Anda di halaman 1dari 2

PR LAPSUS

1. Apa saja kelainan yang dapat ditemukan pada pemeriksaan iris mata?
- Mempunyai gambaran kripti normal, terlihat adanya lekukan iris
- Atrofi, berwarna putih dan sukar bergerak bersama pupil. Terdapat pada diebetes mellitus,
lansia, iskemis iris, dan glaukoma.
- Rubeosis akibat radang dalam iris. Terdapat pada penyakit vaskular, oklusi arteri/vena
retina sentral, diabetes mellitus, glaukoma kronik, pasca uveitis.
- Sinekia anterior, menempelnya iris dengan kornea belakang
- Sinekia posterior, menempelnya iris dengan dataran depan lensa. Terdapat pada uveitis.1

2. Pemeriksaan pupil meliputi apa saja?


Pemeriksaan Dasar
Pupil harus tampak simetris, dan masing-masing harus diamati ukuran, bentuk (bulat atau
tidak teratur), dan reaksinya terhadap cahaya dan akomodasi. Kelainan pupil dapat disebabkan
oleh penyakit sataI, radang intra- okular yang menimbulkan spasme sfingter pupil ataupun
perlekatan iris ke lensa (sinekia posterior), sangat meningginya tekanan intraokular yang
menimbulkan atonis sfingter pupil, tindakan bedah sebelumnya, pengaruh obat mata atau obat
sistemik, dan variasi normal yang dengan.1
Untuk menghindari akomodasi, pasien diminta untuk menatap jauh saat berkas cahaya dari
senter diarahkan ke setiap mata. Kondisi pencahayaan ruang periksa yang remang membantu
menonjolkan respons pupil dan paling jelas memperlihatkan pupil yang sangat kecil. Begitu
pula, pupil yang sangat besar mungkin lebih jelas di latar belakang yang lebih terang. Respons
langsung terhadap cahaya dituniukkan dengan konstriksi pupil yang disinari. Reaksi itu dapat
digolongkan sebagai cepat atau lambat (kurang responsif). Respons konsensual yaitu respons
normal berupa konstriksi serentak pupil mata satunya yang tidak disinari.1
Uji Senter Berayun untuk Pupil Marcus Gunn
Ketika sebuah benda bercahaya digerakkan maju-mundur di depan kedua pupil, dapat
dibandingkan reaksi kedua pupil terhadap rangsangan pada masing-masing pupil, yang
harusnya identik. Apabila respons neural terhadap rangsangan di mata kiri mengalami
gangguan, respons pupllkedua mata akan menurun saat mata kiri dirangsang dibandingkan
saat mata kanan yang dirangsang. Saat cahaya digerakkan dari mata kanan ke mata kiri, kedua
pupil normalnya akan berdilatasi dengan beralihnya cahaya dari mata kanan dan tidak akan
berkonstriksi atau membesar secara paradoks ketika mata kiri disinari (karena respons
langsung mata kiri dan respons konsensual mata kanan berkurang dibandingkan dengan
respons konsensual mata kiri dan respons langsung mata kanan akibat rangsangan pada mata
kanan). Ketika cahaya kembali berpindah ke mata kanan, kedua pupil akan mulai berdilatasi
dengan menjauhnya cahaya dari mata kiri kemudian secara normal berkonstriksi
ketika,cahaya menyinari mata kanan. Fenomena ini disebut defek pupil'afereh relatif (RAPD).
Fenomena ini biasanya merupakan tanda penyakit nervus opticus, tetapi bisajuga terjadi pada
penyakit retina. Perlu dicatat, kondisi ini tidak terjadi pada kekeruhan media mata, seperti
penyakit komea, katarak, dan perdarahan vitreus. Karena kedua pupil berukuran normal dan
reaksinya bisa tampak normal saat dirangsang secara terpisah, uji senter berayun (szoinging
penlight fesf) mungkin merupakan satu-satunya cara untuk memperlihatkan defek pupil
relatif. Selain itu, karena kedua pupil bereaksi secara identik, deteksi defek pupil aferen relatif
memerlukan inspeksi pada satu pupil saja dan tetap dapat dilakukan bila salah satu pupil rusak
strukturnya atau sulit diamati,seperti pada kornea yang sangat keruh.1

REFERENSI
1. Ilyas, S. dan S.R. Yulianti. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai