Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIK FAMILY ATTACHMENT

INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE)

Dosen Pembimbing Lapangan: Dr. Meidiana Dwidiyanti, S.Kp., M.Sc

Oleh :
Kelompok 1.5
Danawan Rahmanto
Tri Agrina
Sri Mangunatun Khasanah
Rini Acebeli

22010113130141 (PSPD)
22010113120006 (PSPD)
22020113120009 (PSIK)
22030113120005 (PSIG)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara

berkembang

seperti

Indonesia

memiliki

beberapa

masalah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, politik,


pendidikan, kesehatan dan masalah lainnya. Hal tersebut tidak
terlepas dari permasalahan yang dialami negara negara lain baik
negara maju maupun negara berkembang. Sehingga terdapat sebuah
kesepakatan yang disepakati oleh lebih dari 190 negara yang di
dalamnya

termasuk

Indonesia

yaitu

SDGs.

SDGs

(Sustainable

Development Goals; Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) merupakan


pembangunan baru pengganti MDGs dengan masa berlaku 2015-2030.
Salah satu dari 17 tujuan SDGs yaitu nomor 3 mengenai kesehatan
dan kesejahteraan. Sebelum pelaksanaan SDGs, MDGs lebih dahulu
dilaksanakan meskipun beberapa target masih gagal untuk dicapai
pada daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kegagalan
tersebut mengenai angka kematian ibu dan balita yang tinggi
(Hoelman, Parhusip, Eko dkk, 2015).
Rasio kematian ibu, yang diperkirakan sekitar 228 per 100.000
kelahiran hidup, tetap tinggi diatas 200 selama dekade terakhir,
meskipun telah dilakukan upaya

upaya untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan ibu. Sedangkan kematian pada anak di Indonesia


terjadi saat masa baru lahir (neonatal), bulan pertama kehidupan.
Kemungkinan anak meninggal pada usia yang berbeda adalah 19 per
seribu selama masa neonatal, 15 per seribu dari usia 2 hingga 11
bulan dan 10 per seribu dari usia satu sampai lima tahun. Sepertk di
negara

negara

berkembang

lainnya

yang

mencapai

status

pendapatan menengah, kematian anak di Indonesia karena infeksi dan


penyakit anak anak lainnya telah mengalami penurunan, seiring
dengan peningkatan pendidikan ibu, kebersihan rumah tangga dan

lingkungan, pendapatan dan akses ke pelayanan kesehatan (UNICEF


Indonesia, 2012).
Perawatan yang tepat selama kehamilan, persalinan dan nifas (segera setelah lahir)
merupakan periode untuk mencegah adanya komplikasi bagi ibu dan bayi baru lahir.
Selain itu, WHO dan UNICEF merekomendasikan untuk dilakukan kunjungan rumah
oleh petugas kesehatan yang terampil selama minggu pertama bayi hidup untuk
meningkatkan kelangsungan hidup bayi yang baru lahir terutama pada bayi yang lahir
dalam keadaan khusus, seperti Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), bayi yang lahir dari ibu
HIV-positif, atau bayi sakit, yang memerlukan perawatan tambahan dan harus dirujuk ke
rumah sakit.
Kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai 45% dari semua kematian anak
di bawah usia lima tahun. Mayoritas dari semua kematian neonatal adalah sekitar 75%
terjadi pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% terjadi dalam 24 jam
pertama.
Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah bayi yang lahir premature,
BBLR, infeksi, asfiksia (kekurangan oksigen saat lahir), dan trauma kelahiran. Presentase
kematian yang dikarenakan penyebab tersebut hampir 80% dari kematian dalam
kelompok usia ini.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sampai
Juni tahun 2015, kota Semarang menduduki nomor 2 dengan angka
kematian ibu tinggi. Dalam upaya menurunkan AKI dan AKB dihadapi tantangan dan
ancaman sehingga diperlukan strategi percepatan dan terfokus dalam rencana aksi
akselerasinya, baik yang terkait aspek supply, demand, pembiayaan dan perubahan
perilaku masyarakat.
Upaya mengurangi angka kematian ibu dan bayi dapat dilakukan mulai dengan
hal kecil yang diaplikasikan dalam proses pendidikan dari program studi kesehatan yang
digabungkan menjadi kelompok kecil dan kegiatan tersebut dapat membantu program
pemerintah. Prinsip utama pelayanan tim interdisiplin antara dokter, perawat, dan ahli gizi
yang diberikan kepada keluarga secara holistik tersebut, maka perlu diketahui berbagai
latar belakang pasien yang menjadi tanggung jawabnya agar dapat selalu menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien tersebut.
Demi mewujudkan pelayanan kesehatan yang seperti ini, banyak upaya yang
dapat dilakukan, salah satu di antaranya yang dipandang mempunyai peranan amat

penting adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) serta melakukan perawatan
pasien di rumah (home care) terhadap keluarga yang membutuhkan, karena pengetahuan
tentang latar belakang pasien serta terwujudnya pelayanan kedokteran menyeluruh dinilai
merupakan kunci pokok keberhasilan pelayanan kesehatan keluarga, maka sudah
merupakan kewajiban pula bagi setiap tenaga kesehatan untuk dapat memahami serta
terampil melakukan kunjungan dan perawatan pasien di rumah tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan kesehatan keluarga yang ditinjau dari tiga aspek
(kesehatan secara umum, gizi dan asuhan keperawatan)
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan pada keluarga
b. Menganalisis masalah kesehatan pada keluarga ditinjau dari
keadaan umum, gizi, dan asuhan keperawatan
c. Menyusun rencana intervensi berdasarkan hasil pengkajian
permasalahan kesehatan dalam keluarga
d. Melakukan implementasi pada aspek promotif dan preventif
berdasar intervensi yang disusun
e. Melakukan evaluasi terhadap hasil intervensi.

BAB II
ISI
I. PENGKAJIAN
Identitas Kepala Keluarga
Nomor KK
: 33741005110150006
Tanggal kunjungan rumah : 25 Januari 2016 dan 27 Januari 2016
Nama KK
: Sugeng Heru Saputro
Alamat KK
: Jl. Sumberejo, Rowosari RT 01/RW 005
Telp/ No Hp
: 085640456389
A. Demograf
No
1

Nama

Kedudukan
dalam Keluarga
Kepala Keluarga
(Suami)

Jenis
Kelamin
L

Istri

Sugeng
Heru
Saputro
Farida

Hartono

KK 2

Ngatijah

Ibu farida

Umur
25
tahun
24
tahun
65
tahun
62
tahun

Aga
ma
Islam

Jawa

Islam

Jawa

Islam

Jawa

Islam

Jawa

Suku

Status
Marital
Sudah
menikah
Sudah
menikah
Sudah
menikah
Sudah
menikah

B. Genogram
Tn. H. 65th

Tn. S,29th Ny. R,28 th


An. A, 6th

Keterangan :
: laki laki

Ny. N, 62th HT

Tn. H.
25th magh

Ny.F, 24th anemia

Pendidikan

Pekerjaan

SLTA

SD

Swasta
(karyawan
Apotik)
Ibu Rumah
Tangga
Petani

SD

Petani

SLTA

: perempuan
: perempuan hamil
: meninggal keguguran
: tinggal satu rumah

C. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
a. Kesakitan
N
o
1

Nama
Sugeng
Heru
Saputro
Farida

Umu
r
25
tahun
24
tahun

Jenis
Kelami
n
L

Penyakit/
gangguan
kesehatan
Maag

Pemberi
pengobata
n
Mandiri

Anemia
Mual,muntah,pusin
g
Demam
Typhoid
(remaja)
Keguguran UK 4mg

Bidan
Dokter
Umum
Dokter
Sp.OG

Tempat
pengobatan
Rumah

Bidan
Puskesmas
Rumah Sakit

b. Penyakit Genetik
No
-

Nama
-

Umur

Jenis
Kelamin

Penyakit/
gangguan
kesehatan
-

Pemberi
pengobatan

Tempat
pengobatan

c. Kematian
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal dalam satu tahun
terakhir.
d. Kesehatan Reproduksi Wanita
1) Riwayat Haid (Farida)
Umur haid pertama
: 13 tahun
Keluhan saat haid
: Nyeri perut dan haid tidak teratur
2) Riwayat Obstetri
Riwayat keguguran usia kehamilan 4 minggu, dan sudah
dilakukan upaya kuretase oleh dokter spesialis obstetri dan
ginekologis di RSUD Semarang.
Saat ini umur kehamilan Ibu Farida adalah 30 minggu.
3) KB

Pasien dan suaminya masih termasuk dalam pasangan usia


subur (PUS) tetapi keduanya belum mengikuti program KB
dengan alasan ingin mempunyai anak pertama dahulu.
Setelah mempunyai anak, mereka akan memikirkan rencana
memilih program KB atau tidak.
4) Kesehatan Bayi dan Anak Balita
Pasien belum memiliki anak

2. Fungsi Psikologi
Tidak ada masalah psikologi dalam keluarga. Hubungan antara
anggota keluarga dikatakan baik. Jika ada keluarga menghadapi
masalah kesehatan, maka pasien yang berperan sebagai pengambil
keputusan.
Ibu Farida pernah memiliki riwayat keguguran pada usia
kehamilan 4 minggu. Saat itu Ibu Farida sangat terpukul. Tetapi
dukungan keluarga yang menggugah semangat Ibu Farida untuk
mengandung lagi.
Secara mental, Ibu Farida siap untuk hamil lagi karena sudah
ada pengalaman sebelumnya. Diharapkan Ibu Farida dapat belajar
dari pengalaman agar tidak terulang hal yang tidak diinginkan
kemudian hari.
3. Fungsi Ekonomi
Penghasilan rata-rata keluarga perbulan adalah sekitar Rp
1.900.000,00 s.d. Rp 2.400.000,00. Ibu Farida dan Bapak Sugeng
telah terdaftar BPJS
4. Fungsi Pendidikan
Walaupun mereka

belum

punya

anak,

mereka

sudah

merencanakan pendidikan calon anaknya kelak. Mereka sudah


menyiapkan anggaran untuk anaknya. Ibu Farida bahkan siap untuk
bekerja lagi untuk menambah sumber keuangan keluarganya. Hal
ini membuktikan bahwa mereka sudah sangat menyadari arti
pendidikan sebagaimana mestinya
5. Fungsi Religius

Semua anggota keluarga rutin melakukan ibadah dan terdapat


ruangan khusus untuk beribadah di rumah.
6. Fungsi Sosial Budaya
Pasien tidak berpartisipasi baik dalam pertemuan RT, maupun
organisasi sosial lain dengan alasan pasien masih dalam keadaan
hamil. Tetapi, sebelum hamil, Ibu Farida cukup aktif dalam arisan di
wilayah sekitar rumahnya. Pasien tidak merasa memiliki tokoh yang
berpengaruh di daerah tempat tinggal pasien. Pasien dan keluarga
tidak

memiliki

kepercayaan

atau

mitos

tertentu.

Walaupun

demikian, terdapat ritual unik yang menjadi kepercayaan Ibu Farida


dan keluarga. Contohnya tidak boleh keluar rumah saat adzan
maghrib berkumandang, saat kehamilan mempunyai pantangan
untuk makan yang pedas-pedas dan terong. Terdapat kebiasaan
unik lainnya yaitu setiap minggu pagi berjalan ke pasar tanpa
menggunakan alas kaki. Ibu Farida juga sering melakukan gerakan
jongkok dengan asumsi untuk proses persalinan kelak. Berdasarkan
skor APGAR, didapat skor 7 yang artinya tidak ada disfungsi keluarga.
7. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga lebih peka terutama pada gejala kecil seperti flu, batuk, panas,
dan lain-lain. Jika masih bisa diobati sendiri maka tidak dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan, namun jika mulai parah biasanya dibawa ke bidan karena
akses yang terdekat. Selain itu, kesehatan lingkungan juga termasuk dalam
masalah kesehatan karena menurut keluarga lingkungan yang kotor menjadi
sarang penyakit.
Keluarga dapat memilah kapan perlu ke Rumah Sakit, kapan tidak perlu.
Ibu Farida rajin mengontrol kesehatannya di bidan mandiri. Ibu Farida juga sering
kontrol ke puskesmas sebulan sekali. Sesekali Ibu Farida ke dokter spesialis
obstetri dan ginekologi untuk memeriksa kehamilannya.

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan


Suami pasien adalah orang yang cukup peduli dengan kesehatan istrinya,
terlebih sang istri pernah mengalami keguguran di masa lalu. Suami hampir setiap
saat menemani Ibu Farida control ke bidan, puskesmas, maupun dokter spesialis.

Dari sisi Ibu Farida sendiri juga bukan orang yang tidak peduli dengan
kesehatannya. Terbukti dengan kebiasaan minum obat Ibu Farida yang hanya
mengonsumsi obat yang diresepkan bidan/dokter puskesmas/dokter obsgyn.
c. Kemampuan keluarga untuk mengatasi masalah
Bila sakit yang diderita anggota keluarga tidak parah bisa dirawat di rumah
maka dirawat sebisanya di rumah, tetapi bila sudah parah dan butuh tenaga medis
yang ahli langsung dibawa ke bidan dulu, jika tidak bisa menangani langsung
dibawa ke puskesmas atau rumah sakit.
d. Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang sehat
Kalau untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih di antaranya membuang
sampah pada tempatnya, membersihkan rumah dan halaman, menguras bak
mandi, dan menjual barang bekas yang tidak perlu.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Pasien memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti bidan praktik
mandiri dan terkadang dokter praktik mandiri ketika periksa selama kehamilan
atau ketika sakit ringan yang tidak mengetahui cara penanganannya. Ketika
melahirkan, pasien lebih memilih di rumah sakit dan memakai BPJS.
D. Perilaku
1. Pola Konsumsi
Ibu Farida cukup peduli dengan kebiasaan makannya. Ibu
Farida tidak mengalami perubahan pola makan sebelum hamil
dengan sekarang. Walaupun begitu, Ibu Farida cukup sering ngemil
dibanding sebelum kehamilan, yang menandakan frekuensi makan
perharinya mengalami kenaikan
Kebiasaan makan keluarga sebanyak 3 kali sehari dengan pola
makanan cukup lengkap yaitu mengandung karbohidrat, sayur, dan
lauk-pauk. Akan tetapi, keluarga pasien tidak mengkonsumsi buah
dengan alasan di daerahnya jarang ada penjual buah. Tidak ada
pantangan makan dalam keluarga dan tidak ada kebiasaan makan
cepat saji di luar rumah.
Bedasarkan hasil perhitungan asupan gizi ibu dinilai dari
kuesioner

hasil

recall

2x24

jam,

pasien

mengalami

masalah

ketidakseimbangan asupan. Asupan yang kurang memadai ini, memberi dampak pada
kualitas ASI.
2. Olah Raga

Anggota keluarga tidak teratur melakukan olah raga, hanya setiap minggu pagi
jalan kaki bersama ke pasar. Suami Ibu Farida rutin bermain futsal dengan temantemannya.
3. Personal Hygiene
Pasien sudah memiliki kesadaram personal hygiene yang baik, yaitu dengan
kebiasaan mandi dua kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, dan kepemilikan sikat gigi
milik sendiri. Tempat BAB berupa WC sendiri. Pasien terbiasa cuci tangan pakai
sabun setelah BAB dan sebelum makan. Keluarga pasien tidak memiliki binatang
sehingga tidak pernah memegang binatang.
Suami pasien tidak merokok dan tidak minum minuman keras. Sedangkan
untuk masalah penggunaan obat nyamuk, pasien dan keluarga tidak menggunakan
obat nyamuk jenis apapun.
4. Kebersihan Lingkungan
Penampungan air dalam rumah secara rutin dikuras. Barang bekas yang dapat
menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk dibuang di tempat sampah. Penampungan
air ditutup.
5. Rumah Sehat
Penerangan di rumah sangat kurang, bahkan bisa dikatakan sangat lembap. Ini
disebabkan kondisi rumah yang tidak terlalu terjangkau oleh sinar matahari. Kondisi
ini dapat menjadikan rumah tersebut sarang kuman maupun penyakit, walaupun
sanitasinya dijaga.
Terdapat jendela di kamar tidur dan setiap hari jendela dibuka sedangkan
jendela di ruang keluarga tidak pernah dibuka. Rumah dan halaman setiap hari
dibersihkan dan sampah dibuang di tempat sampah setiap hari. Alat masak yang
digunakan di dapur adalah kompor gas.
Satu hal yang menarik di rumah tersebut adalah terdapat kandang kambing di
dalam rumah. Hal ini tentu sangat mengagetkan karena dari perilaku sanitasi pasien
sangat baik. Kondisi ini dapat menjadi titik balik negatif bagi kesehatan keluarga
6. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Berdasarkan indikator rumah tangga sehat didapat skor 14 yang berarti
termasuk dalam sehat utama.
E. Keadaan Lingkungan
1. Komponen Rumah
No

Komponen rumah

Hasil pengamatan

1
2
3
4
5
6

Langit-langit
Dinding
Lantai
Jendela kamar tidur
Jendela ruang keluarga
Ventilasi

Lubang asap dapur

Pencahayaan

Hewan ternak

Ada, kotor, banyak lubangnya


Permanen (tembok kedap air)
Semen
Ada, dibuka setiap hari
Ada, tidak dibuka
Ada, luas ventilasi > 10% dari luas
lantai
Ada, luas ventilasi < 10% dari luas
lantai
Kurang terang, kurang jelas untuk
membaca normal
Memelihara hewan ternak

2. Sarana Sanitasi
No
1
2
3
4

Sarana sanitasi
SPAL
Sarana
pembuangan
sampah
Sarana air bersih
Jarak Sumber Air Bersih
dengan
tempat
pembuangan kotoran
Jamban keluarga

Hasil pengamatan
Ada, dialirkan ke selokan terbuka
Ada, kedap air dan tertutup
Sumur pompa
Kurang lebih 500 meter

Leher angsa

3. Akses ke Sarana Kesehatan


Jarak rumah dengan sarana pelayanan kesehatan terdekat
(praktik bidan mandiri) kurang lebih 300 m. Sedangkan untuk
puskesmas adalah sekitar 3 km. Sedangkan untuk jarak ke RSUD
kurang lebih 10 km. Cara untuk menempuh sarana kesehatan
menggunakan sepeda motor.

4. Denah Rumah
1

5
6
Keterangan :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kandang kambing
Dapur
Kamar 1
Ruang tamu
Kamar mandi
Kamar 2
Tempat parkir motor

A. ANTENATAL
a. HPHT
Tanggal 28 juni 2015
b. HPL
Hari perkiraan lahir pada ibu Farida dihitung dari HPHT yaitu
tanggal 28 juni 2015. Perhitunganya tanggal 28 dijumlah 7
hasilnya 35, karena bulan juni merupakan bulan ke enam
sehingga dikurangi 3 hasilnya 3 yaitu bulan maret, dan 2015
dijumlah 1 hasilnya 2016. Tanggal yang dijumlahkan 35,
sehingga hari perkiraan lahir pada ibu Farida adalah tanggal 4
April 2016.
c. Usia Kehamilan
Usia kehamilan dihitung dari HPHT sampai hari pertama
kunjungan (pengkajian) yaitu tanggal 25 januari 2015.
28 juni 28 juli
28 juli 28 agustus
28 agustus 28 september
28 september 28 oktober
28 oktober 28 november
28 november 28 desember
28 desember 25 januari
6 bulan 28 hari = 24 minggu + 4 minggu = 28 minggu + 2
minggu (setiap 3 bulan pertama dijumlah 1 minggu), sehingga
usia kehamilan ibu farida adalah 30 minggu
d. Keluhan
Umumnya awal pertama kehamilan yang dikeluhkan dari ibu
Farida adalah mual dan muntah dan adanya ketidakenakan
ketika makan. Kehamilan kali ini merupakan kehamilan yang
kedua, dimana kehamilan pertama mengalami keguguran. Ibu
Farida menceritakan bahwa saat hamil yang pertama keguguran
mungkin karena adanya faktor terlalu lelah, karena saat itu ia
harus bekerja untuk memenuhi kontrak kerja yang telah ia tanda
tangani. Kontrak tersebut sudah mengikat sehingga ia tidak bisa

keluar begitu saja ketika hamil. Pada saat keguguran ibu Farida
merasa perutnya sakit dan panas begitu saja, dan kejadian
ketika bekerja sehingga ia langsung dibawa kerumah sakit dan
dilakukan tindakan kuretase pada tahun 2014. Tidak lama
kemudian ibu Farida hamil yang kedua dimana HPHT nya 28 juni
2015 dan dilakukan pemeriksaan dengan Hb 8.0. ibu Farida tidak
menegetahui bahaya ketika Hb nya rendah saat hamil dan
mengatakan bahwa saran dari bidan dianjurkan banyak makan
sayur, awalnya ibu farida tidak menyukainya namun selama
hamil ia berusaha untuk selalu makan sayur. Ibu farida adalah
seorang rumah tangga saat ini sehingga kesibukannya hanya
mengurus rumah, memasak, dan mencuci kadang dibantu oleh
suaminya. Ketika ibu farida terlalu lelah ia akan segera
beristirahat dengan posisi miring kanan atau miring kiri, dan
merasa pinggangnya terasa sakit tetapi setelah itu sudah
sembuh. Pemeriksaan pada bulan februari ibu farida datang ke
puskesmas awalnya pemeriksaan biasa namun untuk kedua
kalinya ia datang dengan keluhan perut sebelah kanan terasa
sakit namun bidan n=menyampaikan hanya kurang minum air
putih. Pola makan pada ibu farida sudah baik namun cenderung
sembarangan ketika ada jajan seperti sosis bakar.

II. PERENCANAAN
A. Tujuan
1. Meningkatkan kesehatan ibu hamil
2. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai kesehatan selama
kehamilan, nifas dan cara perawatan bayi kelak.
B. Rencana Intervensi
1. Asuhan ibu selama kehamilan
- Rajin kontrol ke puskesmas setiap bulan untuk dicek kesehatan
-

janin dan kesehatan ibu


Kontrol Hb di trimester 3 untuk menghindari anemia patologis

pada ibu hamil


Kontrol Tekanan darah Ibu Farida
Kontrol posisi letak janin di USG Rumah Sakit.

Menyarankan Ibu Farida untuk mengonsumsi tidak hanya tablet


penambah darah saja, tetapi juga asam folat, dan vitamin

lainnya sebagai suplemen penting untuk ibu hamil


Menyarankan Ibu Farida untuk mengonsumsi makanan yang

higienis dan bergizi


Menyarankan Ibu Farida untuk rutin dalam makan
Menyarankan Ibu Farida tanggap terhadap tanda dan gejala
klinisnya. (contoh : jika sudah terdapat tanda kenceng-kenceng
dari tengah perut, menandakan sudah ada kontraksi di fundus

uteri dan sudah memasuki detik-detik sebelum persalinan)


Menyarankan Ibu Farida untuk siap mental, psikis, maupun fisik
untuk menghadapi persalinan mengingat sudah memasuki usia

kehamilan trimester III


Menyarankan Ibu Farida untuk melakukan persalinan di Rumah

Sakit bersama dokter spesialis obstetri dan ginekologis.


Menyarankan agar keluarga mendukung Ibu Farida selama masamasa ini karena dukungan keluarga adalah dukungan yang

terpenting.
2. Asuhan ibu selama nifas
a. Anjuran ibu kontrol atau kunjungan nifas setidaknya 4 kali
1) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3
hari setelah persalinan.
2) Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan
hari ke-28 setelah persalinan.
3) Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai
dengan hari ke-42 setelah persalinan.
b. Periksa tekanan darah
c. Perdarahan pervaginam
d. Kondisi perineum
e. Tanda infeksi
f. Kontraksi uterus
g. Tinggi fundus uteri
h. Temperature
i. Nilai fungsi berkemih
j. Nilai fungsi cerna
k. Penyembuhan luka
l. Sakit kepala
m. Rasa lelah
n. Nyeri punggung
3. Perawatan Bayi Kelak
Perawatan bayi meliputi penilaian terhadap pemantauan
pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi

dengan stimulasi tumbuh kembang. Pelayanan kesehatan tersebut


meliputi :
a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB
1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan). l Konseling ASI
eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda tanda
sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan
Buku KIA.
d. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai