaruhi respon individu
dalam menanggapi stressor.
C. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.
Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
Core Problem
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Isolasi Sosial
Keterangan :
Halusinasi Dengar : Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kanan/kekiri/kedepan seola-olah ada teman bicara
Halusinasi Lihat : Menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan
Halusinasi Penghidu : Mencium sesuatu, terlihat mengendus
Halusinasi Raba : Menyatakan merasakan sesuatu berjalan di kulitnya, menggosok-gosok tangan/kaki/wajah dll
Halusinasi Kecap : Menyatakan terasa sesuatu dilidahnya, sering mengulum lidah
Halusinasi
Ny. A usia 29 tahun, pendidikan terakhir SMP . pasien mengatakan masuk RS Jiwa
diantar oleh keluarga yaitu orang tua dan saudaranya, informasi dari keluarga karena pasien
setiap hari selalu mendengar suara yang memanggil namanya, pasien tampak ketakutan dan
sering bicara sendiri, mundar mandir tak menentu sangat berbahaya seperti tiba-tiba lari ke
jalan besar, pasien juga sebelum di bawa ke RS Jiwa, pasien sering marah-marah dengan
orang tuanya, dan pasien selalu menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Menurut pernyataan pasien, pasien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. pasien
mengalami gangguan jiwa sejak 4 tahun yang lalu dan dirawat yang ke 3 kalinya. pasien
adalah anak pertama dari 5 bersaudara, pasien tinggal satu rumah dengan ayahnya, dan
ibunya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dalam pengambilan keputusan dan
penanggung jawab dalam hal financial saat ini adalah ayah pasien, kemampuan pengambilan
keputusan untuk pelaksanan fungsi kesehatan oleh ayah. Sekarang pasien masuk ke RS Jiwa
karena dengar bisikan untuk melakukan merusak lingkungan.
pasien mengatakan sering kesal dengan ayahnya tanpa ada penyebabnya tapi dia tetap
sayang dengan ayahnya.pasien juga mengatakan dirinya merasa tidak melakukan perannya
sebagai seorang anak laki-laki dan anak yang pertama yang bisa membantu ayahnya serta
belum mempunyai pasangan yang bisa membuatnya semangat menjalani hidup. pasien
mengatakan dirinya malu karena sampai saat ini masih sakit dan belum bisa bekerja. pasien
mengatakan malu sampai saat ini belum menikah. Klien berharap ingin cepat sembuh dan
keluar dari rumah sakit serta bisa bekerja. pasien tampak sedih, pasien merasa tidak berguna.
pasien mengatakan kurang dapat perhatian mengenai rawat inap yang harus pasien
jalani karena keluarga sudah tidak memperdulikannya. pasien mengatakan orang terdekat
dirumah adalah keluarga khususnya ibu. pasien mengatakan jarang ngobrol dengan orang lain
karena pasien mengatakan lebih sering sendiri, dan pasien juga mengatakan malas untuk
bergaul keluar rumah. pasien mengatakan ia hanya bicara seperlunya saja dengan orang-
orang. pasien mengatakan semenjak masuk RS Jiwa pasien hanya berbicara kepada beberapa
orang saja dan itu juga seperlunya saja. Afek tumpul, pasien tampak mundar mandir sambil
berbicara sendiri.
Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan yang tidak jelas suaranya, klien
mengatakan bisikan itu terkadang menyurunya untuk melakukan hal yang berbahaya, klien
mengatakan suara bisikan sering muncul tidak menentu kadang muncul kadang tidak, dan
suara itu lamanya biasa 5-10 detik, klien mengatakan bisikan muncul pada saat sedang
sendiri, klien mengatakan jika bisikan itu muncul klien selalu berusaha mendengarkan apa
yang dibisikan oleh suara itu, dan klien kadang marah-marah ketika mendengar suara itu.
Berdasarkan dari data objektif yang didapatkan: klien tampak berbicara sendiri, klien tampak
bingung, klien tampak menyendiri, tingkat konsentrasi rendah, pandangan mata klien selalu
menunduk ke bawah.
3) Tujuan khusus
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat mengidentifikasi isi halusinasi
c) Klien dapat mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi
d) Klien dapat mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e) Klien dapat Mengidentifikasi situasi yg menimbulkan halusinasi
f) Klien dapat Mengidentifikasi respons pasien thd halusinasi
g) Klien dapat menghardik halusinasi
h) Klien dapat pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
4) Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengidentifikasi isi halusinasi
c) Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi
d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e) Mengidentifikasi situasi yg menimbulkan halusinasi
f) Mengidentifikasi respons pasien thd halusinasi
g) Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
h) Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
2) Fase kerja
a) Apakah Ny.A mendengar suara tanpa ada wujudnya ?
b) Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak
mendengar suara itu. Apa yang dikatakan oleh suara yang ibu dengar? Apakah
ibu mendengarnya terus menerus atau sewaktu- waktu? Kapan yang paling
sering Ibu mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari ibu mendengarnya?
Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?
c) Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan ibu
ketika mendengar suara tersebut? Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara
itu?
d) Baiklah bu, apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk
mengontrol halusinasi yang ibu alami yaitu menghardik, bercakap-cakap,
melakukan aktifitas, dan minum obat dengan teratur. Hari ini, Bagaimana
kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah
ibu bersedia?
e) Bagaimana kalau kita mulai ya. Saya akan mempraktekan dahulu, baru ibu
mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini bu, jika suara itu
muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu
suara palsu” sambil menutup kedua telinga ibu. seperti ini ya bu. Coba
sekarang ibu ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi. Nah bagus sekali bu
3) Fase terminasi
a) Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan ibu setelah peragaan latihan tadi?”
b) Evaluasi Obyektif :
“Coba ibu ulangi cara menghardik jika ibu mendengar suara tersebut? Nah
bagus sekali ya bu ibu bisa mempraktekan.”
c) Rencana tindak lanjut
“kalau suara itu muncul lagi silahkan ibu praktekan yang tadi ya. Terus
berlatih ya bu, baagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya bu?
d) Kontrak Topik Yang Akan Datang :
Topik : “Besok kita akan berbincang bincang lagi ya bu untuk belajar dan
melatih cara kedua yaitu dengan bercakap cakap dengan orang lain?
Waktu : “Untuk waktunya, ibu mau bertemu jam berapa, bagaimana jika jam
10.00?
Tempat : “Tempatnya disini saja ya bu. Bagaimana bu apakah ibu setuju?.
Baiklah bu saya permisi dulu.Assalamualaikum ”
DAFTAR PUSTAKA
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2. Jakarta.
EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.