Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

Oleh :
Wina Marlin
NIM. 02.34891.00084.09

Pembimbing :
dr. I. G. A. Sri M. Montessori, Sp. OG

Pendidikan Senior Clerkship


Laboratorium Ilmu Kebidanan dan Kandungan
RSUD A. W. Sjahranie Samarinda

SMF/ LAB OBSTETRI & GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA

1
2009
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah suatu penyakit yang secara luas dapat dicegah, yang
memiliki karakteristik dimana pertumbuhannya memakan waktu yang lama, lesi
prakanker secara bertahap berlanjut ke tahap yang dapat dikenali secara klinis
sebelum berkembang menjadi penyakit yang invasif. Proses penyakit ini hampir
selalu dapat disembuhkan bila terdeteksi sebelum terjadi progresi menjadi kanker
yang invasive. Namun bagaimanapun juga, kanker serviks invasive tetap menjadi
penyakit dengan angka morbiditas yang signifikan, dan penyebab utama kematian
wanita di seluruh dunia oleh kanker, walau insiden dan angka kematian kanker
serviks invasive telah menurun (terutama di negara dengan program skrining yang
baik).1 Diseluruh dunia kanker serviks menduduki posisi kedua dari semua
keganasan pada wanita, pada tahun 2002 terdapat 493.000 kasus baru dan 274.000
yang dicatat meninggal. Pada umumnya insiden lebih tinggi pada negara-negara
berkembang, dan negara-negara ini meberikan kontribusi sebanyak 83% dari
seluruh kasus yang dilaporkan.2
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada lapisan endometrium
(servik uterus), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan
pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina).1,2 Kanker serviks biasanya terjadi setelah masa menopause,
1,2
paling sering menyerang wanita berusia 50-60 tahun. Biasanya menyerang
wanita dari kelas menengah kebawah dan mereka yang memiliki akses yang
memprihatikan pada perawatan medis rutin. Sehingga pada beberapa negara
berkembang sering terjadi kanker servik bahkan kanker ini merupakan sebab
utama kematian. Alasan lain karena ketidaktersediaan pemonitoran rutin di negara
tersebut.3 Dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas yang ditimbulkan,
maka pengetahuan tentang penyakit ini penting terutama pencegahan dan deteksi

2
dini agar dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitasnya terutama di
negara-negara berkembang terutama di Indonesia.
BAB II
KASUS

Anamnesa
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Lambung Mangkurat Gg. 9 blok M
Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Pekerjaan : Koki
Status Kawin : Kawin
Suku : Dayak
Agama : Islam
Masuk Rumah Sakit : Tanggal 13 Januari 2009, pukul 18.59 wita dari IGD
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluar darah dari jalan lahir sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit, darah berwarna merah segar, jumlahnya hari pertama sebanyak ± 150 cc,
sedangkan hari kedua sebanyak ± 300 cc. Nyeri perut bagian bawah dan terasa
kram pada panggul (+), keputihan (+) berwarna putih dan encer, bau (-), nyeri saat
buang air kecil (-), gangguan BAB (-), riwayat trauma daerah panggul dan
kemaluan (-), badan lemas (+), sesak nafas (-), nyeri-nyeri tulang (-), pasien
didiagnosa menderita kanker leher rahim sejak ± 10 bulan yang lalu, setelah
dirawat dengan keluhan yang sama yaitu pendarahan jalan lahir.

Riwayat Penyakit Dahulu : (-)


Riwayat Penyakit Keluarga

3
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit yang serupa, atau penyakit tumor
maupun kanker yang lain.
Riwayat Haid :
 Menarche : sejak usia 14 tahun, siklus haid 28-30 hari, lama haid 5 hari.
 Menopause : sejak usia 49 tahun
Riwayat Perkawinan :
Perkawinan 1 kali, dengan suami sekarang selama kurang lebih 34 tahun.
Riwayat obstetrik :
1. Jenis kelamin perempuan, lahir spontan, aterm, berat badan lahir ?, umur 29
tahun, hidup, lahir ditolong bidan
2. Jenis kelamin laki-laki, lahir spontan, aterm, berat badan lahir ?, umur 27
tahun, hidup, lahir ditolong bidan
3. Jenis kelamin laki-laki, lahir spontan, aterm, berat badan lahir 3100 gram,
umur 23 tahun, meninggal, lahir ditolong bidan
4. Jenis kelamin laki-laki, lahir spontan, aterm, letak sungsang, berat badan lahir
2500 gram, umur 23 tahun, hidup, lahir ditolong bidan
5. Jenis kelamin laki-laki, lahir spontan, aterm, berat badan lahir 3000 gram,
umur 20 tahun, hidup, lahir ditolong bidan
6. Abortus, usia kehamilan 2 bulan, di kuret di rumah sakit (18 tahun lalu)
7. Jenis kelamin perempuan, lahir spontan, aterm, berat badan lahir 3500 gram,
umur 16 tahun, hidup, lahir ditolong bidan
8. Jenis kelamin perempuan, lahir spontan, aterm, berat badan lahir ?, umur 14
tahun, hidup, lahir ditolong bidan
9. Jenis kelamin perempuan, lahir spontan, aterm, berat badan lahir 4000 gram,
umur 8 tahun, hidup, lahir ditolong bidan

Penyakit dan Operasi yang Pernah Dialami:


 Kuretase tahun 1990 atas indikasi abortus
 Kuretase tahun 2008 (bulan April) atas indikasi perdarahan dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium patologi anatomi.
Kontrasepsi: (-)

4
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Temperatur : 360 C

Berat badan : 72 Kg
Tinggi Badan : 156 cm
BMI : 29,6% (obesitas)
Keadaan Umum : Sakit sedang, tampak sesak, berkeringat seluruh tubuh,
tampak cemas, hanya dapat bicara kata perkata.
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 E4V5M6
Kulit : dalam batas normal
Kepala : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), pupil isokor
(ø 2mm), refleks cahaya (+/+), pernafasan cuping hidung
(-), bibir sianosis (-)
Leher : JVP 5+2, tidak teraba pembesaran KGB
Dada :
- Paru
Inspeksi : Bentuk normal, gerak simetris, retraksi intercostal space
(-), retraksi otot bantu napas supraclavicular (-), ekspirasi
memanjang (-)
Palpasi : Pelebaran ICS (-), Fremitus vokal kanan=kiri, egofoni (-)
Perkusi : Hipersonor kiri&kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup, batas jantung di ICS III parasternal line dextra,
ICS V midclavicular line sinistra

5
Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, bising jantung (-)
Perut
Inspeksi : Cembung
Palpasi : soepel, korpus uteri tidak didapatkan pembesaran, nyeri
tekan (-)
Perkusi : : tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Anggota Gerak : Sianosis (-), anemis (-), edema (-), acral teraba hangat.
Pemeriksaan Ginekologik
Inspekulo : tampak massa inspekulo di portio, rapuh dan merah, ukuran 8cm x 7
cm x 5 cm.
Vaginal touche & rectal touche: teraba massa eksofilik, proses sampai dengan
dinding panggul kanan dan kiri, fluksus (+), penyebaran ke rektum (-)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
Hb : 6,8 mg/dl
Leukosit : 12.800 sel/mm3
HCT : 22,0 %
Trombosit : 320.000 sel/mm3
Bleeding time : 2 menit
Clotting time : 8 menit
GDS : 84 mg/dl
Ureum : 101 mg/dl
Hasil Patologi Anatomi tanggal 23-04-2008
Mikroskopik: potongan jaringan dilapisi dan mengandung sel-sel ganas, epithelial
berkeratin tersusun luas.
Kesimpulan: Cervix, Biopsi:
Keratinizing Epidermoid carcinoma Cervix invasive
Diagnosa : Ca Cervix Stadium IIIB + Anemia
Penatalaksanaan di IGD:

6
 IVFD Ringer laktat 20 tetes per menit
 Injeksi kalnex 3x1 ampul
 Amoxicillin injeksi 3x1 gr iv
 Sulfas Ferosus 2x1 tablet
 Cimetidin 3x1 ampul
Konsul dr.Sp.OG, advice :
 Perbaikan keadaan umum
 Transfusi PRC 2 kantong/ hari sampai Hb ≥ 10 g%
 Injeksi lasix 1 ampul iv sebelum transfusi
 Cek kimia darah lengkap
Prognosa : Dubia ad malam
Follow-up dan Penatalaksanaan
Date Subjective (S), Objective (O), Assessment Planning therapy
(A)
14-1-09 S : perdarahan (-), badan lemas (+),  Transfusi PRC sampai
demam (-), pusing (-)
dengan Hb 10 gr%
O : Compos mentis, HR: 88x/mnt, T:
 IVFD RL:D5%:NaCl
36,70C, BP: 120/70mmHg, RR: 20x/menit,
0,9% 2:2:1 24 tetes/menit
anemis (+/+), perdarahan (-), keputihan  Transamin tablet 3x1
(+) sedikit  SF tablet 2x1
 EKG, Rontgen thorax, cek
A : Ca Cervix Stadium IIIB + Anemia
laboratorium lengkap

15-1-09 S : perdarahan (-), badan lemas (+) kurang Rujuk ke Surabaya untuk
O : Compos mentis, HR: 88x/menit, T:
operasi dan tindakan lebih
36,50C, BP: 110/80mmHg, RR: 22x/menit,
lanjut (pertimbangan)
anemis (-/-) Terapi lain lanjut
Perdarahan (-), keputihan (+) kurang
A : Ca Cervix Stadium IIIB
16-1-09 S : perdarahan (-), pusing (-), keputihan Terapi lanjut
(+) seperti susu, badan lemas (-)
O : Compos mentis, HR: 72x/menit, T:
36,20C, BP: 100/70mmHg, RR: 20x/menit,
anemis (-/-), keputihan (+), perdarahan (-)

7
A : Ca Cervix Stadium IIIB
17-1-09 S : perdarahan (-), keputihan (+) Pasien menolak di rujuk
O : Compos mentis, HR: 84x/menit, T: KRS
Kontrol ke poli kandungan
36,20C, BP: 110/70mmHg, RR: 20x/menit,
anemis (-/-), keputihan (+), perdarahan (-)
A : Ca Cervix Stadium IIIB

Pemeriksaan Laboratorium
14-1-09 15-1-09 17-1-09
Hb: 7,1 gr%i Hb: 9,3 gr%i Hb: 9,8 gr%i
Leukosit: 9900 / mm3 Leukosit: 14.200 / mm3 Leukosit: 14.000 / mm3
Ht: 24,4% Ht: 28,7% Ht: 31,4%
Trombosit:195.000 /mm3 Trombosit: 261.000 /mm3 Trombosit:282.000 /mm3
GDS: 159 mg/dl
SGOT: 13U.I
SGPT: 5 U.I
Bil. total : 0,4 mg/dl
Bil direct : 0,2 mg/dl
Bil indirect : 0,2 mg/dl
Prot. total : 6,3 mg/dl
Albumin : 3,2 g/dl
Globulin : 2,8 g/dl
Cholesterol : 126 mg/dl
Asam urat : 6 mg/dl
Ureum : 20,6 mg/dl
Creatinin : 0,2 mg/dl

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Batasan
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya.1 Kanker yang terjadi pada lapisan

8
endometrium (servik uterus), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus)
dengan liang senggama (vagina).2

Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, tetapi tampaknya penyakit
ini melibatkan peningkatan kadar estrogen. Salah satu fungsi estrogen yang
normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah
besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan percobaan di laboratorium
menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.1,2 Beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Usia
Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas.1,2,3,4
2. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
3. Jumlah kehamilan dan partus1,2,3
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
4. Jumlah perkawinan1,2
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
5. Infeksi virus1,2,3,4
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
Umumnya 90%-100% dari keseluruhan invasive kanker serviks memiliki
keterkaitan pada infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
6. TerapiSulihHormon(TSH)1

9
TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah
osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke.
Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko
yang lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang
tampaknya mempertinggi resiko ini.Wanita yang mengkonsumsi estrogen
dan progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron
melindungi rahim.2
7. Obesitas1
Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga
wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya
kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker serviks
pada wanita obesitas.2
8. Diabetes (kencing manis)2
9. Hipertensi (tekanan darah tinggi)2
10. Tamoksifen Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau
mengobati kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini
tampaknya berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai
estrogen terhadap rahim. Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih
besar daripada resiko terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita
memberikan reaksi yang berlainan.2
11. Ras1,2
Kanker serviks lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.2
12. Kanker kolorektal (mengenai kolon atau rektum)2
13. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun.2
14. Menopause setelah usia 52 tahun.2
15. Kemandulan.2
16. Penyakit ovarium polikista.2
17. Polip endometrium (pertumbuhan yang menonjol pada lapisan
endometrium).2
18. Sosial Ekonomi1,5

10
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas
tubuh.
19. Hygiene dan sirkumsisi1
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
20. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)1,3,4,5,7
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

Patofisiologi
Squamous cell carcinoma pada serviks secara khusus timbul pada
squamocolumnar junction dari lesi displastik yang telah ada sebelumnya, yang
pada kebanyakan kasus diawali dengan adanya infeksi HVP. Walaupun para
wanita telah bersih dari virus ini, namun bagi yang memiliki infeksi persisten
dapat menyebabkan perkembangan menjadi penyakit servik dispasia preinvasif.
Pada umumnya, progresi dari dysplasia menjadi kanker invasive membutuhkan
waktu beberapa tahun. Perubahan molecular yang terlibat dalam karsinogenesis
serviks kompleks dan tidak sepenuhnya dimengerti. Karsinogenesis diduga akibat
efek interaktif antara pengaruh lingkungan, imunitas host, dan variasi gen sel
somatik. HVP memegang peranan penting dalam perkembangan kanker serviks.
Beberapa bukti mendukung bahwa oncoprotein HVP meripakan komponen
kritikal yang meneruskan proliferasi sel kanker. 2

Klasifikasi Pertumbuhan Sel1,5

11
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tdk dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh
didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
3. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan
dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif
meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun
lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
Makroskopis
1. Stadium preklinis : tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan: sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

12
3. Stadium setengah lanjut: telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir
porsio
4. Stadium lanjut: terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga
tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

Manifestasi klinis
Pada beberapa penderita, tidak muncul gejala yang berarti (asimtomatis).
Namun beberapa gejala mengarah kepada infeksi HPV yang berkembang menjadi
kanker servik yang patut diwaspadai, gejalanya bisa berupa:

Perdarahan rahim yang abnormal.2

Siklus menstruasi yang abnormal.2

Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami

menstruasi).1,2,7

Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause.2

Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia
diatas 40 tahun).2

Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul.2

Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause).1,2,7

Nyeri atau kesulitan dalam berkemih.2

13

Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.2

Pada keadaan lanjut gejala dapat berupa penurunan nafsu makan, berat badan,
fatigue, nyeri pelvis, punggung, dan tungkai, pembengkakan 1 tungkai,
perdarahan yang berat dari vagina, dan urin serta feces yang keluar dari
vagina, dan fraktur tulang.1

Pemeriksaan

PapSmearTest.1,2,3,4,5
Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel rahim dan kemudian
diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi
dari sel tersebut. Perubahan sel-sel leher rahim yang terdeteksi secara dini akan
memungkinkan dilakukannya beberapa tindakan pengobatan sebelum sel-sel
tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker.1 Tes ini hanya memerlukan
waktu beberapa menit saja. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat
yang dinamakan spekulum akan dimasukan kedalam liang senggama.3,4,5

Kolposkopi.1,2,5
Koloskopi adalah suatu prosedur pemeriksaan rahim dan leher rahim. Dengan
memeriksa permukaan leher rahims, dokter akan menentukan penyebab
abnormalitas dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam
pemeriksaan 'Pap Smear'.1 Dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam
vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang
membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal
terwarnai. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahim melalui
sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam
mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan
pembesaran yang tinggi.1

Servikografi.5,8
Sebuah kamera khusus yang digunakan untuk mengambil gambar dari servik
setelah servik tersebut diberi asam asetat. Kemudian dibawa ke laboratorium
untuk dilihat apakah teridentifikasi kanker atau tidak.8

14
Stadium Keterangan

Karsinoma Pra-invasif

O Karsinoma in situ, karsinoma intraepitelial

Karsinoma invasif
I Karsinoma terbatas pada serviks
Ia Karsinoma invasif preklinis, yang hanya dapat didiagnosa secara
mikroskopik
Ib Dapat terlihat secara klinis
Ib1 tumor primer diameter <4 cm
Ib2 tumor primer diameter >4 cm
II Karsinoma meluas kebawah serviks tetapi tidak sampai ke
dinding panggul; melibatkan duapertiga atas vagina.
IIa Tanpa adanya invasi ke parametrium
Iib Perluasan ke parametrium tapi belum sampai ke dinding pelvis
III Karsinoma meluas ke dinding panggul; melibatkan sepertiga
bawah vagina.
IIIa Belum meluas ke dinding pelvis
IIIb Meluas sampai dinding pelvis, dan atau menyebabkan disfungsi
ginjal atau hidronefrosis akibat invasi ke ureter
IVa Karsinoma meluas ke mukosa kandung kemih dan rektum.
Ivb Menyebar keluar pelvis dan atau metastase ke organ-organ yang
jauh
Tabel 1. Stadium karsinoma serviks (FIGO (Federation internationale de Gynecologic et
Obstetrique.dari Gusberg SB et al: Female genital cancer, new york, 1988,Churchill
Livingstone.))1,2,8

15
Manajemen & Penatalaksanaan
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh
hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta
usia dan keadaan umum penderita.
Metode pengobatan :
a. Metode pengobatan pada stadium awal
1. Pemanasan
Diathermy atau dengan sinar laser.1,3

16
2. Cone biopsi
Mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami
perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk
memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan.1,3
b. Metode pengobatan pada stadium Pre-kanker
1. Pembedahan.2,3,4
Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat sebanyak mungkin penyakit
ini bila memungkinkan. Terdapat beberapa jenis pembedahan yang berbeda
yang dapat dilakukan. Pada stadium awal Ia terkadang dapat hanya dengan
histerektomi (mengangkat uterus dan serviks). Stadium yang lebih lanjut
pada Ia dan Ib, dan kadang-kadang stadium IIa dapat dilakukan histerektomi
yang lebih luas bersama dengan lymphadenectomy (prosedur mengangkat
lymfonodi di pelvis). Tergantung dari luasnya penyakit, mungkin harus
dilakukan pengangkatan jaringan sekitar uterus, begitu juga dengan bagian
dari vagina dan tuba falopii. Stadium yang lebih tinggi biasanya diterapi
dengan radiasi dan kemoterapi.
2. Terapi penyinaran2,3,4
Terapi penyinaran merupakan terapi lkal, hanya menyerang sel-sel kanker
pada daerah yangdikenainya. Pada stadium I, II, dan III dilakukan terapi
penyinaran dan pembedahan.2 Penyinaran bisa dilakukan sebelum
pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan
(untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).3
3. Kemoterapi (terapi hormonal)2,3,4
Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya
hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker.
Hormon bisa menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan perubahan
di dalam jaringan rahim. Terdapat banyak macam obat-obat kemoterapi,
biasanya diberikan kombinasi selama beberapa seri dalam beberapa bulan.
Regimen yang paling sering digunakan adalah Cisplatin, obat lain juga yang
sering digunakan seperti 5-FU, hydroxyurea, Ifosfamide, dan Paclitaxel.

17
Tingkat Penatalaksanaan

0 Biopsi kerucut,Histeroktomi transvaginal

Ia Biopsi kerucut,Histeroktomi transvaginal

Ib, IIa Histeroktomi radikal dengan dengan limfadenoktomi panggul


dan evaluasi kelenjar limfa para aorta (bila terdapat metastatis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan)

IIb, III, dan IV Histeroktomi transvaginal

Iva dan Ivb Radioterapi, Radiasi paliatif, kemoterapi


Tabel 2. Penatalaksanaan pengobatan kanker rahim tiap stadium. 5

Pencegahan
1. Jauhi rokok.7
2. Penggunaan vaksin Gardasil yang dibuat dari virus like particles (VLPs)
capsid L1 dari HPV untuk mengurangi resiko terkena kanker rahim.6,7
3. Wanita-wanita yang memiliki faktor resiko terkena kanker rahim
sebaliknya lebih sering menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear.2
4. Jangan terlalu sering mencuci vagina dengan obat antiseptik tertentu tanpa
resep dari dokter ataupn dengan menaburi bedak talk.7
5. Diet rendah lemak.7

Prognosis
Prognosis setelah pengobatan kanker servik akan makin baik jika lesi
ditemukan dan diobati lebih dini. Tingkat harapan kesembuhan dapat mencapai
85% untuk stadium I, 50-60% untuk stadium II, 30% untuk stadium III, dan 5-
10% untuk stadium IV.9 Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak
memberikan respons terhadap pengobatan. 95% akan mengalami kematian dalam
2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histeroktomi dan memeiliki
resiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini

18
dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histeroktomi radikal terjadi 80%
rekurensi dalam 2 tahun.5

BAB IV
PEMBAHASAN

Keluhan utama yang membawa pasien datang ke rumah sakit adalah


keluar darah dari jalan lahir yang cukup banyak sehingga badan menjadi lemas di
luar siklus haid, dimana pasien telah menopause, hal ini sudah merupakan hal
yang mencurigakan pada seorang wanita dimana bila terjadi perdarahan
pervaginam di usia 50 tahun keatas, ditambah faktor resiko lain yang menjadi
predisposisi terjadinya kanker serviks menurut literatur terdapat pada pasien ini
dari anamnesa yaitu, usia pasien yang masih muda saat melakukan hubungan
seksual, yang mana pada pasien ini telah menikah pada usia 17 tahun, jumlah
kehamilan dan partus pada pasien ini termasuk grande multi para dimana pasien
telah mengandung sebanyak 9 kali dan telah melahirkan 8 kali dengan 1 kali
abortus. Faktor predisposisi lain yang ditemukan pada pasien ini saat anamnesa
adalah dari status sosial ekonomi, dimana pasien tergolong dalam sosial ekonomi
rendah, dibuktikan dengan asuransi kesehatan menggunakan jaminan kesehatan
masyarakat yang ditujukan bagi masyarakat miskin oleh pemerintah.
Lebih lanjut dari anamnesa, pada pasien ini didapatkan keluhan berupa
keluar keputihan atau cairan berwarna putih seperti susu dari vagina bila tidak
terjadi perdarahan, disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah dan kram pada
panggul, keluhan yang dirasakan oleh pasien sesuai dengan literature, dimana
terdapat perdarahan pervagina yang abnormal diluar diklus menstruasi, keluar
cairan putih yang encer (pada wanita menopause), serta terdapat nyeri pada bagian
perut bawah dank ram panggul, walaupun tidak didapatkan gangguan saat buang
air kesil maupaun besar, namun hal ini telah mendukung untuk mengarahkan
diagnosa kepada kanker serviks dari anamnesa.

19
Pada pemeriksaan fisik, yang mendukung diagnosa kearah kanker serviks
pada pasien ini adalah dari pemeriksaan ginekologik, dimana pada pasien ini
didapatkan pada inspekulo : tampak massa inspekulo di portio, rapuh dan merah,
ukuran 8cm x 7 cm x 5 cm. Sedangkan vaginal touche & rectal touche: teraba
massa eksofilik, proses sampai dengan dinding panggul kanan dan kiri, fluksus
(+), penyebaran ke rektum (-). Dari pemeriksaan ini dan pemeriksaan fisik secara
umum, mendukung untuk menegakkan diagnosa serta stadium dari kanker serviks
pada pasien ini, dimana sesuai literatur menurut FIGO bila terjadi perluasan ke
dinding pelvis termasuk kedalam stadium IIIb tanpa disetai perluasan ke kandung
kemih, rektum, maupun metastase jauh. Pada pasien ini juga didapatkan anemia,
yang mana diakibatkan oleh perdarahan dan cukup banyak pervaginam, didukung
dengan pemeriksaan fisik terdapat konjungtiva anemis serta laboratorium yang
mendukung dengan hemoglobin 6,8 gr% saat masuk rumah sakit.
Pemeriksaan penunjang yang sangat mendukung diagnosa kanker serviks
pada pasien ini adalah hasil patologi anatomi, yang diperoleh dari sampel kuretase
yang dilakukan 10 bulan lalu atas indikasi perdarahan pervaginam, yang hasilnya
adalah Keratinizing Epidermoid carcinoma Cervix invasive.
Penatalaksanaan pada pasien ini di rumah sakit pada saat ini adalah hanya
untuk perbaikan keadaan umum, akibat perdarahan yang dialaminya. Pasien
belum pernah mendapat terapi yang tepat untuk penyakit yang dideritanya sejak
didiagnosa tahun 2008, selama ini pasien hanya mendapat terapi konservatif
dengan perbaikan keadaan umumnya saja, seharusnya sudah dari sejak awal
pasien ditangani secara tepat agar angka harapan hidupnya dapat lebih tinggi, dan
penyebaran tumor dapat ditekan. Saat ini pasien diddiagnosa dengan kanker
serviks stadium IIIb, dimana pada pasien ini selama perawatan di rumah sakit
dianjurkan untuk di rujuk ke rumah sakit yang lebih kompeten untuk penanganan
operasi pada pasien ini, hal ini telah sesuai dengan literatur karena penanganan
untuk kanker serviks stadium IIIb adalah dengan histerektomi transvaginal serta
dapat dikombinasi dengan pemberian kemoterapi sebelum atau sesudah operasi,
namun pasien tidak bersedia karena masalah biaya.

20
Prognosa pada pasien ini, yang datang dengan stadium yang telah lanjut
serta menolak dilakukan manajemen yang lebih sesuai untuk penyakitnya adalah
malam, dimana menurut literatur tingkat harapan kesembuhan bagi pasien kanker
serviks stadium III hanya 30%. Kanser serviks yang tidak diobati atau tidak
memberi respon terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2
tahun setelah timbulnya gejala.
BAB V
KESIMPULAN

Seorang wanita usia 51 tahun, datang dengan keluar darah dari jalan
lahir, warna merah segar dan jumlah yang banyak, disertai nyeri perut bagian
bawah, dan keluar keputihan bila tidak keluar darah, riwayat obstetri dengan 9
kali pemgandung, 8 kali melahirkan, dan 1 kali keguguran, pada pemeriksaan fisik
didapatkan anemis dan pemeriksaan ginekologik didapatkan inspekulo : tampak
massa inspekulo di portio, rapuh dan merah, ukuran 8cm x 7 cm x 5 cm.
Sedangkan vaginal touche & rectal touche: teraba massa eksofilik, proses sampai
dengan dinding panggul kanan dan kiri, fluksus (+), penyebaran ke rektum (-).
Dengan pemeriksaan penunjang histo patologi hasil kuret 10 bulan lalu atas
indikasi perdarahan pervaginam yaitu Keratinizing Epidermoid carcinoma Cervix
invasive. Pasien ini di diagnosa menderita kanker serviks stadium IIIb dan
hemoglobin 6,8 g% saat masuk, dengan penatalaksanaan perbaikan keadaan
umum dan anjuran untuk dirujuk ke rumah sakit yang labih kompeten untuk
dilakukan operasi histerektomi transvaginal. Prognosa pada pasien ini adalah
malam karena pasien menolak untuk dirujuk. Pasien keluar rumah sakit dengan
menyisakan keluhan keputihan dan hemoglobin saat keluar adalah 9,8 g% dan
dianjurkan untuk kontrol ke poli kandungan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Saksouk FA. “Cervix, Cancer an Overview-Radiology”. .Department of


Radiology, Harper University Hospital, Wayne State University School of
Medicine. Februari 2008

2. Cunningham, et al. Williams Gynecology. USA. McGraw Hills Company.


2008. p 1285-1322

3. Winkjosastro H, et al. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005

4. Febrianasari, Leilia. Cervical Cancer. Jogjakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Indonesia. 2007

5. Pazdur, et al, ”Cancer Management : A Multidiciplinary Approach”, The


Oncology Group, New York, 2003, hlm. 419-424

6. Christopher, Dolinsky. Cervical Cancer-The Basic. Abramson Cancer


Center of University of Pennsylvania-Oncolink. Februari 2008

7. Randa Bunga, S dkk. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu


Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Samarinda : RSUD A.Wahab
Sjahranie hal 93-95

8. Haller PB, Maletano JH, Bundy BN, et al. Clinical-Pathology study of Stage IIB,
III, and IVA Carcinoma of the Cervix: extended Diagnostic Evaluation for Para
Aortic Node Metastatic. Gynecologic oncology Group Study. Gynecol Oncol
38:435. 2001

22
23

Anda mungkin juga menyukai