MORBUS HANSEN
Oleh :
dr. Anandanu Pramadya Manuputty
Pembimbing Internship :
dr. Zam Iwana
2
Pasien mengaku memiliki alergi makanan laut, apabila pasien makananan laut
maka akan timbul bintik-bintik yang gatal. Riwayat alergi obat, cuaca, debu,
disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku meminum paracetamol pada saat pasien merasakan nyeri pada
kulitnya.
Riwayat Sosial
Pasien adalah petugas rumah sakit yang bertugas mengantar oksigen, pasien
mengaku pada saat bertugas di RS terdapat penderita yang mengalami gejala kulit
yang sama seperti pasien. Pasien tiap hari bertemu dengan penderita tersebut
selama 2 minggu.
Daftar Pustaka:
Hasil Pembelajaran:
1. Gejala dan tanda morbus Hansen
2. Identifikasi dan diagnosis morbus Hansen
3. Manejemen morbus Hansen
4. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat morbus Hansen
3
terbentur sesuatu terasa lebih sakit dari pada sebelum pasien muncul bercak-bercak
ini. Pada malam hari pasien merasakan kulit seperti di tarik-tarik. Pasien
menyangkal adanya rontok bulu mata, alis, dan demam.
2. Objective
PEMERIKSAAN FISIK
3. Keadaan umum : Baik
4. Kesadaran : Composmentis
5. Status lokalis kulit :
Pada regio thorak, abdomen, wajah, lutut, punggung, Tampak Plaque > 5
Eritema dengan tepi meninggi, batas tegas multiple, skuama (-), erosi (-),
ekskroisi (-), pada regio brachialis tampak patch hiperpigmentasi batas tidak
jelas pada telapak tangan. Madorosis (-), facies leohiro (-), saddle nose (-),
claw hand(+).
6. Pemeriksaan saraf :
a. N.Auricularis magnus sinistra mengalami pembesaran, konsistensi kenyal, nyeri
tekan (+)
b. N. Ulnaris sinistra mengalami pembesaran konsistensi kenyal, nyeri tekan (+)
c. Pemeriksaan anastesi terhadap rasa nyeri pada tempat lesi (+) dari pada kulit
normal.
d. Pemeriksaan anastesi terhadap rasa raba pada tempat lesi (+) dari pada kulit
normal
e. Pemeriksaan suhu panas dingin pada lesi, tidak bisa membedakan suhu panas
dingin pada tempat lesi.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
BTA: Tidak ditemukan kuman BTA
7. Assessment
Penyakit kusta disebut juga dengan the greatest immitator karena memberikan
gejala yang hampir mirip dengan penyakit lainnya. Diagnosis penyakit kusta
didasarkan pada penemuan tanda kardinal (cardinal sign), yaitu:
4
saja terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri.
Dapat disertairasa nyeri dan dapat juga disertai dengan atau tanpa gangguan
fungsi saraf yang terkena, yaitu:
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit, cuping telinga, dan lesi kulit pada
bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu
tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita hanya dapat
mengatakan tersangka kusta dan pasien perlu diamati dan diperiksa ulang setelah
3-6 bulan sampai diagnosis kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan.
DIAGNOSIS KERJA
Morbus Hansen MultiBasiler reaksi kusta tipe 1
DIAGNOSIS DIFFRENSIAL
Vitiligo, Ptiriasis Versikolor, Ptiriasis Alba, Tinea korporis
5
8. Plan
Dengan memakai regimen pengobatan MDT/= multi drug treatment. Kegunaan MDT untuk
mengatasi resistensi Dapson yang semakin meningkat, mengatasi ketidakteraturan penderita
dalam berobat, menurunkan angka putus obat pada pemakaian monoterapi Dapson, dan dapat
mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.
PB dengan lesi 2 5.Lama pengobatan 6 dosis ini bisa diselesaikan selama (6-9) bulan.
Setelah minum 6 dosis ini dinyatakan RFT (Release From Treatment) yaitu berhenti minum
obat.
Rifampicin Dapson
6
Dewasa 600 mg/bulan 100 mg/hr diminum di
Diminum di depanrumah
petugas kesehatan
MB dengan lesi > 5.Lama pengobatan 12 dosis ini bisa diselesaikan selama 12-18
bulan. Setelah selesai minum 12 dosis obat ini, dinyatakan RFT/=Realease From Treatment
yaitu berhenti minum obat. Masa pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif untuktipe PB
selama 2 tahun dan tipe MB selama 5 tahun.
Pengobatan reaksi kusta. Bila reaksi tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka
dapat timbul kecacatan berupa kelumpuhan yang permanen seperticlaw hand , drop foot , claw
toes , dan kontraktur. Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas dilakukan pengobatan
Prinsip pengobatan Reaksi Kusta yaitu immobilisasi / istirahat, pemberian analgesik dan
sedatif, pemberian obat-obat anti reaksi, MDT diteruskan dengan dosis yang tidak diubah.
7
Pada reaksi ringan, istirahat di rumah, berobat jalan, pemberian analgetik dan obat-obat
penenang bila perlu, dapat diberikan Chloroquine 150 mg 31 selama 3-5 hari, dan MDT (obat
kusta) diteruskan dengan dosis yang tidak diubah.
Reaksi berat, immobilisasi, rawat inap di rumah sakit, pemberian analgesik dan
sedative, MDT (obat kusta) diteruskan dengan dosis tidak diubah, pemberian obat-obat anti
reaksi dan pemberian obat-obat kortikosteroid misalnya prednison.Obat-obat anti
reaksi,Aspirin dengan dosis 600-1200 mg setiap 4 jam (4 6x/hari ) , Klorokuin dengan dosis
3 x 150 mg/hari, Antimon yaitu stibophen (8,5 mg antimon per ml ) yang diberikan 2-3 ml
secara selang-seling dan dosis total tidak melebihi 30 ml. Antimon jarang dipakai oleh karena
toksik. Thalidomide juga jarang dipakai,terutama padawanita (teratogenik ).Dosis 400 mg/hari
kemudian diturunkan sampai mencapai 50 mg/hari.
Jika MDT-WHO tidak dapat dilaksanakan karena berbagai alasan, WHO expert
committe pada tahun 1997 mempunyai regimen untuk situasi khusus, yaitu:
Penyebabnya mungkin alergi, gangguan pada fungsi hepar, ada penyakit penyerta atau
resisten terhadap obat ini. Regimen untuk penderita ini, adalah:
8
Minosiklin
400 mg/hari
100 mg/hari
Biasanya penderita menolak obat ini karena adanya pewarnaan kulit. Untuk itu klofazimin
pada MDT_MB dapat diganti dengan ofloksasin 400 mg/hari selama 12 bulan atau minosiklin
100 mg/hari selama 12 bulan.
Pada tahun 1997, WHO Expert of Committe on Leprosy merekomendasikan juga regimen
MDT-MB alternatis selama 24 bulan:
Bila DDS menyebabkan terjadinya efek samping berat pada penderita PB maupun MB,
obat ini harus dihentikan.
Rifampisin Klofazimin
Dewasa 600 mg/bln 50 mg/hari dan 300 mg/bulan
Anak-anak 450 mg/bln 50 mg/hari dan 150 mg/bulan
9
PENATALAKSANAAN
MB dengan lesi > 5.Lama pengobatan 12 dosis ini bisa diselesaikan selama 12-18
bulan. Setelah selesai minum 12 dosis obat ini, dinyatakan RFT/=Realease From
Treatment yaitu berhenti minum obat. Masa pengamatan setelah RFT dilakukan
secara pasif untuk tipe PB selama 2 tahun dan tipe MB selama 5 tahun.
Rifampicin : 600 mg/bulan diminum di depan petugas kesehatan
Dapson : 100 mg/hari diminum di rumah
Lamprene : 300mg/bulan diminum di depan petugas kesehatan dilanjutkan
dgn 50 mg/hari diminum di rumah
Pengobatan reaksi kusta.
Pada reaksi ringan, istirahat di rumah, berobat jalan, pemberian analgetik dan obat-
obat penenang bila perlu, dapat diberikan Chloroquine 150 mg 31 selama 3-5 hari,
dan MDT (obat kusta) diteruskan dengan dosis yang tidak diubah.
Rencana Edukasi
9. Edukasi pasien dan keluarga tentang indikasi, faktor resiko, tatacara, dan komplikasi
morbus hansen
10