Oleh:
Ahmad Hasby A. 182011101041
Ferdian Nugroho 182011101006
Sheillavi Fauziah A.S. 142011101044
Pembimbing:
Dr. Komang Yunita Wiryaning Putri, Sp.S
2
3
PEMERIKSAAN FISIK
UMUM
4
Melakukan Pemeriksaan
5 Secara Sistematik
7
Melakukan Pemeriksaan
8 Status Mental
▹ Kesadaran (GCS)
▹ Bicara
▹ Bahasa dan Fungsi Luhur lain
9
Kesadaran (GCS)
Pemeriksaan Fungsi Luhur
10
▹ Afasia: kesulitan memahami dan/atau memproduksi
bahasa yang disebabkan oleh gangguan pada hemisfer otak
▹ Aleksia: tidak dapat membaca
▹ Agraphia: tidak dapat menulis
▹ Akalkulia: tidak dapat melakukan perhitungan aritamika
sederhana
▹ Right left disorientation: kebingungan antara sisi kiri dan
kanan
▹ Finger agnosia: tidak dapat mengenali dengan baik jari-
jarinya sendiri atau jari pemeriksa.
Bicara
15
Kaku Kuduk
16
Cara:
▹ Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien
yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi)
dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama
penekukan diperhatikan adanya tahanan.
▹ Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu
tidak dapat mencapai dada.
Brudzinski I
(Brudzinski’s neck sign)
17
▹ Tangan ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring. Kita
tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang
satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya
badan.
▹ Brudzinski I (+): flexi kedua tungkai
Brudzinski II
(Brudzinski’s contralateral leg sign)
18
- Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai difleksikan pada
persendian panggul, sedangkan tungkai yang satu lagi berada dalam
keadaan ekstensi (lurus).
- Brudzinski II (+) bila tungkai yang satu ikut flexi
Brudzinski III
(Tanda pipi)
19
CARA: penekanan pd pipi kedua sisi tepat dibawah os
zygomatikus + gerakan fleksi reflektorik pd kedua siku dan
gerakan reflektorik sejenak dari kedua lengan
Brudzinski IV
(Tanda symphisis pubis)
CARA: penekanan pada symphisis pubis + timbulnya gerakan
fleksi reflektorik pada kedua tungkai pada sendi lutut dan
panggul
Tanda Kernig
Cara:
20
▹ Pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian
panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut135
derajat antara tungkai bawah dan tungkai. Atas.
▹ kernig sign (+) terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum mencapai
sudut 135º
Kernig (+) menandakan:
Terjadi kelainan rangsang
selaput otak, dan iritasi akar
lumbosakral atau pleksusnya.
Pada meningitis biasanya positif
bilateral, sedangkan pada HNP-
Lumbal dapat unilateral.
Laseque Test
Pasien yang sedang berbaring, ekstensikan kedua tungkai, kemudian satu
21 tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi) pada persendian panggul.
Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan ekstensi.
N : dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan
pada orang tua hanya 60 derajat
(+) :bila timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai sudut 70 derajat
22
N. OLFAKTORI (I)
23 Syarat :
a. Jalan nafas bebas, atrofi (-), GCS 4-5-6
b. Bahan yg digunakan dikenal penderita, tidak iritatif (mis: amoniak, cuka)
dapat merangsang n.V, menimbulkan sekresi kelenjar hidung buntu
gangguannya pemeriksaan
c. Bahan tidak menimbulkan sensasi dingin (mis:mentol, alkohol) bisa
salah persepsi
d. Bahan : tembakau, kopi, vanili, teh, jeruk, sabun
Cara :
▹ Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat,
24 misal, sekret atau polip.
▹ Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh membau.
▹ Tiap lubang hidung diperiksa satu per satu dengan jalan menutup lubang
hidung yang lainnya dengan tangan dan kedua mata tertutup.
Terminologi:
• Normosmia
• Hiposmia
• Hiperosmia (misal: hiperemesis
gravidarum, migrem)
• Parosmia
• Kakosmia
• Halusinasi penciuman (epilepsi parsial
komplek)
N. OPTIKUS (II)
25 ▹ PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
penglihatan jauh kartu snellen, bila tidak bisa dilakukan hitung jari,
lambaian tangan, cahaya lampu
penglihatan dekat rosenbaum pocked eye chart
▹ PEMERIKSAAN WARNA
test ishihara atau benang wol berwarna
TES KONFRONTASI:
cara : penderita duduk dalam posisi berhadapan dengan pemeriksa pada jarak
26 1 meter, masing-masing mata diperiksa bergantian. Mata yang tidak
diperiksa ditutup oleh tangan penderita. Saat pemeriksaan, mata penderita
difiksasi dengan menyuruh melihat ke arah hidung pemeriksa, baru pemeriksa
memeriksa secara cermat masing-masing kuadran dengan menggunakan ujung
tangan/ballpoint.
apabila medan penglihatan pasien normal (N: superior 60°, inferior 75°,
temporal 100°, nasal 60°)
27 PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI:
▹ Evaluasi papil, pembuluh darah, dan retina
▹ Cara: mata yang tidak diperiksa ditutup, kemudian pasien
diminta melihat jauh ke depan. Tangan kiri pemeriksa
melakukan fiksasi dahi, ophtalmoskop dipegang tangan kanan
kemudian dilakukan penyinaran 15º dari nasal
N. OKULOMOTORIUS, TROKLEARIS, & ABDUSENS (III,IV,VI)
28 ▹ Pemeriksaan kedudukan bola mata saat diam
bola mata di tengah atau bergeser ke lateral
▹ Pemeriksaan exophtalmos
bandingkan kedua bola mata dari samping
▹ Pemeriksaan pupil
bentuk, lebar, & perbedaan lebar
reaksi cahaya langsung dan konsensuil
reaksi akomodasi dan konvergensi
N. TRIGEMINUS (V)
31 1. SENSORIK
▸ Distribusi perifer N V1,V2,V3
▸ Distribusi segmental biasanya siringobulbi dan terdapat
disosiasi sensibilitas (nyeri, suhu, dan raba)
Cabang sensorik I : di daerah dahi
Cabang sensorik II : di daerah pipi
Cabang sensorik III : di daerah rahang bawah
2. MOTORIK
▹ Merapatkan gigi raba m.masseter & m.temporalis & bandingkan kiri-
32 kanan
▹ Membuka mulut (m.pterygoideus externus) parese : rahang akan deviasi
ke sisi otot yg lesi
▹ Menggerakkan rahang dari sisi ke sisi melawan tahanan parese n.V satu
sisi, px dapat menggerakkan rahang ke sisi yg parese tapi tdk bisa ke sisi
sehat.
▹ Menonjolkan rahang & menariknya deviasi ke sisi yg parese
▹ Menggigit tongue spatel kayu dgn gigi geraham (m.masseter
&m.temporalis) membandingkan kedalaman bekas gigitan kiri/kanan.
3. Reflex sensorik
i. Reflex masseter/jaw reflex/mandibular reflex
33 ▸ Pemeriksa meletakkan jempol/telunjuk di tengah dagu px, memegang
mulut yg terbuka dgn rahang relax, lalu memukul jempol dgn hammer
▸ respon: menutup rahang dgn cepat. Metode lain dgn memukul dagu
langsung atau dgn meletakkan tongue spatel di atas lidah/di bawah
incicivus, lalu memukul ujungnya.
▸ Normal: reflex minimal/tdk ada.
ii. Reflek kornea:
▹ Langsung
34
Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Pasien
diminta menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah
satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi
kontralateral kornea dengan kapas. Respon normal berupa kedipan mata
secara cepat.
▹ Konsensuil
Serupa dengan diatas, normalnya terdapat reflek berkedip serupa pada
mata kontralateral.
iii. Head retraction reflex
▸ Mencondongkan kepala sedikit ke depan, kmd melakukan pengetukan
35 pd bibir atas dibawah hidung. Jika reflex positif responnya dgn cepat
kepala scr involunter ke belakang.
▸ Normal : reflex negative
N. FASIALIS (VII)
36 1. MOTORIK
- DIAM : bandingkan apakah ada asimetri pada lipatan dahi, sudut mata,
lipatan nasolabial, dan sudut mulut.
- BERGERAK : bandingkan asimetri saat mengerutkan dahi, tersenyum,
dll
▹ 2. SENSORIK
▹ i. Lakrimasi (tear) schirmer’s test
37 - Tujuan : fx n. petrosus superficialis mayor (parasimpatis -- nucleus
salivatory sup).
- Cara : Menggunakan lakmus warna merah ukuran 5 x 50 mm. Salah satu
ujung kertas dilipat & diselipkan pd conjunctival sac di cantus medial kiri
& kanan, kemudian dibiarkan selama 5 menit dgn mata terpejam.
- Kondisi N : lakmus berubah menjadi biru, sepanjang 20-30 mm.
Jika perembesan < 20 mm atau tidak ada sama sekali produksi air mata
ii. Pengecapan 2/3 anterior lidah (taste)
PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Vertigo hallpike manuver
Tinitus keluhan telinga berdengung
Tes kalori rangsang dingin dg suhu 30 derajat sedangkan untuk rangsang
hangat dengan suhu 42 derajat
N. GLOSSOPHARINGEUS & N. VAGUS (IX & X)
40 Terdiri dari:
- Inspeksi oropharing dalam keadaan istirahat
Dilihat keadaan uvula dan arcus faring simetris atau tidak
- Inspeksi oropharing saat berfonasi
Dilihat kedudukan uvula dan arcus faring simetris atau tidak, saat pasien
diminta mengucapkan ‘aaa’;
- Refleks:
refleks muntah/batuk
- menekan dinding belakang faring.
refleks oculo-cardiac (tidak boleh dilakukan lagi)
menekan bola mata responnya dengan bradicardia, tapi perlambatan tidak
lebih dari 5-8/menit
▸ Refleks carotico-cardiac (tidak boleh dilakukan lagi)
41 Penekanan atau masase pada sinus caroticus. Pada kondisi normal, tidak
menyebabkan perubahan fungsi otonom, tapi pada individu rentan
biasanya pada atherosclerosis atau hipertensi menyebabkan
perlambatan heart rate, turunnya tekanan darah, turunnya cardiac output
dan vasodilatasi perifer. Pada kondisi patologis, menimbulkan vertigo,
pucat, hilangnya kesadaran (Carotid Sinus Syncope) & kadang-kadang
kejang. Oleh karenanya pada dugaan hiperaktivitas refleks ini atau
adanya stenosis a. carotis maka tekanan sinus atau arteri dilakukan
dengan hati-hati dan hanya satu sisi saja.
▸ Sensorik khusus : pengecapan 1/3 belakang lidah
▸ Suara serak/parau : gangguan murni di N.X
▸ Menelan
▸ Detak jantung dan bising usus
N. ACCESORIUS (XI)
42 Pemeriksaan kekuatan m.trapezius
Pasien diminta mengangkat bahu & tangan pemeriksa menahannya
Pemeriksaan kekuatan m.sternokleidomastoideus
Pasien diminta memalingkan kepala ke arah kanan utk memeriksa
sternokledomastoideus kiri dg tangan pemeriksa menahannya demikian
sebaliknya
N. HIPOGLOSUS (XII)
43
Pemeriksaan otot lidah dalam keadaan:
a. Otot lidah diam → dengan membuka mulut
ada parese/paralise sisi sakit lidah akan deviasi ke sisi sehat
karena pada lidah yg parese/paralise tonusnya menurun atau hilang
44
Inspeksi, Palpasi, Gerak Involunter, Sikap, dan Cara Berjalan
45 Inspeksi : Sikap, bentuk, ukuran dan gerakan abnormal
• Sikap: Saat berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan berjalan
Pasien dengan gangguan cerebellum misalnya, berdiri dengan muka
membelok ke arah kontralateral terhadap lesi, bahu sisi lesi agak lebih
rendah, dan badannya miring ke sisi lesi. Penderita parkinson disease
berdiri dengan kepala dan leher dibungkukkan ke depan, lengan dan
tungkai berada dalam posisi fleksi.
• Bentuk: Deformitas
• Ukuran: Panjang bagian tubuh kanan dan kiri, kontur otot
(atrofi/hipertrofi)
• Gerakan Abnormal: tremor, khorea, distonia, balismus, spasme, tik,
fasikulasi, miokloni
Tonus Otot
46 Dilakukan pada:
ekstremitas atas: otot bicep/ tricep
ekstremitas bawah: otot kuadriseps/hamstring
Interpretasi pemeriksaan tonus berupa: normal, hipotoni, hipertoni
Hipotoni:
Palpasi: kendor, anggota gerak dapat digoyangkan dengan
leluasa, tidak ada tahanan otot
Refleks tendon menurun/absen dapat ditemukan pada:
poliomyelitis anterior akuta, siringomyelia, lesi saraf perifer,
kelainan serebelum
Tonus Otot
47 Hipertoni:
⬩ Spastik
CLASP-KNIFE: tahanan dirasakan pada awal gerakan (lesi UMN)
LEAD-PIPE: tahanan terus menerus sepanjang gerakan (lesi
extrapyramidal)
⬩ Rigid
COG-WHEEL: tahanan dirasakan seperti roda bergerigi (lesi
extrapyramidal)
Kekuatan Otot
48 +5 dapat melawan tahanan kita (normal)
57
1. RASA RABA, NYERI, SUHU
58 Raba
▹ Menggunakan kapas, kertas, ujung kain
▹ Periksa seluruh tubuh, bandingkan kanan-kiri
▹ Thigmanestesia: rasa raba halus menghilang
Nyeri
▹ Menggunakan jarum bundle yang dipegang seperti memegang pensil
▹ Nyeri tusuk (menusuk jarum). Nyeri tumpul (memukul benda tumpul)
▹ Sebelumnya beri tahu pasien yang diperiksa nyeri bukan raba. Bandingkan
kanan-kiri.
Suhu
▹ Menggunakan tabung reaksi diisi air 40-45º, dingin 10-15º
▹ Mulai dari daerah yang mengalami gangguan sensibilitas
2. RASA PROPRIOSEPTIK
59 ▹ Pemeriksaan getar : garputala 128 Hz, pada malleolus, caput fibularis
atau krista iliaca superior anterior
▹ Pemeriksaan gerak : memegang sisi lateral jari pasien →digerakkan ke
atas/bawah (pasien harus menutup mata)
▹ Pemeriksaan tekan: menekan sternum, betis, dll.
3. RASA KOMBINASI
60 Syarat: GCS 456, Proprioseptik dan protopatik normal, benda diketahui pasien.
▹ Stereognosis. Diberikan beberapa benda, tanyakan benda apa itu.
▹ Barogronosis. Membandingkan berat. Ex: besi dan karet
▹ Grapastesis. Tutup mata, goreskan di telapak tangan. Misal angka 3
▹ Two Point Tacti Determination. Penusukan di 2 tempat pada saat yang
sama.
▹ Sensory Extinction. Kedua bagian tubuh simetris diberi rangsang nyeri,
pasien disuruh membedakan mana yang lebih nyeri. Kalau hanya 1 tubuh
saja sensory extinction (+)
▹ Loss of Body Image. Menanyakan pada pasien “telinga ada berapa?”. Jika
dijawab hanya ada 1 neglect (pengabaian)
Pemeriksaan Sistem
Reflek
61
REFLEK FISIOLOGIS
1. Reflek superficial (cutaneus)
62 Refleks dinding abdomen:
⬞ Goresan dinding perut dengan jarum bundle dari lateral ke
medial (ke arah umbilicus).
⬞ Respon : kontraksi rectus abdominis gerak umbilicus ke
arah rangsang
Refleks cremaster:
⬞ Goresan/pemijatan dengan jarum pada sisi medial paha
dari atas ke bawah
⬞ Respon positif: kontraksi (elevasi/terangkatnya) testis sisi
ipsilateral
⬞ Respon negative: hidrocel, orchitis
Refleks gluteal:
⬞ Goresan jarum daerah gluteus
⬞ Respon: kontraksi m. gluteus
Reflek Plantar :
63 - Goresan pada plantar kaki
- Respon : Plantar flexi jempol dan jari kaki
Refleks anal superficial/anal wink :
▸ Goresan pada kulit atau membran mukosa perianal
▸ Respon: kontraksi sphincter externa
▸ Negatif: lesi pada cauda equina dan conus medularis
Refleks Bulbocavernosus
▸ Goresan pada glans penis atau clitoris
▸ Respon: Kontraksi Sphincter Externa
▸ Negatif: lesi pada cauda equina, lower sacral roots dan conus
medularis
2. Reflek Deep Tendon
Respon:
64 0 : tidak ada gerakan sendi dan kontraksi
+1 : hanya kontraksi saja
+2 : selain kontraksi, ada gerakan sendi
+3 : respon ~ +2 tapi lebih kuat kontraksinya dan ada perluasan
+4 : sama dengan +3 ditambah dengan adanya klonus
▹ Reflek Biceps
65
▹ Reflek Triceps
▹ Reflek Patella
66
▹ Reflek Achiles
REFLEK PATOLOGIS
70
KESEIMBANGAN
71 ▹ Tandem Walking
→ berjalan lurus ke depan dengan satu kaki ditempatkan di depan jari-jari
kaki lainnya
▹ Berjalan memutari kursi atau meja
▹ Berjalan maju mundur
▹ Romberg test: Pasien berdiri tegak dengan kedua tumit bertemu.
Pertama dengan mata terbuka lalu dengan menutup mata selama 20
detik.
o Lesi cerebelar: waktu membuka dan menutup mata pasien kesulitan
berdiri tegak dan cenderung berdiri dengan kaki yang dibuka lebar.
o Gangguan proprioseptif: begitu menutup mata pasien kesulitan
mempertahankan diri dan jatuh
KOORDINASI
73
Pemeriksaan Kolumna
Vertebralis
74