PENDAHULUAN
PENYAKIT TUBERKULOSIS
Pertumbuhan
MTB membelah setiap 12-24 jam pada keadaan optimal. Waktu yang sangat
lambat bila dibandingkan bakteri lain yang berduplikasi dalam 15 menit sampai 1 jam.
Pertumbuhan lambat ini diakibatkan impermeabilitas dinding sel terhadap asupan
nutrien. Hal ini memperjelas keadaan subakut dari perjalanan alami penyakit
tuberkulosis dan waktu yang diperlukan untuk menumbuhkannya pada media. Harshey
dan Ramakrishnan menemukan bahwa sintesis RNA menjadi faktor utama yang
berhubungan dengan lambatnya pertumbuhan, mereka berhasil memperlihatkan bukti
bahwa rasio RNA terhadap DNA dengan laju elongasi rantai RNA sepuluh kali lebih
lambat jika dibandingkan E.coli.6
Tahap keempat: Interplay of cell mediated immunity (CMI) and tissue damaging HTL
Perkembangan dari lesi sekarang ditentukan oleh CMI, jika CMI lemah maka
basil akan lepas dari tepi kaseosa dan akan berkembang biak lagi di dalam makrofag
imatur, kemudian makrofag tersebut akan dihancurkan oleh HTL dan pusat kaseosa
akan semakin besar. Pada inang yang resisten basilus yang lolos dari pusat kaseosa akan
diingesti dan dihancurkan oleh makrofag yang telah sangat teraktifasi yang telah
berkumpul di bagian tepi.ndapat pula terjadi tuberkel dilapisi dinding, pusat kaseosa
menghilang dan perjalanan penyakit terhenti. Beberapa bakteri yang berhasil lolos ke
sistem limfatik ataupun peredaran darah akan segera dihancurkan di tempat mereka
menyangkut dengan pembentukan tuberkel yang terakselerasi.10
Pada inang yang rentan, pusat kaseosa dikelilingi oleh banyak makrofag yang
kurang teraktivasi, yang memungkinkan bakteri untuk berkembang intraseluler.
Makrofag-makrofag ini biasanya akan terbunuh karena kerusakan jaringan oleh HTL,
dan pusat kaseosa akan melebar. Jadi pada inang yang rentan, HTL berusaha
menghentikan pertumbuhan intraseluler bakteri di dalam makrofag yang teraktifasi
kurang baik, pada akhirnya proses ini akan berakibat pada makin meluasnya proses
kaseosa. Pada inang yang rentan dengan CMI yang lemah, kebanyakan lesi sekunder di
paru berasal dari basilus pada kaseosa kelenjar getah bening trakheobronkhial. Sistem
limfatik dari kelenjar ini mengalir ke vena besar yang menuju jantung kanan dimana
basili akan didistribusikan ke paru-paru. Dari lesi primer paru basili memasuki sirkulasi
darah menuju ke jantung kiri dan kemudian disebarkan ke seluruh tubuh.10
DIAGNOSIS TB
Seseorang diduga menderita TB paru apabila terdapat batuk lebih dari 2 atau 3
minggu dengan produksi sputum, dan penurunan berat badan. Gejala klinis pada pasien
dengan TB paru terbagi dua yaitu gejala respirasi dan konstitusi. Gejala respirasi
diantaranya sakit dada, hemoptsisis, dan sesak napas sedangkan gejala konstitusi
(sistemik) adalah demam, keringat malam, cepat lelah, kehilangan napsu makan,
amenore sekunder.8,10
Tidak ada kelainan spesifik yang ditemukan pada pemeriksaan fisik pasien TB
paru. Didapatkan gejala umum seperti demam, takikardia, jari clubbing. Pemeriksaan
dada mungkin didapatkan crackles, mengi, suara napas bronkial dan amforik. Semua
pasien suspek TB paru harus diperiksa BTA sputum secara mikroskopis. Pemeriksaan
foto thoraks tidak selalu diperlukan kecuali didapatkan keraguan diagnosa TB paru.8
Klinisi disarankan untuk melakukan screening terhadap orang-orang yang memiliki
risiko terkenan TB. Individu yang harus dilakukan screening karena memiliki risiko
tinggi terinfeksi TB meliputi:12
- Penderita HIV
- Pasien dengan kondisi immunocompromised, termasuk diantaranya transplantasi
organ atau kondisi lain yang memerlukan terapi imunosupresif,
- Kontakdengan penderita tuberculosis
- Sesorang dengan gambaran radiologis toraks yang sesuai dengan gambaran
tuberculosis lama.
- Seseorang yang baru bepergian ke daerah dengan angka kejadian TB yang tinggi.
- Petugas laboratorium TB.
- Petugas kesehatan serta petugas yang bekerjja di tempat-tempat dengan kejadian TB
tinggi seperti penjara, nursing home dan fasilitas kesehatan lainnya.
Tabel 1 Penemuan pada Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Pasien Tuberkulosis12
No Penemuan Keterangan
I Anamnesis
1 Riwayat terpapar tuberkulosis, Pasien dengan risiko terpapar tuberkulosis
riwayat terinfeksi tuberkulosis memiliki risiko lebih besar untuk terkena
atau riwayat mendapat tuberkulosis.
pengobatan tuberkulosis.
2 Riwayat infeksi HIV atau Penderita HIV dengan infeksi tuberkulosis laten
kondisi medis lain yang dapat memiliki risiko 100 kali lebih tinggi untuk
meningkatkan risiko terinfeksi berkembang menjadi infeksi aktif.
tuberkulosis
3 Demam Jarang terjadi pada penderita yang lanjut usia.
Tidak adanya demam tidak dapat
menyingkirkan tuberkulosis.
4 Lemah badan
5 Keringat malam Gejala ini dapat hanya muncul pada
tuberculosis yang telah berlangsung lama
6 Batuk Merupakan gejala yang paling sering terjadi
pada penderita TB paru. Penderita dengan TB
ekstrapulmonal saja seringkali tidak memiliki
gejala ini.
II Pemeriksaan Fisi
1 Gejala sistemik Dapat muncul gejala demam, penurunan berat
badan, dan lemah badan.
2 Berat badan Penurunan berat badan lebih sering ditemukan
pada TB yang telah berjalan lama.
3 Tenggorokan Dapat ditemukan suara serak.
4 Kelenjar Getah Bening KGB dapat teraba.
5 Paru-paru Dapat ditemukan adanya rales, tannda-tanda
konsolidasi atau penemuan lain yang sejalan
dengan efusi pleura (termasuk nyeri pleuritik).
6 Jantung Takikardi, peningkatan tekanan vena, dan bunyi
friction rub dapat muncul pada penderita TB.
7 Abdomen Asites, dinding abdomen seperti adonan roti,
adanya massa intraabdomen, dan
hepatosplenomegali dapat ditemukan pada TB
diseminata atau Tb abdomen.
8 Muskuloskeletal Pembengkakan sendi, pembentukan gibus dan
nyeri yang terlokalisir dapat juga ditemukan
pada penderita tuberculosis.
9 Neurologis Perilaku yang abnormal, nyeri kepala dan
kejang.
- Seseorang yang memiliki kondisi medis yang akan meningkatkan risiko terjadinya
infeksi aktif TB seperti diabetes melitus, silikosis, keganasan, end stage renal
disease, malnutrisi dan lainnya.
- Anak berusia <4 tahun yang terpapar orang dewasa yang termasuk ke dalam
kelompok berisiko tinggi terkena infeksi TB.
Standar diagnosis TB berdasarkan International Standard of TB Care (ISTC) tahun
20097 dapat dilihat pada halaman 191, disertai Algoritma Diagnosis TB pada halaman
196.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan