Anda di halaman 1dari 3

Penilaian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan
dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan
zat gizi yang berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas
tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya. Status gizi dapat diketahui dengan pengukuran beberapa
parameter, kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standaar atau rujukan. Peran penilaian
staatus gizi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi
sangat penting karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi. Oleh
karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan pada
masyarakat.
Dalam menentukan status klasifikasi status gizi harus ada baku yang disebut reference. Baku
antropometri yang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS. Berdasarkan Baku Harvard, status gizi dapat
dibagi menjadi 4, yaitu:
a) Gizi lebih atau over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
b) Gizi baik atau well nourished.
c) Gizi kurang atau under weight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein calories malnutrition).
d) Gizi buruk atau severe PCM, termasuk marasmus, marasmik kwasiorkor, dan kwasiorkor.

Secara umum penilaian status gizi dikelompokkan menjadi dua yaitu penilaian status gizi langsung
dan status gizi tidak langsung. Penilaian status gizi langsung dilakukan dalam 4 metode, yaitu:
1. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang terjadi terkait dengan
kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang
terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar
tiroid).
2. Biokimia
Pemeriksaan biokimia atau cara laboratorium digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada
kasus berat, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat
gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia
statis. Cara lain adalah dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur
besarnya konsekuensi fungsional dari suatu zat gizi yang spesifik.
3. Biofisik
Pemeriksaan biofisik adalah salah satu penilaian status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan
dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian
buta senja.
4. Antropometri
Antropometri merupakan alat untuk mengukur dimensi dan komposisi tubuh. Hal ini merupakan salah
satu cara penilaian status gizi yang mengukur ukuran tubuh dan disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi
seseorang. Metode antropometri berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein. Namun,
antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat gizi spesifik. Untuk menilai status gizi
dengan metode antropometri diperlukan 4 variabel yaitu jenis kelamin, umur, berat badan, dan
panjang/tinggi badan. Ada 4 macam indeks yang harus diperhatikan, yaitu:
- Panjang/tinggi badan menurut umur (PB-TB/U)
- Berat badan menurut umur (BB/U)
- Berat badan menurut panjang-tinggi badan (BB/PB-TB)
- Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)
Beberapa contoh ukuran tubuh manusia sebagai parameter antropometri yang sering digunakan untuk
menentukan status gizi misalnya berat badan, tinggi badan, ukuran lingkar kepala, ukuran lingkar dada,
ukuran lingkar lengan atas, dan lainnya. Hasil ukuran antropometri tersebut kemudian durujukkan pada
standar atau rujukan pertumbuhan manusia.

Selanjutnya adalah penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara tidak langsung
dapat dibagi menjadi tiga cara sebagai berikut:
1. Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat dapat berupa data
kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang
dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun
keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi.
2. Statistik vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-data mengenai statistik
kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab
kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan
kekurangan gizi.
3. Faktor ekologis
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena
interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian
berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di
suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi

Sedangkan menurut Gibson, R., menilau status gizi mengelom[okkan menjadi lima metode, yaitu
antropometri, laboratorium, kilnis, survei konsumsi pangan dan faktor ekologi. Antropometri adalah ukuran
tubuh manusia sebagai metode untuk menentukan status gizi. Menilai status gizi dengan metode klinis adalah
menilai status gizi dengan melakukan pemeriksaan pada kondisi individu dengan cara palpasi, auskultasi,
observasi maupun anamnesis. Menilai status gizi dengan cara laboratorium adalah mengukur kandungan zat
gizi dalam jaringan tubuh sebagai akibat dari asupan makanan. Terdapat 2 cara yakni mengukur spesimen
tubuh dengan peralatan kimia dan mengukur fungsi tubuh akibat kekurangan zat gizi. Yang terakhir
mengukur status gizi dengan metode pengukuran konsumsi pangan, yaitu mengukur asupan gizi atau pola
makan dengan yang dapat mengakibatkan status gizi seseorang. Terdapat 2 tujuan yakni mengukur asupan
gizi perhari dan menilai pola makan yang akan berakibat pada status gizi.

Menilai status gizi dapat dilakukan melalui beberapa metode pengukuran tergantung pada jenis
kekurangan gizi. Hasil penilaian status gizi dapat menggambarkan berbagai tingkat kekurangan gizi,
misalnya status gizi yang berhubungan dengan tingkat kesehatan, atau berhubugnan dengan penyakit
tertentu. Melilai persediaan gizi tubuh dapat diukur melalui beberapa metode penilaian sebagai berikut.
a) Asupan zat gizi tidak cukup. Metode yang digunakan adalah survei konsumsi pangan.
b) Penurunan persediaan gizi dalam jaringan. Metode yang digunakan adalah biokimia
c) Penurunnan persediaan gizi dalam cairan tubuh. Metode yang digunakan adalah biokimia.
d) Penurunnan fungsi jaringan. Metode yang digunakan adalah antropometri atau biokimia.
e) Berkurangnya aktivitas enzim yang dipengaruhi zat gizi, terutama protein. Metode yang digunakan adalah
bikomia atau teknik molekuler
f) Perubahan fungsi. Metode yang digunakan adalah kebiasaan atau physiological.
g) Gejala klinik. Metode yang digunakan adalah klinis.
h) Tanda-tanda anatomi. Metode yang digunakan adalah klinis.
.

Referensi:
1. Gibson, R. S. 2005. Principles of nutritional assessment. Oxford university press, USA.
2. Par’I, H.M, S. Wiyono, dan T.P. Harjatmo. 2017. Buku Ajar Gizi Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Ryadi, A.L.S. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbbit Andi.
4. Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, I. 2012. Penilaian Status Gizi Edisi Revisi. Jakarta Penerbit Buku
Kedokt ECG.

Anda mungkin juga menyukai