"TABRAKAN MOTOR"
Oleh :
DOSEN TUTORIAL
dr. NOPRI ESMIRALDA, M. KES
Dr. Galih bekerja di Puskesmas , menerima pasien atas nama Winda berusia 25 tahun yang
diantar oleh masyarakat dan keluarganya. Dari informasi yang diterima, pasien mengendarai
sepeda motor tanpa menggunakan helm dan menabrak pembatas jalan. Setelah kecelakaan pasien
tidak sadar dan tampak keluar cairan berwarna merah dari hidung dan telinga. Pada pemeriksaan
didapatkan airway: patent, nafas 28 kali permenit, nadi 120 kali/menit, tekanan darah 90/70
mmHg, GCS 13. Pada pemeriksaan ditemukan tanda racoon eye, otorhea dan rhinorhea.
Pada pemeriksaan ragio thoraks : pada inspeksi nampak jejas pada toraks dekstra, vocal
fremitus kanan > kiri, nyeri tekan (+), hipersonor pada region torak kanan, dan suara vesikuler kiri
> kanan. Hasil pemriksaan radiologi menunjukkan fraktur inkomplit pada costa 5 dan 6 dekstra,
ruang pleura dekstra transulen dengan tak tampaknya gambaran pembuluh darah paru, sinus
costophrenicus kanan dan kiri lancip, parenkim paru dekstra tampak mengecil/kolaps.
Dr. Galih menyimpulkan bahwa Winda mengalammi cedera kepala dan trauma thoraks.
Dr. Galih segera melakukkan stabilisasi leher, memasang infus RL dengan tetesan cepat dan
memasang kateter urin. Karena kondisi kritis dan gelisah maka Dr.Galih berinisiatif
untukmendampingi kerumah sakit . Dalam perjalanan diatas ambulans , ditemukan hematuria.
Dr.Galih berpikir adanya kemungkinan trauma pada saat pemasangan kateter atau ada diagnosis
lain. Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada pasien tersebut dan apakah ada
kemungkinan terjadiny adverse effect?
STEP 1
TERMINOLOGI ASING
STEP 3
HIPOTESIS
1. Mungkin winda terjatuh dengan posisi kepala yang terbentur langsung ke permukaan, maka
akan mengakibatkan cedera kepala seperti pecahnya pembuluh darah di kepala kemudian
aliran darah mengalir keluar dari hidung/telinga
2. Adanya pembekuan darah pada sekitar mata.
- Pecahnya pembuluh darah pada lapisan durameter
3. GCS 13 = Apatis (acuh tak acuh) karena terjadi perdarahan dibasis kranii yang membuat GCS
pada winda
4. Karena adanya fraktur pada costa 5 dan 6 sehingga membuat gambaran pembuluh darah di
paru.
5. Ada, karena apabila penanganan terlambat maka winda akan terus kehilangan darah yang bias
membuat winda dalam kondisi syok hipofelemik.
STEP 4
SKEMA
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
PEMBAHASAN
1. JENIS-JENIS CEDERA KEPALA
Menurut, Brunner dan Suddarth ( 2013) . Cedera kepala ada 2 macam yaitu:
1. Cedera kepala terbuka Luka kepala terbuka akibat cedera kepala dengan pecahnya
tengkorak atau luka penetrasi, besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh massa
dan bentuk dari benturan, kerusakan otak juga dapat terjadi jika tulang tengkorak
menusuk dan masuk kedalam jaringan otak dan melukai durameter saraf otak, jaringan
sel otak akibat benda tajam/ tembakan, cedera kepala terbuka memungkinkan kuman
pathogen memiliki abses langsung ke otak.
2. Cedera kepala tertutup Benturan kranial pada jaringan otak didalam tengkorak ialah
goncangan yang mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu yang bergerak cepat,
kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan akan tumpah. Cedera kepala tertutup
meliputi: kombusio gagar otak, kontusio memar, dan laserasi.
Klasifikasi cedera kepala Rosjidi (2012) , trauma kepala diklasifikasikan menjadi
derajat berdasarkan nilai dari Glasgow Coma Scale ( GCS ) nya, yaitu;
a. Ringan GCS = 13 – 15 ,Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi
kurang dari 30 menit. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral,
b. Sedang 1.) GCS = 9 – 12 2.) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30
menit tetapi kurang dari 24 jam. 3.) Dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Berat 1.) GCS = 3 – 8 2.) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari
24 jam. 3.) Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.
a. Cedera kepala ringan
.Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera.
Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
.Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku Gejala-
gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau lebih lama
setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
b. Cedera kepala sedang
.Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebinggungan atau
bahkan koma.
Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba deficit
neurologik, perubahan TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran,disfungsi
sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo dan gangguan pergerakan.
3. PENILAIAN KESADARAN
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan yang berasal dari lingkungan. Untuk mengukur tingkat kesadaran maka
digunakanlah suatu cara pemeriksaan yakni dengan standar Glasgow Coma Scale (GCS).
Pada keadaan tertentu, seperti keracunan, kekurangan oksigen baik karena berada di
tempat sempit, tertutup atau karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan adanya
tekanan yang berlebihan di dalam rongga tulang kepala dapat menyebabkan seseorang
dapat mengalami penurunan tingkat kesadaran. Oleh karena itu maka tingkat kesadaran
ini dibedakan menjadi beberapa tingkat yaitu :
1) Composmentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap
dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang
ditanyakan pemeriksa dengan baik.
2) Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
3) Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur
bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta meronta-
ronta.
4) Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
5) Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak
terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
7) Coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respons terhadap
pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Untuk mengukur tingkat kesadaran tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan
menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). Pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS)
Teori GCS pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Teasdale dengan Jennett
yang bertujuan untuk mengukur dan merekam tingkat keadaan seseorang. GCS adalah
skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien yang dilakukan
dengan menilai respon pasien terhadap rangsang yang diberikan oleh pemeriksa.
Pada pemeriksaan GCS, respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu
reaksi membuka mata (Eye), pembicaraan (Verbal) dan gerakan (Motorik). Hasil
pemeriksaan tersebut dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 sampai
6 tergantung respon yang diberikan. Ketiga jenis respon tersebut kemudian dinilai dan
dicatat pada grafik yang sesuai dan skor keseluruhan dibuat dengan menjumlahkan
nilai ketiganya. Namun pada praktiknya terdapat perbedaan antara hasil pemeriksaan
GCS pada orang dewasa dan pemeriksaan GCS pada bayi karena terdapat perbedaan
respon antara orang dewasa dan bayi pada saat mereka menerima rangsangan.
Nilai Tingkat Kesadaran GCS orang Dewasa Berikut nilai acuan dalam penilaian GCS
pada orang dewasa:
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan atau membuka mata dengan sendirinya tanpa dirangsang.
(3) : dengan rangsang suara (dilakukan dengan menyuruh pasien untuk membuka
mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (memberikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari).
(1) : tidak ada respon meskipun sudah dirangsang.
Verbal (respon verbal atau ucapan) :
(5) : orientasi baik, bicaranya jelas.
(4) : bingung, berbicara mengacau (berulang-ulang), disorientasi tempat dan waktu.
(3) : mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motorik (Gerakan) :
(6) : mengikuti perintah pemeriksa
(5) : melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri.
(4) : withdraws, menghindar atau menarik tubuh untuk menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri.
(3) : flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya menekuk saat diberi rangsang
nyeri.
(2) : extensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya bergerak lurus (ekstensi) di
sisi tubuh saat diberi rangsang nyeri.
(1) : tidak ada respon
Nilai Tingkat Kesadaran GCS pada Bayi dan Anak Berikut nilai acuan dalam
penilaian GCS pada bayi/anak:
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : membuka mata saat diperintah atau mendengar suara
(2) : membuka mata saat ada rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon
Motorik (Gerakan) :
(6) : bergerak spontan
(5) : menarik anggota gerak karena sentuhan
(4) : menarik anggota gerak karena rangsangan nyeri
(3) : fleksi abnormal
(2) : ekstensi abnormal
(1) : tidak ada respon
Menghitung Nilai GCS dan Intrepretasi Hasilnya Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran
berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E-V-M dan selanjutnya nilai GCS tersebut
dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi atau GCS normal adalah 15 yaitu E4V5M6 ,
sedangkan yang terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Berikut beberapa penilaian GCS dan interpretasinya terhadap tingkat kesadaran :
Nilai GCS (15-14) : Composmentis
Nilai GCS (13-12) : Apatis
Nilai GCS (11-10) : Delirium
Nilai GCS (9-7) : Somnolen
Nilai GCS (6-5) : Sopor
Nilai GCS (4) : semi-coma
Nilai GCS (3) : Coma
C. Pemeriksaan Neurologis
Dilakukan segera setelah status cardiovascular penderita stabil, pemeriksaan terdiri
dari :
a. GCS
b. Reflek cahaya pupil
c. Gerakan bola mata
d. Tes kalori dan Reflek kornea oleh ahli bedah syaraf
Sangat penting melakukan pemeriksaan minineurilogis sebelum penderita dilakukan
sedasi atau paralisis
Tidak dianjurkan penggunaan obat paralisis yang jangka panjang
Gunakan morfin dengan dosis kecil ( 4 – 6 mg ) IV
Lakukan pemijitan pada kuku atau papila mame untuk memperoleh respon motorik,
bila timbul respon motorik yang bervariasi, nilai repon motorik yang terbaik
Catat respon terbaik / terburuk untuk mengetahui perkembangan penderita
Catat respon motorik dari extremitas kanan dan kiri secara terpisah
Catat nilai GCS dan reaksi pupil untuk mendeteksi kestabilan atau perburukan
pasien.