IDENTITAS PASIEN
Nama : Azka Trisnawati
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 23 November 2011
Umur : 3 tahun 8 bulan
Agama : Islam
No. Rekam medik : 56-83-28
Dirawat di : RKH 2/208-1
1
Keluhan utama : Kejang
Pasien datang dengan keluhan utama kejang saat 3 jam sebelum masuk
rumah sakit, kejang berlangsung selama 5 menit . Pada saat kejang seluruh tubuh
kaku, tangan menekuk ke dalam, kaki lurus kaku, dan mata mendelik ke atas. Kejang
hanya berlangsung sebanyak 1 kali. Setelah kejang pasien lemas dan tertidur .
Kejang didahului oleh demam , diukur dengan termometer 410 C 1 jam sebelum
demam . Setelah kejang, pasien masih dapat mengenali orang tua nya. Pasien pernah
mengalami kejang demam sebelumnya sebanyak satu kali, saat usia 1 tahun 3 bulan.
Tidak ada riwayat sakit kepala.
Pasien mengalami demam sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit .
demam timbul mendadak, suhu langsung tinggii dan terus menerus. Ibu mengukur
suhu pasien dengan termometer digital, didapatkan hasil 41 0 C . Ibu sempat memberi
obat penurun panas berupa proris supp 1x1 tablet dan Brufen sirup 3x1 sendok takar
5 ml. Demam hanya turun sebentar setelah diberi obat , kemudian naik kembali.
Demam disertai menggigil. Tidak ada gusi berdarah, mimisan . tidak nyeri telinga,
tidak keluar cairan dari telinga. Tidak ada riwayat benturan, tidak sakit kepala atau
pusing. Tidak nyeri menelan, pegal, lemas, nyeri tulang, bengkak sendi, gigi
berlubang,. Tidak ada bercak /bentol merah. Mata tidak merah, tidak keluar cairan,
tidak belekan, mata tidak kuning,. Pasien tidak jajan sembarangan , nafsu makan
menurun sejak demam.
Riwayat buang air kecil : lancar, berwarna kuning bening, tidak ada darah dan
pasien tidak meringis ataupun menangis saat buang air
kecil.
2
Riwayat buang air besar : lancar, berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak,
tidak ada darah, tidak ada lendir, frekuensi 2 kali sehari,
pasien tidak meringis ataupun menangis saat buang air
besar.
- Pasien dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita saat usia 1 tahun 8 bulan dengan
kejang demam . kejang 3x sehari pada saat itu.
Riwayat keluarga
Riwayat imunisasi
3
Polio : 4 kali, umur 0, 2, 3, 4 bulan.
Riwayat makanan
4 5 bulan : Susu formula 4 sendok takar dalam 120 cc air matang, 3 kali
sehari selalu habis
6 10 bulan : Susu formula 4 sendok takar dalam 120 cc air matang, 3 kali
sehari selalu habis
4
10-15 bulan : Susu formula 4 sendok takar dalam 120 cc air matang, 3 kali
sehari selalu habis
16 bulan - sekarang : Susu formula Dancow 4 sendok takar dalam 120 cc air
matang, 3-4 kali sehari selalu habis
Pemeriksaan Jasmani
Irritable
Tidak ikterik
Tidak sianosis
Tidak anemis
Tidak dyspnea
Tidak lethargis
Tanda vital
Data antropologi
Berat badan : 12 kg
Tinggi badan : 93 cm
5
Pemeriksaan fisik
Kepala Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba benjolan, tidak ada
kelainan di kulit kepala, rambut hitam terdistribusi merata, tidak
mudah dicabut. Ubun-ubun besar telah menutup.
Telinga Bentuk normal, kedua liang telinga lapang, tidak ada sekret, tidak
terdapat serumen di kedua telinga, tidak nyeri tekan tragus, tidak
ada nyeri tarik aurikuler, kelenjar getah bening pre-retro-post
aurikuler tidak teraba.
Hidung Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, mukosa di kedua lubang
hidung tidak hiperemis tidak ada sekret, tidak ada darah, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
Mulut Bibir kering, perioral tidak sianosis, mukosa mulut tidak kering,
lidah tidak kotor, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, tidak ada detritus,
faring tidak hiperemis.
Leher Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba, kelenjar getah bening
submandibula, supra-infra clavicula, cervical, tidak teraba
Inspeksi :
Bentuk normal, simetris dalam diam dan pergerakan napas
Thoraks Palpasi :
Stem fremitus kanan - kiri, depan - belakang sama kuat
Perkusi :
Sonor, batas paru hepar di ICS VI MCL dextra
Auskultasi :
Suara nafas vesikuler, tidak ada ronki dan wheezing di kedua paru
Inspeksi :
Tidak tampak pulsasi ictus kordis.
Jantung Palpasi :
Pulsasi ictus kordis teraba di ICS V MCL sinistra
Perkusi :
Redup, Batas jantung kanan : Sejajar ICS V Midsternal line
Batas jantung kiri : di ICS V MCL sinistra
6
Batas jantung atas : di ICS II parasternal line sinistra
Auskultasi :
Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen Inspeksi :
Tampak datar
Auskultasi :
Bising usus positif normal 10 kali permenit
Perkusi :
Normo Timpani.
Palpasi :
Supel, hepar tidak teraba, permukaan rata, konsistensi kenyal, tepi
tajam, lien tidak teraba, turgor kulit normal <2 detik.
Anus dan rectum Tidak tampak kelainan dari luar (tidak tampak benjolan).
Genitalia Tidak tampak kelainan dari luar, tidak ada tanda-tanda radang,
tidak ada phimosis.
Anggota gerak Superior et inferior dextra et sinistra tidak edema, tidak terdapat
deformitas, akral hangat. Capillary refill normal (< 2 detik)
Status neurologis
Rangsang meningeal : Kaku kuduk (-)
Brudzinski I (-)
Brudzinski II (-/-)
Laseq (-/-)
Kerniq (-/-)
Pemeriksaan laboratorium
7
Normal 3 Agustus 2014
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13-18 g/dl 11,3
Retikulosit 0,5-1,5 % -
SEDIAAN HAPUS
Basofil 0-1 % 0
Eosinofil 1-3 % 2
Batang 2-6 % 2
Segmen 50-70 % 72
Limphosit 20-40 % 23
Monosit 2-8 % 1
ELEKTROLIT
RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki, usia 3 tahun 8 bulan datang dengan
keluhan kejang saat 3 jam sebelum masuk rumah sakit, kejang berlangsung selama
5 menit . Pada saat kejang seluruh tubuh kaku, tangan menekuk ke dalam, kaki
lurus kaku, dan mata mendelik ke atas. Kejang hanya berlangsung sebanyak 1 kali.
Setelah kejang pasien lemas dan tertidur, ketika bangun dapat mengenali
orangtuanya. Kejang didahului oleh demam. Pasien pernah mengalami kejang
demam sebelumnya sebanyak satu kali, saat usia 1 tahun 3 bulan. Demam sejak dua
hari sebelum masuk rumah sakit . demam timbul mendadak, suhu langsung tinggi
dan terus menerus. Ibu mengukur suhu pasien dengan termometer digital, didapatkan
hasil 410 C . Ibu sempat memberi obat penurun panas berupa proris supp 1x1 tablet
dan Brufen sirup 3x1 sendok takar 5 ml. Demam hanya turun sebentar setelah diberi
8
obat , kemudian naik kembali. Demam disertai menggigil. Mencret 3 x sejak 12 jam
sebelum masuk rumah sakit, sebanyak gelas aqua setiap sekali mencret. Mencret
cair dengan ampas yang lebih sedikit dari airnya, tidak ada lendir, darah bau busuk,
warna kuning. Terakhir kali makan nasi dengan sayuran yang dimasak ibunya. Air
minum matang. Pasien tampak lebih haus, suka minum air putih . Muntah 1 x sejak
12 jam sebelum masuk rumah sakit. Muntah tidak menyemprot, tidak didahului
mual,. Muntah sebanyak gelas aqua, isi susu , perut tidak nyeri.
Suhu tubuh : 40 C
Abdomen : soepel, timpani, hepar tidak teraba, permukaan rata, tepi tumpul.
Pemeriksaan laboratorium
Retikulosit 0,5-1,5 % -
SEDIAAN HAPUS
9
Hitung jenis leukosit
Basofil 0-1 % 0
Eosinofil 1-3 % 2
Batang 2-6 % 2
Segmen 50-70 % 72
Limphosit 20-40 % 23
Monosit 2-8 % 1
ELEKTROLIT
Diagnosa kerja
Diagnosa banding
- Epilepsi
- Meningitis
- Esefalitis
- Meningoensefalitis
Pemeriksaan penunjang
PENATALAKSANAAN
10
ANALISIS KASUS
Dari anamnesa :
Didapatkan pada seorang anak laki-laki, usia 3 tahun 8 bulan datang dengan
keluhan kejang saat 3 jam sebelum masuk rumah sakit, kejang berlangsung selama
5 menit . Pada saat kejang seluruh tubuh kaku, tangan menekuk ke dalam, kaki
lurus kaku, dan mata mendelik ke atas. Kejang hanya berlangsung sebanyak 1 kali.
Setelah kejang pasien lemas dan tertidur, ketika bangun dapat mengenali
orangtuanya. Kejang didahului oleh demam. Pasien pernah mengalami kejang
demam sebelumnya sebanyak satu kali, saat usia 1 tahun 3 bulan. Demam sejak dua
hari sebelum masuk rumah sakit . demam timbul mendadak, suhu langsung tinggi
dan terus menerus. Ibu mengukur suhu pasien dengan termometer digital, didapatkan
hasil 410 C . Ibu sempat memberi obat penurun panas berupa proris supp 1x1 tablet
dan Brufen sirup 3x1 sendok takar 5 ml. Demam hanya turun sebentar setelah diberi
obat , kemudian naik kembali. Demam disertai menggigil. Mencret 3 x sejak 12 jam
sebelum masuk rumah sakit, sebanyak gelas aqua setiap sekali mencret. Mencret
cair dengan ampas yang lebih sedikit dari airnya, tidak ada lendir, darah bau busuk,
warna kuning. Terakhir kali makan nasi dengan sayuran yang dimasak ibunya. Air
minum matang. Pasien tampak lebih haus, suka minum air putih . Muntah 1 x sejak
12 jam sebelum masuk rumah sakit. Muntah tidak menyemprot, tidak didahului
mual,. Muntah sebanyak gelas aqua, isi susu , perut tidak nyeri.
Suhu tubuh : 40 C
11
Frekwensi napas : 24 x/ menit, reguler, abdominotorakal.
Abdomen : soepel, timpani, hepar tidak teraba, permukaan rata, tepi tumpul.
Pemeriksaan Laboratorium
Normal 3 Agustus 2014
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13-18 g/dl 11,3
Retikulosit 0,5-1,5 % -
SEDIAAN HAPUS
Basofil 0-1 % 0
Eosinofil 1-3 % 2
Batang 2-6 % 2
Segmen 50-70 % 72
Limphosit 20-40 % 23
Monosit 2-8 % 1
ELEKTROLIT
12
Berdasarkan data-data yang tersebut diatas, maka diagnose kerja pasien ini adalah
Kejang-Demam Sederhana, karena :
Diagnosa Banding
Meningitis
Anak menjadi lesu, suhu selalu naik. Anak sering muntah, nyeri kepala (pada
anak yang lebih besar), kesadaran bayi / anak menurun dari apatis sampai coma.
Kejang yang terjadi dapat berupa umum, fokal atau twitching. Terdapat kaku-kuduk,
malahan dapat terjadi rigiditas umum. Pada pasien ini tidak ada kaku-kuduk.
Ensefalitis
Suhu mendadak naik, kesadaran dengan cepat menurun. Pada anak besar,
sebelum kesadaran menurun sering mengeluh nyeri kepala. Muntah sering
ditemukan. Kejang-kejang dapat bersifat umum atau fokal, atau hanya twitching saja.
Kejang-kejang dapat berlangsung berjam-jam. Gejala-gejala cerebrum yang beraneka
ragam dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misalnya paresis atau
paralisis, aphasia dan sebagainya.
13
Pada pasien ini kejang hanya sebentar yaitu 2 menit, tidak ada paralisis.
Epilepsy
Diagnose Gizi
Status Gizi
Pemeriksaan penunjang
1. Punksi Lumbal
14
Dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis atau ensefalitis,
karena pada pasien usia 10 bulan sulit untuk menegakan diagnose
meningitis secara pasti.
2. Pemeriksaan Darah Rutin (Hb, Ht, Eritrosit, Leukosit, Trombosit)
Dilakukan untuk mengetahui adanya factor-faktor resiko lain yang dapat
menyebabkan terjadinya demam dan kejang pada pasien.
3. Pemeriksaan Elektrolit (Na, K, Cl)
Dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan yang berhubungan
dengan keseimbangan metabolic-elektrolit pasien.
4. Pemeriksaan Urinalisis
Dilakukan untuk mengetahui apakah ada infeksi yang berasal dari saluran
kemih.
5. Pemeriksaan Feses Lengkap
Dilakukan untuk mengetahui apakah ada infeksi yang berasal dari saluran
pencernaan.
Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
1. Istirahat
2. Edukasi keluarga
Edukasi keluarga diperlukan agar dapat memantau keadaan anak bila terjadi
demam sehingga bila terjadi demam yang tinggi keluarga dapat memberikan
pencegahan dan pertolongan pertama dengan obat penurun panas agar pasien tidak
terjadi kejang.
Medikamentosa
Simptomatik
15
(diberikan untuk mencegah demam meningkat dengan dosis : 10 15
mg/kgBB/kali, maksimal 5 kali pemberian).
Bila kejang : Diazepam 2,5 mg i.v per rectal. (Bila kejang belum teratasi,
pemberian Diazepam dapat diulangi dengan dosis yang sama 3 menit
kemudian).
Prognosis
16
Tinjauan Pustaka
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rectal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak,
terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Terjadinya bangkitan kejang
demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Factor
hereditas juga mempunyai peranan.
Klasifikasi
17
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang
lama terjadi pada 8 % kejang demam.
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului
kejang parsial.
Kejang Multipel adalah kejang lebih daripada 1 kali kejang per episode demam.
Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari satu
episode demam.
Factor yang penting pada kejang demam ialah demam, umur, genetic,
prenatal, dan perinatal. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak
selalu timbul pada suhu yang paling tinggi, kadang-kadang demam yang tidak begitu
tinggi sudah dapat menyebabkan kejang. Bila kejang telah terjadi pada demam yang
tidak tinggi, anak mempunyai risiko tinggi untuk berulangnya kejang.
Kejang demam sangat tergantung kepada umur, 85% kejang pertama sebelum
berumur 4 tahun, terbanyak di antara 17-23 bulan. Hanya sedikit yang mengalami
kejang demam pertama sebelum berumur 5 -6 bulan atau setelah berumur 5-8 tahun.
Biasanya setelah berumur 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi, walaupun pada
beberapa pasien masih dapat mengalami sampai umur lebih dari 5-6 tahun. Kejang
demam diturunkan secara dominan autosomal sederhana. Banyak pasien kejang
demam yang orangtua atau saudara kandungnya menderita penyakit yang sama.
Factor prenatal dan perinatal dapat berperan dalam kejang demam.
Manifestasi Klinis
18
terjadi pada kejang demam yang pertama. Kejang berulang dalam 24 jam ditemukan
pada 16% pasien.
Misalnya :
- Tonsillitis
- OMA (otitis media akut)
- Bronchitis
- Furunkulosis , dll.
Bila menghadapi penderita dengan kejang demam, pertanyaan yang sering timbul
adalah dapatkah diramalkan dari sifat kejang atau gejala yang mana kemungkinan
lebih besar untuk menderita epilepsy?
Kejang demam yang tidak memenuhi salah-satu atau lebih dari ketujuh criteria
Livingston diatas digolongkan pada epilepsy yang diprovokasi oleh demam. Kejang
19
kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya
kejang (penyebabnya intrakranium), sedangkan demam hanya merupakan factor
pencetus saja.
Perjalanan Penyakit
Gangguan intelek dan gangguan belajar jarang terjadi pada kejang demam
sederhana. IQ lebih rendah ditemukan pada pasien kejang demam yang berlangsung
lama dan mengalami komplikasi. Risiko retardasi mental menjadi 5 kali lebih besar
apabila kejang demam diikuti terulangnya kejang tanpa demam.
Angka kejadian epilepsy pada pasien kejang demam kira-kira 2-3 kali lebih
banyak dibandingkan populasi umum, dan pada pasien kejang demam yang berulang
kemungkinan terjadinya epilepsy 2 kali lebih sering dibandingkan dengan pasien
yang tidak mengalami berulangnya kejang demam.
1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau
perkembangan.
2. Adanya riwayat kejang tanpa demam (epilepsy) pada orang tua atau saudara
kandung.
3. Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit atau kejang fokal.
20
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Punksi Lumbal
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
EEG (Elektroensefalografi)
Radiologis
21
1. Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis).
2. Paresis Nervus VI
3. Papiledema
Tata Laksana
22
Pengobatan Profilaksis
A. Profilaksis Intermittent
23
24