Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KELOMPOK BBDM 10 MODUL 6.

1
Skenario 1
KETUBAN PECAH SEBELUM USIA KEHAMILAN
CUKUP BULAN

YASINTA PUTRI N. (22010113130133)


AHMAD DANIL FATAH (22010113140134)
ADITYA KUSUMA DEWI (22010113130135)
REINARDO DAFON P. (22010113130136)
MUHAMMAD FARRAS R. P. (22010113130137)
TIFFANNY NUR SHABRINA (22010113130138)
FREDERICA VANIA A. H. (22010113130139)
PINGKAN PERMATA P. (22010113130140)
DANAWAN RAHMANTO (22010113130141)
EMMANUEL JOSEPH BAGUS H. P. (22010113140142)
GREGORIUS THOMAS P. (22010113130143)
ATHINA FIORA AYUDIA (22010113130144)
BERNADUS RIYAN HARTANTO (22010113130145)
WINADI YOYADA DWI PUTRA (22010113130146)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
BBDM MODUL 6.1

KASUS 1

KETUBAN PECAH SEBELUM USIA KEHAMILAN CUKUP BULAN

Seorang wanita G2P1A0, 25 tahun hamil 32 minggu dating ke UGD Puskesmas dengan keluhan
keluar air dari jalan lahir sejak 3 jam yang lalu. Belum ada keluhan kenceng-kenceng sering dan
pengeluaran lender pervaginam. Gerak anak masih aktif. Riwayat kehamilan sebelumnya juga
mengalami ketuban pecah sebelum persalinan di usia kehamilan 9 bulan. Riwayat persalinan
sebelumnya dilakukan dengan induksi persalinan dan persalinan pervaginam, saat ini anak sehat
usia 4 tahun. Riwayat keputihan selama kehamilan terjadi 2 bulan terakhir, warna putih seperti
susu dan sedikit berbau.

TERMINOLOGI

1.
2.
3.
4.

Kenceng-kenceng = Rasa tegang di fundus uteri sebagai tanda persalinan


G2P1A0 = Gestasi 2 Partus 1 Abortus 0
Ketuban = Cairan bening kekuningan, membungkus bayi ketika lahir ; cairan amnion
Induksi Persalinan = Berbagai cara untuk merangsang kontraksi/persalinan ; ada mekanik

dan kimiawi
5. Usia Kehamilan = Dihitung dari hari pertama hari terakhir
6. Gerak Anak Aktif = Janin gerak secara aktif, normal di minggu 22

RUMUSAN MASALAH

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengapa ketuban dapat pecah?


Hubungan riwayat ketuban pecah dengan anak sebelumnya dengan kejadian sekarang?
Hubungan riwayat keputihan dengan kejadian sekarang?
Bagaimana hubungan riwayat induksi kehamilan dengan kejadian sekarang?
Bagaimana hubungan induksi persalinan dengan ketuban pecah dini?
Apakah normal keputihan pada orang hamil?

ANALISIS MASALAH

1.
-

Mengapa ketuban dapat pecah?


Memecahnya membrane mengakibatkan infeksi vagina
Tekanan intra uterine mengakibatkan trauma, polihidramnion, dll
Kelainan letak janin, kelainan bawaan selaput ketuban
KPD terjadi biasanya saat 20-37 minggu usia kehamilan (preterm)

2. Bagaimana hubungan riwayat ketuban pecah dini pada anak sebelumnya dengan
-

kehamilan anak sekarang?


Riwayat ketuban pecah dini merupakan faktor risiko terjadinya ketuban pecah dini di

kehamilan anak berikutnya


Panggul sempit menyebabkan tekanan intrauterine membesar

Selain itu, riwayat infeksi dan inkompetensi serviks merupakan faktor risiko yang lain
yang dapat menyebabkan ketuban pecah dini

3.
-

Hubungan riwayat keputihan dengan kejadian sekarang?


Infeksi = faktor eksternal
Dua bulan terakhir keputihan dapat menjalar ke fundus uteri
Meningkatnya esterogen dapat meningkatkan pembuluh darah di uterus
Sekret normal = sekret tidak berbau, jika bau = infeksi
Infeksi jamur di vagina lalu menjalar keatas (fundus uteri) sehingga KPD
65% KPD karena infeksi

4.
-

Bagaimana hubungan riwayat induksi kehamilan dengan kejadian sekarang?


Induksi persalinan ada dua, yaitu hormonal dan mekanik
Dalam prosesnya ada masalah dalam persalinan, lalu tidak sembuh sempurna
Hamil pertama, ada masalah dalam persalinan, mempunyai faktor risiko mengalami hal

serupa dalam persalinan selanjutnya


KPD, induksi persalinan lagi, sehingga faktor risiko untuk kehamilan ketiga dan
seterusnya

5. Bagaimana hubungan induksi persalinan dengan ketuban pecah dini?


- Karena ada KPD, sehingga harus diinduksi persalinan
- Induksi persalinan merupakan faktor risiko KPD untuk kehamilan berikutnya

6. Apakah keputihan pada kejadian kasus normal?


- Tidak, karena normalnya jernih, tidak berbau
- Perlu pemeriksaan penunjang seperti kultur dan mikrobiologi lainnya

PETA KONSEP

Etiologi

Tanda dan
Gejala

KETUBAN PECAH DINI

Faktor
Risiko

Diagnosis
Banding

Pencegaha
n

SASARAN BELAJAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Etiologi Ketuban Pecah Dini


Indikasi Ketuban Pecah Dini
Faktor Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini
Diagnosis Banding KPD dan Cara Membedakannya
Tanda dan Gejala KPD
Penatalaksanaan KPD
KPD Preterm dan Ater,
Pemeriksaan Penunjang KPD
Pencegahan KPD

Penatalaksanaan

HASIL BELAJAR MANDIRI

1. ETIOLOGI KPD
Penyebab terjadinya ketuban pecah dini diantaranya yaitu : Serviks inkompeten,
ketegangan rahim berlebihan, kehamilan ganda, hidramnion, kelainan letak janin dalam rahim
(letak sungsang, letak lintang), kemungkinan kesempitan panggul, kelainan bawaan dari selaput
ketuban, dan infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa faktor
meliputi :
1. Usia

Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama
kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi optimal bagi
seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan
meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian
besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai
berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan.
2. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu
keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi
kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi
terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS,
2005).
3. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak
terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara
adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan
28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan
usia 9 kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih.
Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia
kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali
(Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD
pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko
akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
4. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi
minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya

pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya
ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah
dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat
badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban
pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan
perdarahan post partum karena atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa
anemia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak
anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat.
5. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat berpengaruh pada
kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk
karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa
kehamilan dapat menyebabkan gangguangangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah
dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003). f. Riwayat KPD Pengalaman yang
pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika
menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban
pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan
kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban
pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan
maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah
mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan
kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
6. Serviks yang inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher
rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia
serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang

memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester 11 ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan
robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009).
7. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
a. Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi
distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin. 2002)

Patofisiologi KPD
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh konstraksi uterus dan peregangan
berulang. Selabut ketuban pecaah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selabut ketuban inferior rapuh, bukan karenna seluruh ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matiks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan
menyebabkan selabut ketuban pecah.
Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah :

Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen


Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal antara lain karena merokok.

Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia
pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.
Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. KPD prematur sering terjadi pada polihidramnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta.
2. FAKTOR RISIKO DAN PREDISPOSISI KPD
Faktor risiko KPD
Beberapa faktor resiko dari Ketuban Pecah Dini, adalah :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
b. Polihidramnion (cairan ketuban berlebihan)
c. Riwayat KPD sebelumnya
d. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
e. Kehamilan kembar
f. Trauma
g. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
h. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis
Faktor lain (Predisposisi)
Keadaan sosial ekonomi factor lain yang dapat menyebabkan KPD, yaitu :

a. Faktor golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menyebabkan kelemahan bawaan
termasuk kelemahan jaringan ketuban
b. Paritas (Multigraviditas), merokok, dan perdarahan antepartum
c. Malposisi dan malpresentasi janin (letak sungsang, letak lintang) misalnya sungsang karena
tidak ada bagian terendah yang menutupi Pintu Atas Panggul (PAP) yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membrane bagian bawah
d. Disporposi antar kepala dan panggul ibu (Chepalo Pelvic Disporprotion)
e. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
3. TANDA DAN GEJALA KPD
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal
atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba,
2009).

4. INDIKASI KPD
Ketuban Pecah Dini

Penyebutan

Ketuban Pecah Dini (premature rupture of membrane / PROM) ketuban pecah sebelum

proses persalinan dan usia gestasi >= 37 minggu


Jika <37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur (PPROM /
preterm premature rupture of membrane)

Istilah

Periode laten waktu dari ruptur hingga proses persalinan


Makin muda usia gestasi saat ruptur, periode laten akan semakin panjang
o Mis usia gestasi cukup bulan, 75% terjadi dalam waktu 24 jam
o Usia gestasi 26 minggu, 50% dalam 1 minggu
o Usia gestasi 32 minggu, persalinan terjadi dalam 24-48 jam

Ciri

Riwayat keluar air-air vagina dan tanda lain persalinan


Pemeriksaan inspekulo lihat ada ketuban keluar dari cavum uteri (pasien batuk /

mengejan) / terlihat kumpulan cairan di fornix post.


Tampak: cairan putih agak keruh, seperti air kelapa (mengandung lanugo & vernix

caseosa), banyak, tak dapat ditahan atau dihentikan


Kertas lakmus biru (pH cairan amnion 7,1-7,3, vagina 4,5-6)
USG oligohidroamnion
Tidak menimbulkan rasa sakit
Tidak pegal-pegal atau mulas

5. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
a. Korioamnionitis
Definisi

Merupakan infeksi pada membran korion dan/atau amnion fetus yang disebabkan
oleh bakteri.

Salah satu komplikasi dari kehamilan (KPDP)

Patofisiologi

Mekanisme perlindungan dari saluran urogenital dan/atau rahim berkurang/gagal.


Perubahan mekanisme pertahanan vagina dan serviks saat kehamilan vaginitis, BV,
ISK

Peningkatan jumlah mikroorganisme patogen di saluran urogenital (UTIs)

Kolonisasi abnormal bakteri di kolon distal selama kehamilan lingkungan mikrobial


abnormal di vagina dan rahim

Infeksi ascenden ke vagina, serviks, kavitas rahim, membran korion dan amnion,
hingga ke plasenta

Gejala & Tanda

Demam pada ibu (>37.8C) paling sering diamati

Takikardi ibu (>120 denyut/menit)

Takikardi janin (>160-180 denyut/menit)

Cairan amnion atau discharge vagina purulen atau berbau busuk

Nyeri tekan uterus

Leukositosis pada ibu (>15,000-18,000 cells/L)

Faktor Predisposisi

Riwayat kelahiran prematur (risiko semakin tinggi pada usia kehamilan muda)

Persalinan prematur

Ketuban / membran janin pecah prematur (sebelum onset persalinan)

Jarak antara ketuban pecah dengan persalinan terlalu lama

Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang

Adanya bakteri patogen pada traktus genitalia (IMS)

Alkohol

Rokok

Diagnosis

Ibu hamil dengan korioamnionitis: mungkin tampak sakit, mengalami hipotensi,


diaphoresis, kulit dingin.

Dugaan sepsis pada neonatus dari ibu dengan korioamnionitis, jika:

Perilaku abnormal: letargi, hipotoni, tangisan lemah

Paru: takipneu, distress pernapasan, sianosis

Kardiovaskular: takikardi, hipotensi, waktu capilary refill memanjang, pucat

GI: distensi perut, muntah, diare

SSP: pengaturan suhu abnormal, perilaku abnormal, kejang, apneu

Hematologi & Hepatik: pucat, petekie atau purpura

Tes laboratorium untuk ibu hamil asimptomatik dengan persalinan prematur atau
KPD:

Pemeriksaan cairan amnion

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan urin

Screening test untuk group B streptococcus

Treatment

Lakukan persalinan secepatnya

Supportive care (untuk neonatus sepsis) ventilator, sistem imun

Pemberian antibiotik untuk ibu antibiotik empirik (penicillin G, Clindamycin,


Ampicillin, Cefotaxime, Gentamicin)

B. Vaginitis dan Servisitis


VAGINITIS

Vaginitis ditandai dengan pruritus, keputihan, dispareunia dan disuria. Discharge


vagina juga memiliki bau yang juga dapat dijadikan acuan diagnosis. Vagina secara normal
didiami oleh organisme, dengan pH fisiologisnya sekitar 4,0. PH ini menghambat pertumbuhan
bakteri patogenik tumbuh berlebihan. Keputihan yang fisiologik khas warnanya putih, halus,
tidak berbau, terdiri dari flora bakteri, air, elektrolit dan epitel.
Diagnosis vaginitis memerlukan pemeriksaan mikroskopik cairan vagina.

1. Vaginosis Bakterial
Pergeseran komposisi flora vagina normal dengan peningkatan bakteri anaerob.
VB yang didiagnosis pada kehamilan minggu 16-20 minggu memiliki

kecenderungan bayi lahir premature.


Ciri-ciri keputihan VB : tipis, homogen, warna putih abu-abu, dan berbau amis.
Gejala : secret lengket di dinding vagina, kadang terjadi pruritus dan iritasi vulva,
disuri, nyeri perut, gatal juga jarang terjadi. Bau tidak enak bertambah parah

setelah senggama.
Diagnosis : identifikasi cell clue pada usapan vagina, pH >4,5 , Uji Whiff
(penambahan KOH) keluar bau amis

2. Trikomonas
Infeksi oleh protozoa Tricomonas vaginalis , STD.
Cairan vagina berbuih, tipis, berbau tidak enak, dan jumlahnya banyak.

Warnanya abu-abu, putih, atau seringnya kuning kehijauan, pH 5,0-7,0


Pruritus vulva.Serviks tampak eritem dan rapuh. Eritema vulva dan vagina
jarang terjadi.

Diagnosis : preparat usapan vagina memperlihatkan Tricomonas vaginalis,

leukosit>10
3. Kandida
Candida albicans sebagai penyebab utama (85%)
Faktor resiko : perubahan hormonal (misalnya kehamilan), imunosupresan, DM,

obesitas
Cairan vagina : ph >4,5 , putih seperti keju, tidak ada bau amis
Tanda dan gejala : pruritus (Sering disertai iritasi vagina), panas, dysuria,

eritema dinding vulva dan vagina, plak menempel


Diagnosis : preparat dengan pengecatan KOH menunjukkan hifa, pseudohifa
jamur.

SERVISITIS

1. Klamidia Trakomatis
Chlamydia trachomatis merupakan organisme yang paling sering ditularkan

melalui kontak seksual.


Faktor resiko : <25 tahun, aktif secara seksual, sering berganti pasangan seks,

status tidak kawin.


Tanda dan Gejala : 50% kasus tidak menimbulkan keluhan dapat menetap selama
beberapa tahun. Keluar cairan vagina, bercak darah, atau perdarahan pasca

senggama.
Pemeriksaan serviks tampak eritem dan rapuh,

2. Gonorea
Etiologi : Neisseria gonorrhoeae
Tanda dan Gejala : sering kali tidak ada keluhan dari pasien, tetapi cairan vagina

kadang abnormal, dysuria, perdarahan uterus abnormal


Diagnosis : pengecatan gram, dari apusan endoserviks.

C. Perdarahan Antepartum
Definisi dan klasifikasi

Perdarahan jalan lahir setelah 22 minggu


Klasifikasi Klinis :
1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta
3. Belum jelas sumbernya
Gambaran Klinik
Pada triwulan ketiga, atau setelah kehamilan 28 minggu
Perdarahan antepartum+tanpa nyeri -> plasenta previa
Nyeri pada kandungan progresif, pingsan-> solusio plasenta
Pengawasan antenatal
Para ibu hamil yang patut dicurigai :
> 35 tahun
Paritasnya 5 atau lebih
Bagian terbawah janin selalu terapung di atas pintu atas panggul
preeklampsia
Plasenta Previa
Anamnesis : >22minggu, tanp nyeri, tanpa alasan, terutama multigravida
Pemeriksaan luar : Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu-atas panggul
Inspekulo : berasal dari ostium uteri eksternum
Ultrasonografi
Penentuan letak plasenta secara langsung

Solusio Plasenta
Ringan : ruptur sinus marginalis, sebagian kecil plasenta, perdarahan kehitam-hitaman,
agak sakit
Sedang : >1/4nya, <2/3, mencapai 1000ml, keadaan gawat, syok, uterus tegang, nyeri,
tanda persalinan telah ada, selesai dlm 2 jam, tanda tanda kelainan ginjal dan pembekuan
darah mulai ada
Berat : >2/3 permukaan, tiba2, syok, janin meninggal, uterus tegang, dan sangat nyeri

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG KETUBAN PECAH DINI


1. Fern test/ Tes Pakis
a. Meneteskan atau swab cairan amnion dari fornix posterior pada objek glass
b. Tunggu hingga kering dan diperiksa di mikroskop
c. Jika Kristal cairan tersebut berbentuk seperti pakis, maka cairan tersebut adalah
cairan amnion yang menandakan tes pakis positif.

2. USG

a. Posisi pasien dan pemeriksa


o Posisi pasien : terlentang.
o USG
: sebelah kanan pasien.
o Pemeriksa : sebelah kanan pasien, menghadap ke arah pasien dan layar
monitor USG.
b. Persiapan alat: alat usg, probe, gel.
c. Macam probe: curvilinier probe 3,5 MHz atau 5 MHz.

d. Pengukuran Indeks Cairan Amnion


i. Indeks cairan amnion (ICA) diukur pada 4 kuadran.
ii. Jika ditemukan ICA kurang dari 8 cm disebut oligohidramnion
iii. jika > 25 cm disebut polihidramnion.
iv. Sumber lain mengatakan bahwa range normal ICA adalah 5-25 cm
v. Pengukuran indeks cairan ketuban dengan USG diukur dengan meletakan
probe USG sejajar dengan sumbu longitudinal pasien dan tegak lurus
dengan lantai.
vi. Setiap kuadran dihitung dalam sentimeter. Keempat pengukuran kemudian
dijumlahkan untuk menghitung ICA
vii. Indeks cairan amnion 4 kuadran

Pemeriksaan Fisik Ketuban pecah Dini


Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Luar
Bagian-bagian janin relatif lebih mudah dipalpasi.
2. Pemeriksaan Dalam
Inspekulo : langsung melihat air ketuban dari OUE atau melihat penumpukan cairan di forniks
posterior.
Vaginal Toucher ( setelah inpartu ) : tidak teraba selaput ketuban.
Pada KPD, pemeriksaan dalam hanya dilakukan pada penderita yang telah inpartu atau yang
yang diinduksi. Pemeriksaan dalam hanya akan dilakukan atas indikasi kuat dan sedapat
mungkin dibatasi untuk mengurangi bahaya infreksi.
Pemeriksaan Kertas lakmus
Tes Lakmus (kertas nitrazin)
Prinsip tes ini adealah dengan menggunakan kertas nitrazin yang berubah warna pada keadaan
pH yang berbeda. Sekret vagian pada wanita hamil mempunyai pH antara 4,5- 5,5 , sedangkan
cairan amnion 7,0-7,2. Cairan ketuban yang bersifat basa akan merubah lakmus merah jadi biru.

Dari tes lakmus ini bisa didapatkan hasil yang salah pada keadaan-keadaan

False positif bila dalam cairan itu bercampur urine, darah, cairan antiseptik, dan lain-lain.
False negatif bila vagina sudah kering.

7. KPD PRETERM DAN ATERM

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Premature Rupture of Membranes(PROM)


Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau

sebelum terdapat tanda persalina yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm.

Ketuban pecah dini aterm(KPD aterm) atau Premature Rupture of Membranes at


Term(PROM at Term)
Merupakan kejadian pecahnya ketuban sebelum persalinan pada kehamilan di atas 37

minggu. Ketuban pecah dini aterm biasanya terjadi pada 10% kehamilan. Pada pasien KPD
terdapat rembesan cairan, vaginal discharge dan ada tekanan pada pelvis, namun tidak ada
kontraksi. Keadaan ini dapat diperiksa dengan menggunakan spekulo vagina untuk melihat
uterus dan liang vagina.
Pasien yang mengalami KPD aterm ini sebagian besar (90%) akan mengalami persalinan
spontan dalam waktu 24 jam setelah kejadian KPD. Namun perlu dipertimbangkan kembali
apakah pasien diperbolehkan untuk melalui persalinan spontan ataukah melalui induksi
persalinan. Hal tersebut berkaitan dengan resiko infeksi yang akan dialami oleh ibu yaitu infeksi
intrauterine, dimana kejadian infeksi tersebut akan menigkat seiring dengan lama terjadinya KPD
sehingga menjadi pertimbangan untuk dilakukan induksi persalinan. Selain itu, apabila dilakukan
persalinan spontan maka janin pun memiliki resiko terkena infeksi, placental abruption, fetal
distress, fetal restriction deformities and pulmonary hypoplasia, and fetal/neonatal death.

Ketuban Pecah Dini Preterm (KPD Preterm) atau Premature Preterm Rupture of Membranes
(PPROM)
Merupakan kejadian pecahnya ketuban sebelum persalinan pada usia kehamilan 24-37

minggu. Penatalaksanaan pada KPD preterm ini jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan KPD

aterm. Dibutuhkan pertimbangan yang lebih banyak dalam perencanaan penatalaksanaannya. Hal
tersebut dikarenakan adanya resiko terjadinya kelahiran premature pada janin dan terjadinya
infeksi serta komplikasinya pada ibu. Penatalaksanaan pada KPD preterm ini dilakukan pada
tempat pelayanan kesehatan yang memiliki NICU untuk merawat bayi premature tadi, karena
kebanyakan pasien KPD preterm akan melahirkan dalam waktu seminggu setelah kejadian KPD.
Hanya sedikit wanita saja yang masih tetap mempertahankan kehamilannya 3-4 minggu setelah
KPD.

8. PENATALAKSANAAN KPD
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi pada
komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban pecah dini
menurut Sarwono (2010), meliputi :
a. Konservatif
1) Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun pada janin)
dan harus di rawat dirumah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicilin) dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai
air ketuban tidak keluar lagi
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss negatif, beri
dexamethasone, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan
37 minggu
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), dexamethasone, dan induksi sesudah 24 jam
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterine)

8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan paru janin dan
kalau memungkinkan periksa kadar letisin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betamethasone
12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexamethasone IM 5 mg setiap 6 jam selama 4 kali.
B. Penatalaksanaan Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula
diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan diakhiri.
3) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak berhasil,
akhiri persalinan dengan seksio sesarea
4) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam

Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentang penatalaksanaan KPD adalah :


1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis,
maningitis janin, dan persalinan prematuritas
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat
terjamin.
4. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup,
perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin
tidak dapat diselamatkan
5. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat
pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk
menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.

6. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal
dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan
paru.
7. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu 6-24 jam bila tidak
terjadi his spontan

9. PENCEGAHAN KPD
-

Pemeriksaan kehamilan yang teratur.


Kebiasaan hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang sehat, minum cukup,

olahraga teratur dan berhenti merokok.


Membiasakan diri membersihkan daerah kemaluan dengan benar, yakni dari depan ke

belakang, terutama setelah berkemih atau buang air besar.


Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang tidak normal di aderah kemaluan,

misalnya keputihan yang berbau atau berwarna tidak seperti biasanya.


Untuk sementara waktu, berhenti melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang

menyebabkan ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.


Mengonsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

KESIMPULAN

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir
kehamilan maupun jauh sebelumnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36
minggu tidak terlalu banyak. KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah
ketuban sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat terjadi kapan saja dari
1-12 jam atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi pada wanita dengan serviks inkopenten,
polihidramnion, malpresentasi janin, kehamilan kembar, atau infeksi vagina.
KPD memiliki faktor risiko dan faktor predisposisi yang bila tidak diwaspadai akan
terkena KPD. KPD harus ditangani dengan tepat karena memiliki diagnosis banding,
pemeriksaan penunjang yang harus diperhatikan. Walaupun demikian, KPD bisa dicegah dengan
upaya komprehensif dari ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41356/4/Chapter%20II.pdf
2. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-ratnasepti-7641-3-babii.pdf
3. Williams Obstetri edisi 24, F. Gary Cunningham, Kenneth J. Leveno, Steven L Bloom, John C.
Hauth, Dwight J. Rouse, Catharine Y. Spong. McGrawhill -Education; 2014
4. Ilmu Kebidanan Sarwono. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2013

Anda mungkin juga menyukai