Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS ASUHAN PERSALINAN NORMAL DENGAN KETUBAN PECAH

DINI PADA NY. “E” G2P1A0

DI PUSKESMAS MPUNDA

DISUSUN OLEH

1. NURWAHIDAH
2. ST. MARIAM
3. FITRIANI HANDAYANI
4. NURWALIDAH
5. UMRAH
6. VIVI
7. ESA FIBRIANINGSIH
8. MARJA
9. NUNUNG FITRIANINGSIH
10. ISTI IRAWAN

AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN BUNDA BIMA


TAHUN AKADEMIK 2018/2019
ANGKATAN X
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37
minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak.
Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam kaitannya
dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan
kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas yang akan meningkatkan
kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya (Manuaba, 2009).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari
585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di Indonesia menurut
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003/2004 Angka Kematian
Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan
data Dinas Kesehatan Provinsi Jateng menyebutkan pada 2008 AKI mencapai
114,42/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota
Semarang jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2009
sebanyak 22 kasus dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 25.739. Penyebab AKI
terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung,penyebab langsung dari AKI
disebabkan oleh komplikasi pada masa hamil,bersalin dan nifas atau kematian yang
disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai hal yang terjadi akibat-akibat tindakan
tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin dan nifas, seperti perdarahan, tekanan
darah yang tinggi saat hamil (eklamsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi
keguguran.
Beberapa komplikasi persalinan salah satunya adalah persalinan lama, infeksi dari
vagina yang merambat ke atas. Faktor yang kedua adalah serviks inkompeten yaitu
kondisi serviks yang kurang lentur sehingga tidak mampu menahan kehamilan.
Faktor yang ketiga adalah tekanan intra uteri yang meningkat. Penekanan tekanan
intra uteri dapat disebabkan oleh trauma fisik seperti hubungan seksual, pemeriksaan
dalam maupun amniosintesis, faktor keempat adalah keteganngan rahim yang
berlebihan yang dapat disebabkan oleh hidromnion atau kehamilan ganda. Faktor lain
yang dapat menyebabkan KPD adalah ketidak sesuaian panggul dengan kepala bayi,
kehamilan multigravida dan kurang gizi terutama dari tembaga dan vitamin C.
Menurut Nugroho 2010 salah satu yang dapat menyebabkan KPD adalah kurangnya
vitamin C, tetapi pendapat tentang vitamin C tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Spinnato (2008) yang menjelaskan bahwa vitamin C dan Vitamin E
yang diminum ibu selama kehamilan tidak mempengaruhi terhadap kejadian KPD.
Caughey, Julian, Robinson, dan Errol (2008) menjelaskan bahwa faktor yang
menyebabkan KPD adalah hubungan seksual, pemeriksaan dengan spekulum,
aktivitas fisik, dan jumlah kehamilam.
Patofisiologi ketuban pecah dini. Menurut Manuaba (2009) mekanisme terjadinya
KPD dimulai dengan terjadinya pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban
mengalami devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami desvakularisasi
selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang menyangga
ketuban makin berkurang melemahnya daya tahan ketuban dipercepat engan adanya
infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu ensim proteolotik dan kolagenase yang diikuti
oleh ketuban pecah spontan.
Menurut suziatimi, muflidah dan hidayat (2009) menjelaskan bahwa KPD
biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan membra dan peningkatan tekanan
intra uteri ataupun karena sebab keduanya kemungkinan tekanan intra uterine yang
kuat adalah penyebab dari KPD dan selaput ketuban yang tidak kuat dikarenakan
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah engan mengeluarkan air
ketuban. Hubungan serviks inkompeten dengan kejadian KPD adalah bahwa servikks
yang ikompeten leher rahim yang tidak mempunyai kelenturan sehingga tidak kuat
menahan kehamilan.
Selain karena infeksi dan tekanan intra uteri yang kuat, hubungan seksual pada
kehamilan tua berpengaruh terhadap terjadinya KPD karena pengaruh prostaglandin
yang terdapat dalam sperma dapat menimbulkan kontraksi, tetapi bisa juga karena
faktor trauma saat hubungan seksual pada kehamilan ganda dapat menybabkan
ketuban pecah dini karena uterus meregang berlebihan yang disebabkan oleh
besarnya janin, 2 plasenta dan jumlah air ketuban yang lebih banyak (eksorn, 2003)
Tanda dan gejala KPD
Menurut sujiatini muflida dan hidayat (2009) tanda yang terjadi pada KPD adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Menurut Kasdu (2005) ketuban
yang pecah ditandai dengan adanya air yang mengalir dari vagina yang tidak bisa
dibendung lagi.
Untuk membedakan antara air ketuban dan air seni dapat diketahiu dari bentuk
warnanya, biasanya air seni berwarna kekuning kuningan dan bening sedangkan air
ketuban keruh dan bercampur dengan lanugo ( rambut halus daari janin) dan
mengandung verniks kaseosa (lemak pada kulit janin). Menurut Kasdu (2005) jika
kebocoran ketuban tidak disadari oleh ibu maka sedikit demi sedikit air ketuban akan
habis dan jika ketuban habis maka akan menimbulkan rasa sakit ketika janin bergerak
karena janin langsung berhubungan dengan uterus.
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk mendeteksi KPD adalah tes
lakmus/nitrazin (jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya
air ketuban). Selain dengan kertas lakmus dapat dilakukan dengan pemeriksaan
(USG). Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri.
Komplikasi ketuban pecah dini
a. Komplikasi pada janin
Menurut Sujiatiny, Muflidah dan Hidayat (2009) komplikasi yang sering
terjadi pada janin karena KPD adalah sindrom distres pernapasan dan
prematuritas. Sindrom distres pernapasan terjadi karena pada ibu dengan KPD
mengalami oligohidromnion. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Nugroho (
2010) yang berpendapat bahwa komplikasi yang sering terjadi pada janin
terutama sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distres
pernapasan. Selain sindrom distres pernapasan komplikasi pada janin juga
dapat terjadi prolap tali pusat dan kecatatan terutama pada KPD preterm.
b. Komplikasi pada ibu Achadi (2004) komplikasi yang sering terjadi pada ibu
karena KPD yang pertama adalah infeksi sampai dengan sepsis.
MenurutCaughey, Julian, Robinson dan Errol (2008). Membran janin
berfungsi sebagai penghalanng untuk menghalangi merambatnya infeksi.
Setelah ketuban pecah, baik ibu dan janin beresiko infeksi hal ini terjadi
karena setelah ketuban pecah maka akan ada jalan masuk mikroorganisme
dari luar uterus apalagi jika sering dilakukan pemeriksaan dalam. Komplikasi
yang kedua adalah peritonitis khususnya jika dilakukan pembedahan dan
komplikasi yang ketiga adalah ruptur uteri kerena air ketuban habis sehingga
tidak ada pelindung antara janin dan uterus jika ada kontraksi sehingga uterus
mudah mengalami kerusakan (Achadiyat 2004).Sedangkan penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah karena kondisi masyarakat, seperti pendidilkan,
sosial ekonomi dan budaya (Dinkes Jateng, 2009).
Adapun penanganan yang dilakukan pada ibu yang mengalami ketuban
pecah dini yaitu:
Penilaian dan intervensi selama kala I memantau tekanan darah tiap 4 jam
fase laten dan fase aktif, suhu tiap 4 jam pada fase laten tiap 2 jam pada fase
aktif, nadi tiap 30-6- menit pada fase laten dan fase aktif, denyut jantung janin
tiap 1 jam pada fase laten tiap 30 menit pada fase aktif, kontraksi tiap 1 jam
pada fase laten tiap 30 menit pada fase aktif, pembukaan serviks, penurunan
kepala dan warna cairan amnion tiap 4 jam fase laten dan fase aktif.
Pada usia kehamilan > 34 minggu pasang infus cairan RL intravena drip
oksitosin 10 IU diberikan 5 cc dengan kecepatan 8 tetes/menit dinaikan tiap
30 menit diatur 4 tetes/ menit. Jika kontraksi tidak ada maka tetesan infus
drip oksitosin 10 IU 5 cc naikan tetesan samapi maksimal serta diberi
antibiotik (Amoxicillin) dilakukan atas anjuran dari dokter. Jika tidak ada
kemajuan dalam waktu 8-12 jam maka segera rujuk ke fasilitas yang
memadai.

Data yang diperoleh dari RSUD Sukoharjo menunjukkan jumlah


persalinan dengan ketuban pecah dini pada tahun 2010 adalah sebanyak
179 orang, data yang didapat dari Puskesmas Mpunda menunjukkan jumlah
persalinan dengan ketuban pecah dini pada tahun...... Persalinan dengan
ketuban pecah dini biasa dijumpai pada kehamilan multipel, trauma,
hidroamnion, dan gemelli. Masa nifas merupakan hal penting untuk di
perhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
Upaya ini telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru
lahir yang di sertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang
mengancam keselamatan jiwa.
Asuhan keperawatan maternitas yang di berikan seorang perawat
profesional sangat mempengaruhi kualitas pelayanan seperti upaya
pelayanan antenatal, intranatal, post natal. Mengingat kompleksnya
permasalahan kesehatan ini maka perlu sumberdaya manusia yang
professional dan sehingga mampu memberikan tindakan tepat terhadap
permasalahan kesehatan yang ada. Perawat spesialis maternitas dikembangkan
dalam rangka menjawab tuntunan kebutuhan masyarakat saat ini dan tuntunan
perkembangan profesi keperawatan, melalui berbagai perannya sehingga
mampu bekerja sebagai pemberi dan pengelola asuhan keperawatan, pendidik,
peneliti, bimbingan dan konseling, menerima dan melakukan rujukan dalam
mengatasi masalah pasien.
Berdasarkan besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis
tersentuh untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkan lewat karya tulis
ilmiah dengan judul ”Asuhan Persalinan Normal Dengan Ketuban Pecah Dini
Pada Ny. “E” G2P1A0”, Sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab penulis
dalam memberikan kontribusi pemikiran yang berkompeten dengan masalah
tersebut guna mencari solusi terbaik atas permasalahan diatas.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny.” E ”G 2P1AOdengan post partum
spontan dengan ketuban pecah dini menggunakan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan identifikasi data dasar pada Ny.”E” persalinan spontan dengan ketuban
pecah dini
b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Ny.”E”persalinan spontan dengan
ketuban pecah dini
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Ny.”E” persalinan spontan dengan
ketuban pecah dini
d. Melakukan tindakan segera dan kolaborasi guna pemecahan masalah pada
Ny.”E”persalinan spontan dengan ketuban pecah dini
e. Melakukan intervensi/rencana asuhan kebidanan pada Ny.”E” persalinan spontan
dengan ketuban pecah dini
f. Melakukan pelaksanaan asuhan pada Ny.”E”persalinan spontan dengan ketuban
pecah dini
g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada Ny.”E”persalinan spontan dengan
ketuban pecah dini

1.3 Manfaat Penulisan


1. Bagi diri sendiri
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman yang
nyata bagi penulis dan pemberi asuhan kebidan pada ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini.
2. Bagi Profesi
Menjadi motivasi dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini sesuai dengan kewenangan.
3. Bagi Institusi
a. Puskesmas
Untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan berkompeten
terkhususnya pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini sesuai teori yang
diterapkan pada institusi dangan kebijaksanaan.
b. Pendidikan
Sebagai sumber ilmu tambahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
kebidanan dan terkhususnya dalam penanganan pada ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini
4. Bagi ibu
Dapat digunakan sebagai bahan masukkan bagi ibu mengenai asuhan persalinan
normal dengan ketuban pecah dini
5. Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan
pelayanannya asuhan kebidanan persalinan normal dengan ketuban pecah dini.
6. Bagi Penulis
Sebagai sarana pengembangan ilmu yang telah didapatkan di lapangan, dan
menjadi pengalaman yang sangat berharga sehingga dapat menjadi acuan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI MEDIS


1. Persalinan
a. Pengertian
1. Persalinan adalah proses untuk mendorong (ekspulsi) hasil lewat pembukaan
(janin yang viabel, plasenta dalam ketuban) dari dalam uterus lewat vagina
kedunia luar (Farrer, 2003)
2. persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain
( Manuaba, 2007)
3. persalinan adalah proses membuka dan , menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir (Wiknjosastro, 2008)
b. tanda persalinan

Menurut Depkes (2004), ada beberapa tanda persalinan diantaranya adalah


sebagai berikut :
1. Penipisan dan pembukaan serviks
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit)
3. Keluarnya lendi bercampur darah( Show) melalui vagina
Menurut Manuaba (2007), ada beberapa faktor yang penting harus diperhatikan
dalam proses persalinan, yaitu:
a. Power
1. His (kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding rahim
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
b. Pasanger terdiri dari janin dan plasenta
c. Passage terdiri dari jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang

b. Tahap persalinan
Menurut Oxom dan Forte (2010), dalam proses persalinan, ibu
akan melewati empat tahap. Mulai dari kontraksi dan leher rahim yang
terbuka bertahap, hingga proses pengeluaran plasenta atau ari-ari setelah
bayi keluar. Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan
persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan
segala halnya guna menghadapi proses persalinan ini.
Proses persalinan terbagi dalam 4 tahap yaitu:
1. Tahap pertama ( kala 1) kala 1 adalah tahap terlama, berlangsung
12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan
berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim menjadi tipis dan terbuka
karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong
bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin
terdorong kebawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir.
Kala I persalinan ini disebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir
menjadi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap
keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa paling sulit baik bagi ibu. Menjelang
berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna.
Kontraksi akan semakin sering dan semakin kuat.
2. Tahap kedua (Kala II )
Pada kala pengeluaran janin, rasa mules terkoordinir, kuat, cepat
dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.kepala janin turun masuk
ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Ibu
akan merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu mengedan, kepala janin mulai kelihatan,
vulva (bagian luar vagina) dan perinium (daerah antara anus-
vagina) meregang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah
jkepala diikuti oleh seluruh badan janin. Ibu akan merasakan
tekanan yang kuat di daerah perinium. Daerah perinium bersifat
elastis, tapi bila dokter/ bidan memperkirakan perlu dilakukan
pengguntingan di daerah perinium (episiotomi). Maka tindakan ini
akan dilakukan dengan tujuan untuk mencegah perobekan paksa
daerah perinium akibat tekanan bayi.
3. Tahap ketiga (kala III)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya selaput ketuban. Pada kala III persalinan,
otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya
ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah bayinnya lahir.
Penyusutan ukuran rongga perut uterus ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat implementasi plasenta, maka plasenta
aan menekuk, menebal, kemudian dilepaskan dari dinding uterus.
Setelah lepas plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau
bagian atas vagina.
Waktu yang paling kritis untuk mencegah perdarahan post
partum adalah ketika plasenta lahir dan segera setelah lahir.
Kontraksi pada otot uterus merupakan mekanisme fisiologi yang
menghentikan perdarahan. Manajemen aktif pada kala III
persalinan mempercepat kelahiran plasenta dan dapat mencegah
dan mengurangi perdarahan post partum. Adapun langkah,
manajemen aktif kala III diantaranya pemberian suntikan oksitosin,
melakukan penegangan tali pusat terkendali, rangsangan tektil
(pemijatan) fundus uteri (massase).
4. Tahap ke empat ( kala IV)
Kala IV dimulai dari pengeluaran plasenta dan berakhir 2
jam setelah itu kala IV disebut juga dengan masa post partum.
Merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu,
terutama kematian disebabkan perdarahan selama kala IV, petugas
aharus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah
kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam ke 2 setelah
persalinan.
3. Ketuban pecah dini
a. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum melahirkan/
sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm (fase laten) hal ini dapat terjadi
pada kehamilan manapun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
merupakan komplikasi yang terjadi pada kehamilan yang kurang bulan
dan mempunyai kontribusi pada kematian yang besar pada angka
kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada
kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya prematuritas dan respiration distres
syndrome (RDS) (Nugroho, 2010)
b. Etiologi
Menurut Nugroho 2010, penyebab ketuban pecah dini masih belum
diketahui secara pasti, babarapa lapaoran menyebutkan laporan yang
berhubungan dengan KPD, namun faktor mana yang lebih sulit
diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD.
2. Serviks yang inkompensial, kanalis servikalis yang selalu terbuka
oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan,
curatage).
3. Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma hidropmnion,
gemelli
4. Trauma yang didapat misalnya berhubungan seksual, pemeriksaan
dalam maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD
biasanya disertai infeksi.
5. Kelainan letak misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi PAP yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membra bagian bawah.
Menurut Nugroho (2010) beberapa resiko dari ketuban pecah dini
adalah:
1. Inkompetensi serviks(leher rahim)
2. Polihidromnion (cairan ketuban berlebihan)
3. Riwayat KPD sebelumnya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5. Kehamilan kembar
6. Trauma
7. Serviks (leher rahim) yang pendek (< 25 mm)
pada usia kehamilan 23 minggu
8. Infeksi pada kehamilan seperti
bakterialvaginosis
c. Tanda dan gejala
Menurut mochtar (2003), tanda dan gegala ketuban pecah dini adalah
sebagai berikut:
1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina.
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti
bau amonio, mungkincairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal”
atau “mengumbat” kebocoran untuk sementara
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri
perut, janin bertambah cepat mmerupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi.
d. Diagnosa
Menegakan diagnosa ketuban pecah dini secara tepat sangat penting.
Karena diagnosa yang positif berarti melakukan intervensi seperti
melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio sesaria yang
sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaiknya diagnosa yang negatif
berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang
akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu
diperlukan diagnosa yang cepat tepat (Manuaba, 2008)
Diagnosa ketuban pecah dini di tegakan dengan cara melakukan
pemeriksaan dalam \, pemeriksaan dengan spekulum, inspeksi dan
anamnesa (Nugroho2010). Diagnosa potensial pada kasus ketuban
pecah dini yaitu dapat mengakibatkan pengeluaran cairan dalam
jumlah besar dan terus menerus (varnei, 2009)
e. Pemeriksaan penunjang
Menurut sarifudin (2006), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada kasus ketuban pecah dini adalah laboratorium
1.) Pemeriksaan laboratorium
a.) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksan warna,
konsentrasi, bau dan pH-nya
b.) Cairan yang keluar dari vagina ini adalah kemungkinan
air ketuban, urin atau sekret vagina
c.)Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5,dengan kertas Nitrazin
tidak berubah warna,tetap kuning.
d.) test Lakmus( test Nitrazin),jika kertas lakmus merah

Anda mungkin juga menyukai