Anda di halaman 1dari 92

Buku Ajar 2015

Penilaian Status Gizi

Buku Ajar
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
2015
Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Kata Pengantar
Buku ini ini disusun untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa di
dalam memahami konsep Penilaian Status Gizi (PSG) serta mempu menganalis
masalah gizi di masyarakat melalui penggunaan PSG. Kurikulum materi yang
dikembangkan atau yang diberikan kepada mahasiswa meliputi konsep metode
penilaian status gizi dalam mengidentifikasi, mengukur, dan menganalisis status
gizi individu, kelompok dan masyarakat; metode dan praktek antropometri,
metode biokimia, metode klinis dan metode diatary assessment; penggunaan
berbagai software dalam menganalisis data serta interprestasinya; serta
identifikasi kelemahan dan keuntungan masing-masing metode yang
dipergunakan. Buku ini dibuat sebagai pedoman mahasiswa dalam mengikuti
semua kegiatan pembelajaran dari mata kuliah ini. Pada akhir kata kami ucapkan
semoga buku ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Denpasar, September 2015

Penyusun

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Page i


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Pengantar Penilaian Status Gizi

Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan definisi dan manfaat penilaian status gizi
2. Menjelaskan perbedaan sistem penilaian status gizi dan karakteristiknya
3. Menjelaskan metode penilaian status gizi

Sebelum membicarakan lebih mendalam tentang penilaian status gizi, ada


baiknya terlebih dahulu memahami istilah yang berhubungan dengan status gizi.

Gizi (Nutrition)
Gizi adalah proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi.

Keadaan Gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh : gondok
endemic merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran
yodium dalam tubuh.

Malnutrisi
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun
absolute satu atau lebih zat gizi.
Ada empat bentuk malnutrisi :
1. Under nutrition adalah kekurangan konsumsi pangan secara relative atau
absolute untuk periode tertentu.
2. Specific deficiency adalah kekurangan zat gizi tertentu, misalnya
kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 1


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

3. Over nutrition adalah kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu


4. Imbalance karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena
tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density
Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).

Kurang Energi protein (KEP)


KEP adalah suatu kondisi dimana seseorang kekurangan energi dan protein
dalam makanan sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu. Seorang anak
disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan
menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi
dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada Balita. Pada umumnya
penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah.

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA LANGSUNG


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
: Antropometri, Klinis, Biokimia, dan Biofisik. Masing-masing penilaian tersebut
akan dibahas secara umum sebagai berikut:

ANTROPOMETRI
1. Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2. Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
jumlah air dalam tubuh.

KLINIS
1. Pengertian

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 2


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai


status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues).
1. Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara tepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Disamping itu pula digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
sesorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign), dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

BIOKIMIA
1. Pengertian
Pemeriksaan status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen
yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine,
tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
2. Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang
kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
BIOFISIK
1. Pengertian
Penentuan status gizi dengan metode biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khusunya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dan jaringan.
2. Penggunaan
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta
senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 3


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga, yaitu survey
konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi.

SURVEI KONSUMSI MAKANAN


1. Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2. Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan
zat gizi.

STATISTIK VITAL
1. Pengertian
Pengukuran status gizi dengan metode statistic vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
2. Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.

FAKTOR EKOLOGI
1. Pengertian
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
factor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dan lain-lain.
2. Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dianggap sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 4


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMILIH METODE


PENILAIAN STATUS GIZI
Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status gizi
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dengan menyadari
kelebihan dan kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis
suatu penyakit perlu dipergunakan bebrapa metode.
Beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode,
seperti tujuan ingin melihat fisik seseorang makan metode yang
digunakan adalah antropometri sedangkan ingin melihat status vitamin
dalam tubuh sebaiknya menggunakan metode biokimia.
2. Unit sampel yang akan diukur
3. Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengaruhi
penggunaan metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan
diukur meliputi individual, rumah tangga/keluarga atau kelompok rawan
gizi. Apabila unit sampel yang akan diukur adalah kelompok atau
masyarakat yang rawan gizi secara keseluruhan maka sebaiknya
menggunakan metode antropometri karena metode ini murah dan dari
segi ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
4. Jenis informasi yang dibutuhkan
Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis
informasi yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain intake makanan,
berat dna tinggi badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi.
Apabila menginginkan informasi tentang intake makanan, maka metode
yang digunakan adalah survey konsumsi. Di lain pihak apabila ingin
mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yang digunakan adalah
biokimia.
5. Tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan
Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reliabilitas
dan akurabilitas yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis
dalam menilai tingkatan pembesaran kelenjar gondok adalah sangat

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 5


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

subyektif sekali. Penilaian ini membutuhkan tenaga medis dan paramedic


yang sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam
bidang ini. Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai
reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi.
6. Tersedianya fasilitas dan peralatan
Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian
status gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang
sangat sulit diperoleh. Pad umumnya fasilitas dan peralatan yang
dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara antropometri relative lebih
mudah didapat dibandingkan dengan biokimia

Referensi
Rosalind, Gibson. 1990. Principles of Nutritional Assessment. Oxford
University Press, New York. 155-260

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 6


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Metode Antropometri

Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan prinsip, penggunaan, manfaat dan kelemahan penilaian status
gizi secara antropometri
2. Melakukan analisis dan evaluasi data antropometri

DASAR TEORI
Pengertian antropometri dari sudut pandang gizi telah banyak diungkapkan oleh
para ahli, salah satunya adalah Jelliffe (1996) mengungkapkan bahwa:
“Nutritional anthtropometry is measurement of the variations of the physical
dimensions and the gross composition of the human body at different age levels and
degree of nutrition”.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara
asupan protein dan energi. Gangguan biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Berbagai
jenis ukuran tubuh dalam antropometri antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas dan tebbal lemak
di bawah kulit.

Adapun syarat-syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:


1. Alatnya mudah didapat dan digunakan.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan oleh tenaga khusus profesional, tetapi juga
oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-
bahan lainnya.
5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off points)
dan baku rujukan yang sudah pasti.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 7
Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

6. Secara ilimiah diakui kebenarannya. Hmpir semua negara menggunakan


antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya
penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan antropometri diakui
kebenarannya secara ilmiah.

Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas, maka di bawah ini merupakan


keunggulan antropometri gizi, yaitu:
1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar.
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang
sudah dilatih dalam waktu singkat.
3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat.
4. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
6. Umumnya dapat mengidentifikaasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk
karena sudah ada ambang batas yang jelas.
7. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode
tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
8. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang
rawan terhadap gizi.

Namun disamping keunggulan tersebut, penentuan status gizi secara


antropometri juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
1. Tidak sensitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu
singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti
Zinc dan Fe (zat besi).
2. Faktor di luar gizi (penyakit, geneik, dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 8


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur


beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara
lain:
a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur
akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi
badan dan berat badan yang akurat, akan menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat.
Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun
umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia
penuh (Completed Month).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk
mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di
bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat
digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat
kelainan klinis seperi dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula
berat badann dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada
tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot menurun.
Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh.
Sedangkan adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya
terjadi pada orang kekurangan gizi.
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu, tinggi
badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan berat
badan terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan.
Pengukuran tinggi badan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut Microtoice yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
d. Lingkar Lengan Atas

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 9


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit
diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks
status gizi, antara lain:
· Baku lingkar lengan atas yang dugunakan sekarang belum mendapat pengujian
yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil
penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup
berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur atau
berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain.
· Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas
antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini
berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan
tinggi badan.
· Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi
kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya
dengan berat badan.
Alat ukur yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat
dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.
e. Lingkar Pinggang dan Pinggul
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih
dan posisi pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi penguuran akan memberikan
hasil yang berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkar
pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki-laki.
f. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar
(hidrosefalus) dan kepala kecil (mikrosefalus).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
Ukuran otak meningkat secara cepat pada tahun pertama, akan tetapi besar
lingkaran kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 10


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai
dengan keadaan gizi.
Dallam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dalam
menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi
tambahan dalam pengukuran umur.
g. Lingkar Dada
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun,
karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur
ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat.
Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan lingkar dada adalah
kurang dari 1. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan
atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai
indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.
h. Tebal Lemak di Bawah Kulit
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit(skinfold)
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian lengan atas
(biceps dan triceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah
garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), paha (suuprailiaca),
tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medial calf).

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Timbangan Seca (mengukur berat badan)
2. Microtoice (mengukur tinggi badan)
3. Alat ukur tinggi lutut
4. Pita LILA
5. Pita Lingkar Pinggang
6. Skinfold Caliper

D. PROSEDUR PENGUKURAN
a. Berat Badan
1. Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal)
serta tidak mengenakan alas kaki.
2. Pastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 11


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

3. Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua
kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan. Usahakan tetap tenang.
4. Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat.

b. Tinggi Badan
1. Subjek tidak mengenakan alas kaki, lalu posisikan subjek tepat di bawah
Microtoice.
2. Kaki rapat, lutut lurus, sedangkan tumit, pantat dan bahu menyentuh dinding
vertikal.
3. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh dinding
vertikal. Tangan dilepas ke samping badan dengan telapak tangan menghadap paha.
4. Mintalah subjek untuk menarik napas panjang dan berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang. Usahakan bahu
tetap santai.
5. Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara horisontal.
Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik napas maksimum, dengan mata
pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk menghindari kesalahan
penglihatan.
6. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

c. Tinggi Lutut
1. Objek duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk sudut
o
90 proximal hingga patella. Gunakan mistar siku-siku untuk menentukan sudut yang
dibentuk.
2. Letakkan alat ukur dengan dasar (titik 0) pada titik tengah lutut dan tarik hingga
telapak kaki.
3. Baca alat ukur hingga 0,1 cm terdekat.

d. LILA
1. Subjek diminta untuk berdiri tegak.
2. Tanyakan kepada subjek lengan mana yang aktif digunakan. Jika yang aktif
digunakan adalah lengan kanan, maka yang diukur adalah lengan kiri, begitupun
sebaliknya.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 12


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

3. Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan yang
tidak aktif digunakan.
4. Untuk menentukan titik mid point lengan ditekuk hingga membentuk sudut 90o,
dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan
menentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu dan siku.
5. Tandailah titik tersebut dengan pulpen.
6. Tangan kemudian tergantung lepas dan siku lurus di samping badan serta
telapak tangan menghadap ke bawah.
7. Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel
pada kulit. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit
dan pita.
8. Catat hasil pengukuran pada skala 0,1 cm terdekat

e. Lingkar Pinggang
1. Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur
dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas
pakaian yag digunakan.
2. Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.
3. Letakkan alat ukur melingkari pinggang secara horisontal, dimana merupakan
bagian terkecil dari tubuh. Bagi subjek yang gemuk, dimana sukar menentukan
bagian paling kecil, maka daerah yang diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan
iliaca. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
4. Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak
menekan kulit.
5. Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

f. Lingkar Panggul
1. Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan.
2. Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada sisi tubuh dan kaki rapat.
3. Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari panggul
terlihat.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 13


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

4. Lingkarkan alat pengukur secara horisontal tanpa menekan kulit. Seorang


pembantu diperlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya.
5. Bacalah dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm tterdekat.

g. Tebal Lipatan Kulit (Triceps dan Subscapular)


1. Pegang Skinfold Caliper dengan tangan kanan.
2. Untuk triceps, pengukuran dilakukan pada titik mid point sedangkan untuk
subscapular, pengukur meraba scapula dan meencarinya ke arah bawah lateral
sepanjang batas vertebrata sampai menentukan sudut bawah scapula.
3. Angkat lipatan kulit pada jarak kurang lebih 1 cm tegak lurus arah kulit pada
pengukuran triceps (ibu jari dan jari telunjuk menghadap ke bawah) atau ke arah
diagonal untuk pengukuran subscapular.
4. Jepit lipatan kulit tersebut dengan Caliper dan baca hasil pengukurannya dalam
4 detik penekanan kulit oleh Caliper dilepas.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengukuran antropometri yang dilakukan pada praktikum ini antara lain
pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh
(IMT), pengukuran lingkar pinggang dan panggul untuk menentukan WHR, tebal
lemak di bawah kulit pada triceps dan subscapular untuk menentukan % lemak tubuh
(%BF), pengukuran LILA, serta pengukuran tinggi lutut. Hasil yang diperoleh dari
semua pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 14


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

BERIKUT ADALAH LATIHAN PSG

Tinggi
BB TB LPi LPa Sub- LILA
No Nama Triceps Lutut
(cm ) (cm) (cm) (cm) scapular (cm)
(cm)
1. Ayu 44,7 148,1 60,3 86,1 25 15 24,1 46,5
2. Sri 39,3 150,5 59,0 83,9 10 9 20,6 48,0
3. Dewi 46,8 150,6 66,7 90,2 29 15 24,3 47,3
4. Putri 51,2 157,9 63,0 92,0 17 11 24,0 48,2
5. Jurniati 52,6 157,2 68,0 90,0 21 23 26,0 55,0
6. Putra 56,9 161,9 64,5 87,5 6 9 25,1 51,5

Penentuan status gizi kemudian dilakukan dengan menggunakan hasil


pengukuran di atas dalam perhitungan rumus untuk IMT, WHR, dan % BF. Hasil
perhitungan untuk masing-masing subjek dijabarkan sebagai berikut:

a. Ayu (Subjek I)
· IMT = BB (kg)/(TB)2 (m)
= 44,7/(1,481)2
= 44,7/2,19
= 20,4
Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:
TB (wanita) = (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0
= (1,91 x 46,5) – (0,17 x 20) + 75,0
= 88,8 – 3,4 + 75,0
= 160,4
Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:
IMT = 44,7
(1,6)2
= 44,7
2,57
= 17,4

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 15


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Anna = 20,4. Jadi berdasarkan
klasifikasi IMT, Subjek I termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan
tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 17,4 sehingga subjek termasuk dalam kategori
kekurangan berat badan tingkat ringan.
· WHR = Lpi / LPa
= 60,3 / 86,1
= 0,70
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Anna = 0,70. Jadi berdasarkan
klasifikasi WHR, Subjek I termasuk dalam kategori risiko low.
% BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100

Db = 1,0897 – 0,00133 (Σ tricep + subscapula)


= 1.0897 – 0,00133 (25 + 15)
= 1,0897 – 0,00133 (40)
= 1,0897 – 0,0532
= 1,0365

% BF = [(4,76 / 1,0365) – 4,28] x 100


= [4,59 – 4,28] x 100
= 31 %
Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 31 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka
subjek I termasuk dalam kategori fat.
Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 24,1 yang berarti subjek termasuk
dalam kategori normal.

b. Sri (Subjek II)


· IMT = BB (kg) / (TB)2 (m)
= 39,3 / (1,505)2
= 39,3 / 2,27
= 17,3
Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:
TB (wanita) = (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0
= (1,91 x 48,0) – (0,17 x 22) + 75,0

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 16


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

= 91,68 – 3,74 + 75,0


= 162,94
Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:
IMT = 39,3 / (1,629)2
= 39,3 / 2,65
= 14,8
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Asbianri = 17,3. Jadi berdasarkan
klasifikasi IMT, Subjek II termasuk dalam kategori kekurangan berat badan tingkat
ringan. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 14,8 sehingga
subjek termasuk dalam kategori kekurangan berat badan tingkat berat.
· WHR = LPi / LPa
= 59 / 83,9
= 0,70
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Asbianri = 0,70. Jadi berdasarkan
klasifikasi WHR, Subjek II termasuk dalam kategori risiko low.
· % BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
Db = 1,0897 – 0,00133 (Σ tricep + subscapula)
= 1.0897 – 0,00133 (10 + 9)
= 1,0897 – 0,00133 (19)
= 1,0897 – 0,0252
= 1,0645
% BF = [(4,76 / 1,0645) – 4,28] x 100
= [4,47 – 4,28] x 100
= 19 %
Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 19 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka
subjek II termasuk dalam kategori optimal.
Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 20,6 yang berarti subjek termasuk
dalam kategori KEK (Kurang Energi Kronik).

c. Dewi (Subjek III)


· IMT = BB (kg) / (TB)2 (m)
= 46,8 / (1,506)2
= 46,8 / 2,27

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 17


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

= 20,6
Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:
TB (wanita) = (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0
= (1,91 x 47,3) – (0,17 x 21) + 75,0
= 90,34 – 3,57 + 75,0
= 161,7
Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:
IMT = 46,8 / (1,617)2
= 46,8 / 2,62
= 17,9
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Haryati = 20,6. Jadi berdasarkan
klasifikasi IMT, Subjek III termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan
tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 17,9 sehingga subjek juga termasuk dalam kategori
normal.
· WHR = LPi / LPa
= 66,7 / 90,2
= 0,74
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Haryati = 0,74. Jadi berdasarkan
klasifikasi WHR, Subjek III termasuk dalam kategori risiko moderate.
· % BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
Db = 1,0897 – 0,00133 (Σ tricep + subscapula)
= 1.0897 – 0,00133 (29 + 15)
= 1,0897 – 0,00133 (44)
= 1,0897 – 0,0582
= 1,0315
% BF = [(4,76 / 1,0315) – 4,28] x 100
= [4,64 – 4,28] x 100
= 36 %
Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 36 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka
subjek III termasuk dalam kategori obesitas.
Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 24,3 yang berarti subjek termasuk
dalam kategori normal.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 18


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

d. Putri (Subjek IV)


· IMT = BB (kg) / (TB)2 (m)
= 51,2 / (1,579)2
= 51,2 / 2,49
= 20,6

Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:
TB (wanita) = (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0
= (1,91 x 48,2) – (0,17 x 20) + 75,0
= 92,06 – 3,4 + 75,0
= 163,7
Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:
IMT = 51,2 / (1,637)2
= 51,2 / 2,68
= 19,1
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Husnul = 20,6. Jadi berdasarkan
klasifikasi IMT, Subjek IV termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan
tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 19,1 sehingga subjek juga termasuk dalam kategori
normal.
· WHR = Lpi / LPa
= 63,0 / 92,0
= 0,68
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Husnul = 0,68. Jadi berdasarkan
klasifikasi WHR, Subjek IV termasuk dalam kategori risiko low.
· % BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
Db = 1,0897 – 0,00133 (Σ tricep + subscapula)
= 1.0897 – 0,00133 (17 + 11)
= 1,0897 – 0,00133 (28)
= 1,0897 – 0,0372
= 1,0525
% BF = [(4,76 / 1,0525) – 4,28] x 100
= [4,52 – 4,28] x 100
= 24 %

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 19


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 24 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka


subjek IV termasuk dalam kategori slighly overfat.
Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 24,0 yang berarti subjek termasuk
dalam kategori normal.

e. Jurniati (Subjek V)
· IMT = BB (kg)/(TB)2 (m)
= 52,6 / (1,572)2
= 52,6 / 2,47
= 21,3
Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:
TB (wanita) = (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0
= (1,91 x 55,0) – (0,17 x 20) + 75,0
= 105,5 – 3,4 + 75,0
= 177,1
Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:
IMT = 55,0 / (1,771)2
= 55,0 / 3,14
= 17,5
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Jurni = 21,3. Jadi berdasarkan
klasifikasi IMT, Subjek termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan
tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 17,5 sehingga subjek termasuk dalam kategori
kekurangan berat badan tingkat ringan.
· WHR = LPi/LPa
= 68,1/90,0
= 0,76
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Jurni = 0,76. Jadi berdasarkan
klasifikasi WHR, Subjek V termasuk dalam kategori risiko moderate.
· % BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
Db = 1,0897 – 0,00133 (Σ triceps + subscapular)
= 1.0897 – 0,00133 (21 + 23)
= 1,0897 – 0,00133 (44)
= 1,0897 – 0,0585

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 20


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

= 1,0312
% BF = [(4,76 / 1,0312) – 4,28] x 100
= [4,62 – 4,28] x 100
= 34 %
Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 34 %. Berdasarkan klasifikasi % BF,
maka subjek V termasuk dalam kategori obesitas.
Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 26,0 yang berarti subjek
termasuk dalam kategori normal.

f. Putra (Subjek VI)


· IMT = BB (kg)/(TB)2 (m)
= 56,9/(1,619)2
= 56,9/2,62
= 21,7
Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:
TB (Laki-laki) = (2,08 x TL) + 59,01
= (2,08 x 51,5) + 59,01
= 107,1 + 59,01
= 166,1
Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:
IMT = 56,9/(1,661)2
= 56,9/2,76
= 20,6
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Ilham = 21,7. Jadi berdasarkan
klasifikasi IMT, Subjek VI termasuk dalam kategori Normal. Sedangkan berdasarkan
tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 20,6 sehingga subjek termasuk dalam kategori
Normal
· WHR = Lpi/LPa
= 64,5/87,5
= 0,73
Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Putra = 0,73. Jadi berdasarkan
klasifikasi WHR, Subjek VI termasuk dalam kategori risiko low.
· % BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 21


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Db = 1,0913 – 0,00116 (Σ tricep + subscapula)


= 1.0913 – 0,00116 (6 + 9)
= 1,0913 – 0,00116 (15)
= 1,0913 – 0,0174
= 1,0739
% BF = [(4,97 / 1,0739) – 4,52] x 100
= [4,63 – 4,52] x 100
= 11 %
Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 11 %. Berdasarkan klasifikasi % BF,
maka subjek VI termasuk dalam kategori optimal.
Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 25,1 yang berarti subjek
termasuk dalam kategori normal.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan pengukuran IMT, diperoleh hasil yaitu 5 orang responden
termasuk dalam kategori normal, dengan nilai IMT 20,4; 20,6; 20,6; 21,3; dan 21,7;
serta 1 orang reponden termasuk dalam kategori kurus (kekurangan BB tingkat
ringan) dengan IMT 17,3. Sedangkan hasil pengukuran IMT berdasarkan tinggi lutut
diperoleh hasil 3 responden termasuk dalam kategori normal, dengan nilai IMT 17,9;
19,1; dan 20,6; 2 orang responden termasuk dalam kategori BB tingkat ringan (IMT
17,4 dan 17,5) serta 1 orang termasuk dalam kategori BB tingkat berat (IMT 14,8).
Dari pengukuran ini, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran IMT berdasarkan
tinggi lutut memiliki hasil yang jauh berbeda dibandingkan dengan pengukuran tinggi
badan secara langsung (menggunakan microtoice).
Berdasarkan pengukuran WHR, diperoleh hasil 4 orang responden termasuk
dalam kategori low (nilai WHR 0,70; 0,68; 0,70; dan 0,73). Sedangkan 2 orang
responden lainnya termasuk dalam kategori Moderate (WHR 0,74 dan 0,76).
Berdasarkan pengukuran % BF, diperoleh hasil yaitu 2 orang responden
tremasuk dalam kategori optimal (19 % dan 11 %), 1 orang responden termasuk
dalam kategori fat (31%), 1 orang responden ternasuk dalam kategori Slighly overfat
(24%), serta 2 orang responden termasuk dalam kategori obesitas (34% dan 36%).

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 22


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Sedangkan berdasarkan pengukuran LILA diperoleh hasil yaitu 5 orang


responden termasuk dalam kategori normal dan 1 orang responden termasuk dalam
kategori KEK (Kurang Energi Kronik).

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 23


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 24


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 25


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 26


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 27


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 28


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 29


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 30


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 31


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 32


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 33


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 34


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 35


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 36


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 37


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 38


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 39


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 40


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 41


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 42


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 43


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 44


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 45


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 46


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 47


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 48


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 49


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 50


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 51


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 52


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 53


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 54


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 55


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 56


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 57


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 58


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 59


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 60


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 1


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Biokimia

Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan beberapa metode biokimia untuk menilai status gizi
2. Menjelaskan potential counfounders
3. Menginterpretasikan hasil pengukuran biokimia
Pemeriksaan Hemoglobin
Cara Mengukur
Terdapat beberapa cara bagi mengukur kandungan hemoglobin
dalam darah, kebanyakannya dilakukan secara automatik oleh mesin yang
direka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah. Di dalam
mesin ini, sel darah merah dipecah untuk memisahkan hemoglobin dalam
bentuk larutan. Hemoglobin yang terbebas ini dicampur dengan bahan
kimia yang mengandung cyanide yang mengikat kuat molekul hemoglobin
untuk membentuk cyanmethemoglobin. Dengan
menyinarkan cahaya melalui larutan cyanmethemoglobin dan mengukur
jumlah cahaya yang diserap (khususnya bagi gelombang antara 540
nanometer), jumlah hemoglobin dapat ditentukan.

Penetapan Kadar Hemoglobin


Hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain
metode sahli, metode oksihemoglobin, atau metode sianmethemoglobin.
Metode sahli tidak dianjurkan karena mempunyai kesalahan yang besar,
alatnya tidak dapat distandarisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin
dapat ditetapkan sebagai contoh karboksihemoglobin, methemoglobin,
dan sulfahemoglobin.
Hanya ada 2 metode yang dapat diterima dalam
hemoglobinometri klinik, yaitu oksihemoglobin, dan sianmethemoglobin.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 1


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Keduanya merupakan cara spektrofotometrik. Metode oksihemoglobin


hanya mengukur semua hemoglobin yang dapat diubah menjadi
oksihemoglobin, sedang karboksihemoglobin dan senyawa hemoglobin
yang lain tidak terukur.
Internasional Committe for Standarization in Hematology (ICSH)
merekomendasikan metode sianmethemoglobin, sebab selain mudah
dilakukan juga mempunyai standar yang stabil dan hampir semua jenis
hemoglobin terukur kecuali sulfahemoglobin.

1. Metode Sahli
a. Dasar
Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara
visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin
berubah menjadi hematin asam. Untuk dapat menentukan kadar
hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut
dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas
standar.
b. Peralatan dan Pereaksi
 alat untuk mengambil darah vena atau darah kapiler
 hemometer sahli, yang terdiri atas
o tabung pengencer. panjang 12cm, dinding bergaris mulai
angka 2 (bawah) s/d 22 (atas)
o dua tabung standar warna
o pipet Hb. dengan pipa karet panjang 12,5 cm terdapat
angka 20
o pipet HCl
o botol tempat aquadest dan HCl 0,1N

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 2


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

o batang pengaduk (dari glass)


o larutan HCl 0,1N
 aquadest
c. Spesimen
Dapat berupa darah kapiler atau darah vena (darah EDTA)
d. Cara Kerja
 isi tabung pengencer dengan HCl 0,1N sampai angka 2
 dengan pipet Hb, hisap darah sampai angka 20 mm, jangan sampai
ada gelembung udara yang ikut terhisap
 hapus darah yang ada pada ujung pipet dengan tissue
 tuangkan darah ke dalam tabung pengencer, bilas dengan
aquadest bila masih ada darah dalam pipet
 biarkan satu menit
 tambahkan aquadest tetes demi tetes, aduk dengan batang kaca
pengaduk
 bandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan
standar
 bila sudah sama penambahan aquades dihentikan, baca kadar Hb
pada skala yang ada ditabung pengencer
e. Nilai Normal menurut Dacie
 dewasa laki-laki : 13,5 – 18,0 gr%
 dewasa wanita : 11,5 – 16,5 gr%
 bayi (< 3bln) : 13,6 – 19,6 gr%
 umur 1 tahun : 11,0 – 13,0 gr%
 umur 12 tahun :11,5 – 14,8 gr%
f. Sumber Kesalahan
 tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti
karboksihemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin.
 cara visual mempunyai kesalahan inheren 15-30%, sehingga tidak
dapat untuk menghitung indeks eritrosit.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 3


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

 sumber kesalahan yang sering terjadi :


o kemampuan untuk membedakan warna tidak sama
o sumber cahaya yang kurang baik.
o kelelahan mata
o alat-alat kurang bersih
o ukuran pipet kurang tepat, perlu dikalibrasi
o pemipetan yang kurang akurat
o warna gelas standar pucat / kotor dan lain sebagainya
o penyesuaian warna larutan yang diperiksa dalam komparator
kurang akurat.

2. Metode Oksihemoglobin
metode yang paling sederhana dan tercepat dalam fotometri.
Tetapi keterandalan ini tidak dipengaruhi oleh kenaikan bilirubin plasma.
Kerugiannya standar oksihemoglobin tidak stabil.
a. Dasar
Darah dicampur dengan larutan Natrium Karbonat 0,1% atau amonium
hidroksida dan dikocok terjadi oksihemoglobin, intensitas warnanya diukur
secara spektofotometrik.
b. Peralatan dan Pereaksi
 Na-Karbonat 0,1% atau NH4OH 0,04%
 pipet ukur 5 ml
 mikropipet 20 mikroliter
 tabung reaksi ukuran 75X10mm
 spektofotometer.
c. Cara Kerja
 siapkan tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan Na-Karbonat 0,1%
 tambahkan EDTA atau Darah kapiler 20 mikro, bilaslah mikropipet
yang digunakan, paling sedikit 3 kali.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 4


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

 tutuplah tabung reaksi tersebut dan kocoklah 10 detik. baca


serapan dengan spektrofotometri pada 540 nm
 baca kadar hemoglobinnya pada kuvet kalibrasi yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
3. Metode Sianmethemoglobin
a. Dasar
Ferrosianida mengubah besi pada Hb dari bentuk ferro ke bentuk
ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN
membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas
warna yang terbentuk yang diukur fotometrok 540 nm. Kalium-hidrogen-
fosfat digunakan agar pH tetap di mana reaksi dapat berlangsung
sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat
hemolisa darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein
plasma.

b. Peralatan dan Pereaksi


 mikropipet 20 mikroliter / mmk atau pipet Sahli
 pipet volumetrik 5 ml
 tabung reaksi ukuran 75 x 10mm
 spektrofotometer/kolorimeter dengan panjang gelombang 540 nm
 larutan Drabkin atau modifikasinya (diperdagangkan dalam bentuk
kit), yang berisi kandungan :
o kalium ferrosianida 200mg
o KCN 50 mg
o Kalium Hydrogen fosfat 140 mg
o detergen 0,5-1 ml
o aquadest / detenized water ad. 1000 ml
c. Spesimen
Darah kapiler atau darah EDTA
d. Cara Kerja

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 5


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

 ke dalam tabung reaksi 75 x 10 mm, pipetkan 5 ml pereaksi


 dengan mikropipet tambahkan 20mikroliter / mmk darah penderita
ke dalam pereaksi tersebut serta hindarilah terjadinya gelembung
dan bersihkan bagian mikropipet.
 campurkan isinya dan iarkan pada suhu kamar selama 3-5 menit
dan serapannya dibaca dalam spektrofotometri pada panjang
gelombang 540nm dengan pereaksi sebagai blangko
 kadar hemoglobin dapat dibaca pada kurva kalibrasi atau dihitung
dengan menggunakan faktor; dimana kadar Hb = serapan x faktor
kurva kalibrasi dan faktor telah dipersiapkan sebelumnya.
e. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Perhitungan faktor.
Sebelum fotometer dipergunakan untuk penetapan kadar
hemoglobin, harus dikalibrasi dulu, atau dihitung faktornya. Untuk
keperluan tersebut dipergunakan larutan standart hemisianida
(sianmethemoglobin) dan pengenceran larutan tersebut dalam pereaksi
Drapkin. Kadar Hb dari larutan standart hemisianida dapat dihitung dalam
gr/100ml atau gr/dl sebagai berikut :

Kadar Hb Larutan Standart = Kadar hemisianida mg/dl


= X (500 + 20) mikroliter
= kadar hemisianida X 0,251 mg/dl
=1000/100
Buatlah pengenceran larutan standar 100, 75, 50, 25, dan 0%
sebagai blanko dengan larutan Drapkin. Setelah masing-masing tercampur
sempurna biarkan pada suhu kamar 3 menit dan baca serapan pada
fotometer dengan 540 nm. Buatlah kurvanya dengan kadar Hb sebagai
absisi dan serapan sebagai ordinat, maka hasil percobaan serapan pasien
tinggi memplotkan pada kurva tera. Atau menggunakan factor sebagai
berikut :
Faktor (F) = Jumlah Kadar Hb/Jumlah Serapan

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 6


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

f. Pengawasan Mutu
Hemolisat yang dipergunakan atau dibuat sendiri dengan standar
hemosianida, CV optimal = 3% dan CV tidak boleh lebih dari 6%
g. Sumber Kesalahan
 terjadinya gumpalan darah
 leukositosis berat mempengaruhi pengukuran lebih rendah dari
seharusnya
 kerusakan pereaksi
 pemipetan yang tidak akurat
 fotometer yang kurang baik

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 7


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Metode Dietary Assessment

Tujuan Pembelajaran
Pada sesi topik kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan atau manfaat penilaian dietetik
2. Menjelaskan metode penilaian konsumsi pada level nasional, rumah
tangga dan individu, termasuk kelemahannya
3. Menjelaskan errors yang potensial terjadi dan cara meminimalkannya
4. Menjelaskan prosedur penilaian dietetik pada level individu menggunakan
metode penimbangan makanan, recall 24 jam dan SQ-FFQ
5. Menganalisis dan mengevaluasi data intake makanan

Nutrition Assesment

1. Metode Dietary Assesment adalah suatu metode yang digunakan untuk


mengkaji tanda awal dari defisiensi zat gizi, termasuk didalamnya
adalah asupan yang tidak adekuat. Karena alasan ini informasi dari
dietary assessment juga dapat memprediksi kemungkinan kekurangan zat
gizi yang nantinya dapat dikonfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan
metode yang lain seperti penilaian biokimia, antropometri dan klinis
(Fahmida & Dillon, 2007).
2. Terdapat dua metode yang digunakan dalam menilai konsumsi pangan
baik itu untuk individual maupun kelompok yaitu metode konsumsi harian
kuantitatif dan kualitatif. Metode konsumsi harian kuantitatif terdiri dari
metode pencatatan (food record) yang terdiri dari (estimasi &
penimbangan) dan ingatan 24 jam (24 hour recall). Metode ini dirancang
untuk mengukur kuantitas pangan yang dikonsumsi individu selama kurun
waktu satu hari. Dengan meningkatkan jumlah hari pengukuran pada
metode ini- perkiraan kuantitatif akan asupan aktual saat ini, atau untuk
periode waktu yang lebih lama- asupan kebiasaan individual dapat
diperoleh. Penilaian asupan kebiasaan (usual intake) terutama penting
ketika menilai hubungan antara diet dan parameter biologis. Metode

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 1


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

konsumsi harian kualitatif terdiri dari metode riwayat makan (dietary


history) dan frekuensi konsumsi pangan (food frequency questionnaire,
FFQ). Keduanya memperoleh informasi retrospektif pada konsumsi
pangan pada periode yang lama di masa yang lalu. Metode ini lazim
digunakan untuk menilai asupan kebiasaan pangan atau kelompok
pangan spesifik. Dengan modifikasi, metode ini dapat menyediakan data
asupan kebiasaan zat gizi (Siagian) & (Fahmida & Dillon, 2007).
3. Dalam Siagian, 2010 terdapat enam metode yang lazim digunakan untuk
menilai konsumsi pangan individu : (a) metode ingatan 24 jam (24-hours
recall method), (b) metode pengulangan ingatan 24 jam (repeated 24-
hours recall method), (c) metode pencatatan makanan (food record
method), (d) metode penimbangan pangan (weighed food method), (e)
metode riwayat makanan (dietary history), dan (f) metode frekuensi
konsumsi pangan (food frequency method). Makalah ini akan
menguraikan mengenai metode penilaian konsumsi pangan individual
secara kuantitatif yaitu metode pencatatan (food record) yang terdiri dari
estimasi (estimated) dan penimbangan (weighed)

METODE FOOD RECORDS (ESTIMASI MAKANAN DAN PENIMBANGAN


MAKANAN)

Prinsip dan Prosedur Metode Food Records (Estimasi Makanan dan


Penimbangan Makanan)

Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa prinsip dan penggunaan dari metode
pencatatan makanan (food records) adalah sebagai berikut :

1. Dasar dari pencatatan ukuran porsi makanan dari makanan yang


dikonsumsi oleh individu adalah estimasi menggunakan ukuran rumah
tangga (URT) atau penimbangan menggunakan timbangan makanan.
Metode penimbangan merupakan metode yang ideal untuk studi
penelitian dan kontrol penelitian terutama saat kegiatan konseling diet
atau untuk mengetahui korelasi antara intake dengan parameter biologis.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 2


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

2. Berguna untuk kegiatan dalam penelitian, khususnya dalam penelitian


epidemiologi gizi. Data intake zat gizi selanjutnya dapat dijadikan
sebagai dasar program pendidikan gizi.
3. Jika menggunakan metode penimbangan, responden perlu diberikan
motivasi, harus bisa berhitung dan tidak buta huruf, atau alternatifnya
adalah menggunakan enumerator untuk mengumpulkan data dan
mencatat intake makanan responden.
4. Apabila membutuhkan ingatan 24 jam (24-h recall) untuk mengestimasi
kebiasaan intake makanan individu maka tergantung pada variasi
konsumsi harian dalam intake makanan pada satu individu. Jika
membutuhkan recall lebih dari satu hari maka sebaiknya memilih hari
yang tidak berurutan (nonkonsekutif).
5. Ingatan 24 jam (24-h recall) dapat diulang selama musim yang berbeda
pada satu tahun untuk mengestimasi rata-rata intake individu selama
periode waktu yang lebih lama (untuk mengetahui kebiasaan intake
makanan).

Dalam Fahmida & Dillon, 2007 juga disebutkan bahwa prosedur pada metode
estimasi makanan dan penimbangan makanan adalah sebagai berikut :

1. Responden diminta untuk mencatat, konsumsi pada saat yang sama,


semua makanan dan minuman (termasuk snack) yang dimakan dalam
ukuran rumah tangga (URT) untuk periode waktu yang telah ditentukan.
2. Rincian deskripsi dari makanan tersebut adalah meliputi :
o Nama (lokal/setempat dan umum jika diketahui)
o Metode pemasakan
o Kondisi makanan (mentah, masak, dikupas atau olahan)
o Nama merk jika memungkinkan
o Semua bumbu, herbal dan rempah-rempah
o Deskripsi yang lengkap dari masing-masing makanan
o Menimbang jumlah yang dikonsumsi atau mengestimasi
menggunakan ukuran rumah tanggan (URT) dan menggunakan
peralatan rumah tangga yang dikaliberasi.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 3


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

o Jika responden makan diluar rumah maka responden biasanya


diminta untuk mencatat deskripsi dan jumlah dari makanan yang
dimakan. Ahli gizi dapat kemudian membeli dan menimbang
duplikat porsi dari masing-masing item makanan yang dicatat, hal
ini dilakukan jika memungkinkan, untuk menilai kemungkinan
jumlah makanan yang dikonsumsi.

Metode Pencatatan Untuk Metode Estimasi Makanan dan Penimbangan


Makanan

Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa metode untuk mengestimasi dan
menimbang makanan untuk campuran bahan makanan (mixed dishes) adalah
sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan metode persiapan dan pemasakan makanan


2. Menimbang porsi yang dapat dimakan untuk masing-masing bahan
mentah atau melakukan estimasi menggunakan ukuran rumah tangga
(URT) untuk mendapatkan jumlah dari masing-masing bahan mentah
yang digunakan didalam resep
3. Mencatat berat akhir (atau volume) dari ragam makanan (ini hanya untuk
metode penimbangan makanan)
4. Mencatat berat (atau volume) dari ukuran porsi yang dikonsumsi atau
melakukan estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) dan atau
menggunakan peralatan rumah tangga yang dikaliberasi (terstandar)
untuk mendapatkan jumlah dari makanan yang dikonsumsi oleh subjek.
5. Mengestimasi jumlah bahan yang dikonsumsi oleh individu sebagai
proporsi dari masing-masing bahan yang ada di dalam makanan yang
dimakan (catat masing-masing jumlah bahan makanan mentah yang
digunakan, berat makanan dalam bentuk akhir dan jumlah yang
dikonsumsi)
6. Menyesuaikan jumlah bahan dengan hasil masakan dan memasukkannya
sebagai berat dari bahan yang dimasak (catat proses pemasakan yang
dilakukan karena ada beberapa zat gizi yang hilang pada saat
pemasakan).

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 4


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Jenis Metode Food Records

Dalam Arisman, 2009 dituliskan bahwa food records dalam pelaksanaannya


dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama disebut dengan cara perkiraan
atau estimated food record. Cara kedua disebut dengan cara penimbangan atau
weight food records. Pada food records, biasanya responden diminta mencatat
semua makanan dan minuman yang telah dikonsumsi selama paling sedikit 3 hari
dalam seminggu, yakni 2 hari biasa dan 1 hari libur. Berikut ini akan dijelaskan
kedua metode tersebut.

1. Estimasi Makanan (Estimated Food Record)

Metode ini disebut juga food record atau diary record, yang digunakan untuk
mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk
mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam
ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam
periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan
pengolahan makanan tersebut (Supariasa, 2012).

Berbeda dengan penulis sebelumnya, Siagian, 2010 menuliskan bahwa periode


waktu yang dilakukan pada metode estimasi ini biasanya 3-7 hari dengan
memperhitungkan hari secara proporsional, berupa hari-hari biasa dan weekend.
Hal ini diperkuat lagi dalam Almatsier et al, 2011 yang menuliskan bahwa periode
waktu untuk metode ini biasanya antara 1 hingga 7 hari. Pada dasarnya tidak
ada aturan baku dalam penentuan jumlah hari. Jumlah hari yang diperlukan
dalam metode ini bervariasi, biasanya tiga, lima atau tujuh hari. Akhir minggu
harus secara proporsional disertakan pada periode survey makanan pada setiap
subjek untuk memperhitungkan efek hari dalam minggu yang potensial pada
asupan pangan dan zat gizi. Tidak ada kesepakatan tentang jumlah, jarak dan
pemilihan hari pencatatan untuk mencirikan baik asupan aktual maupun asupan
kebiasaan pangan dan /atau zat gizi individu dengan metode estimasi ini.

Untuk pencatatan dalam metode estimasi yang digunakan dapat berupa formulir
khusus atau buku kecil yang berupa lembaran kosong atau telah berisi anjuran

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 5


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

kategori pangan setiap hari. Pada beberapa penerapan, pangan ditimbang atau
diukur dengan prosedur tertentu. Prosedur pencatatan, terutama yang berkaitan
dengan deskripsi lengkap jenis dan kuantitas pangan, harus dijelaskan kepada
subjek atau responden. Umumnya, dengan pencatatan-segera ini diharapkan
kelupaan akan menjadi minimal. Pencatatan ini kemungkinan akan mengubah
perilaku makan. Hal ini tidak diinginkan karena data yang diinginkan adalah
asupan pangan yang lazim pada subjek atau keluarganya.

Deskripsi lengkap makanan atau minuman yang harus dijelaskan berupa


kuantitas (URT : piring, sendok, dll), jenis, metode pemasakan dan merk (bagi
produk olahan). Untuk makanan yang terdiri atas campuran bahan makanan
(mixed dishes) (misalnya seperti gado-gado), kuantitas dari setiap bahan mentah
yang digunakan dalam resep makanan, berat akhir dari campuran makanan, dan
kuantitas yang dikonsumsi oleh subjek harus dicatat, jika memungkinkan.

Ukuran porsi makanan dapat diperkirakan oleh responden dengan menggunakan


berbagai prosedur, yang masing-masing berbeda taraf presisinya. Untuk
mengukur porsi pangan dapat digunakan URT baku seperti piring, sendok
makan. Pengukuran tambahan dapat dilakukan dengan menggunakan penggaris
(untuk daging dan kue) dan hitungan (untuk telur dan roti). Ukuran porsi
biasanya dikonversi ke gram oleh peneliti sebelum menghitung asupan zat gizi.

Berdanier, 2008 menuliskan cara pengisian sederhana untuk food records adalah
sebagai berikut :

1. Tanggal. Catat tanggal pada bagian atas form


2. Nama. Catat nama pada bagian atas form yang telah disediakan
3. Waktu makan. Catat waktu makan tiap hari dari pagi sampai malam
4. Makanan/tempat makan. Catat jenis makanan (sarapan, makan siang,
makan malam, snack, dll) dan dimana tempat makan (dirumah/restoran)
5. Item bahan makanan. Catat nama masing-masing bahan makanan yang
dimakan
6. Deskripsi/persiapan. Termasuk informasi bagaimana bahan makanan
tersebut disiapkan

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 6


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

7. Jumlah. Catat jumlah dari masing-masing bahan makanan dengan


menggunakan URT atau lakukan penimbangan.

Untuk membantu menganalisis intake bahan makanan tersebut, maka responden


harus memperhatikan dan mematuhi petunjuk yang tertera pada form yaitu :

1. Jangan mengubah kebiasaan/pola makan anda dan jangan mencoba


untuk memodifikasi intake makanan, karena intake makanan anda akan
di catat.
2. Catatlah segala sesuatu yang anda makan atau minum. Termasuk semua
snack . termasuk juga suplemen vitamin atau mineral berserta dosis/hari.
3. Catatlah sesegera mungkin makanan yang anda makan. Catatlah dengan
jelas.

Cara pengisian food records ini lebih jelas lagi diuraikan dalam Supariasa, 2012.
Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1. Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram


(nama masakan, cara persiapan dan pemasakan bahan makanan)
2. Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram)
untuk bahan makanan yang dikonsumsi tadi
3. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM
4. Membandingkan dengan AKG

Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya


(true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu.

Kelebihan metode estimated food records :

1. Metode ini relatif murah dan cepat


2. Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar
3. Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari
4. Hasilnya relatif lebih akurat

Kekurangan metode estimated food records :

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 7


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

1. Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan


responden merubah kebiasaan makannya.
2. Tidak cocok untuk responden yang buta huruf
3. Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam
mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.

2. Penimbangan Makanan (Weighed Food Records)

Metode penimbangan makanan adalah metode yang paling akurat dalam


memperkirakan asupan kebiasaan dan/atau asupan zat gizi tertentu. Data yang
dihasilkan penting untuk konseling diet, dan untuk analisis statistik yang meliputi
korelasi atau regresi dengan parameter biologis (Siagian, 2010) & (Almatsier et
al, 2011).

Pada metode ini, subjek atau responden diminta untuk menimbang semua
pangan yang dikonsumsi pada periode waktu tertentu. Lebih jelasnya, subjek
atau responden diminta untuk menimbang semua makanan yang dikonsumsi
(misalnya yang dimasukkan ke dalam piring) dan makanan yang sisa. Kuantitas
asupan makanan adalah selisih antara kuantitas yang akan dikonsumsi dengan
kuantitas makanan yang sisa. Deskripsi detail makanan atau minuman yang
harus dimasukkan responden meliputi kuantitas (massa, volume), jenis, metode
pemasakan, penyajian, dan merk (bagi produk olahan).

Untuk pangan yang dikonsumsi diluar rumah, subjek atau responden diminta
untuk mendeksripsikan kuantitas atau jumlah pangan yang dikonsumsinya.
Peneliti atau pewawancara kemudian membeli dan menimbang porsi duplikat
pangan tersebut untuk memperkirakan kuantitas pangan yang dikonsumsi diluar
rumah tersebut (Siagian, 2010). Kemudian untuk makanan yang terdiri dari lebih
dari satu bahan makanan, penimbangan dilakukan terhadap masing-masing
bahan makanan dalam keadaan mentah (sesuai dengan resep bila ada), setelah
jadi, dan bagian yang dimakan (Almatsier et al, 2011).

Seperti halnya metode estimasi, jumlah, jarak, pemilihan hari untuk mencirikan
asupan aktual atau asupan kebiasaan individu dengan metode penimbangan

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 8


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

pangan bersifat bervariasi. Hal ini tergantung pada zat gizi yang menjadi pokok
perhatian, populasi penelitian, tujuan penelitian, dan sebagainya. Dengan
metode inipun, akhir minggu harus secara proporsional disertakan pada periode
survey makanan pada setiap subjek untuk memperhitungkan efek akhir minggu
pada asupan pangan dan zat gizi. Hal ini senada dengan pendapat Almatsier et
al, 2011 bahwa hari libur atau hari besar dan hari minggu harus dimasukkan
didalam survey.

Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan (Supariasa, 2012) :

1. Petugas /responden menimbang dan mencatat bahan makanan/ makanan


yang dikonsumsi dalam gram
2. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis
dengan menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan)
3. Membandingkan hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG).

Perlu diperhatikan disini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka
perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya
makanan yang dikonsumsi. Sehingga dalam Arisman, 2009 dituliskan bahwa
dalam metode penimbangan lebih tepat apabila dilakukan pengamatan secara
langsung terhadap responden, meskipun membutuhkan waktu lebih lama dan
biaya lebih tinggi. Cara ini cocok diterapkan pada pasien rawat inap di rumah
sakit. Pengamat mencatat takaran makanan yang diresepkan oleh ahli gizi,
jumlah santapan yang diantar oleh petugas gizi, jumlah yang dimakan pasien,
serta banyaknya makanan yang tersisa.

Berdasarkan uraian tentang metode ini maka dapat dikatakan kelebihan dari
metode weighed food records adalah data yang diperoleh lebih akurat dan teliti
sedangkan kekurangan metode ini adalah sebagai berikut :

1. Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan. Dalam


Almatsier et al, 2011 disebutkan bahwa biaya yang dibutuhkan dalam
metode ini relatif tinggi, karena responden harus sering dikunjungi untuk
memonitor dan memberi semangat.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 9


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

2. Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka


responden dapat merubah kebiasaan makan mereka. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk menyederhanakan proses pengukuran makanan,
atau untuk memberi kesan yang baik.
3. Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil
4. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden

Perbedaan Antara Metode Estimasi Makanan dan Penimbangan


Makanan

Untuk mengetahui perbedaan antara metode estimasi makanan dan


penimbangan makanan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan antara Metode Estimasi Makanan dan Penimbangan Makanan

Metode Estimasi Makanan Metode Penimbangan Makanan


Jumlah dari makanan dan sisa makanan diukur Makanan dan sisa makanan ditimbang
dengan menggunakan URT atau estimasi dengan menggunakan timbangan makanan
menggunakan seperti ukuran cups, mangkok, atau disediakan teknik komputerisasi oleh
gelas dan centong. Peneliti kemudian peneliti
mengkuantitatifkan hasil pengukuran ini
kedalam bentuk volume dan berat
Dianggap kurang akurat apabila dibandingkan Metode yang presisinya paling baik untuk
dengan metode penimbangan makanan mengestimasi kebiasaan makan dan intake
zat gizi individu
Dianggap sebagai salah satu metode yang Lebih disukai oleh beberapa peneliti untuk
dapat diterima untuk mengumpulkan data mengumpulkan data individu
intake kelompok
Kurang membebani responden apabila Membutuhkan tingkat kerjasama yang
dibandingkan metode penimbangan makanan lebih tinggi dari subjek apabila
sehingga tingkat kerjasama cenderung lebih dibandingkan metode estimasi makanan
tinggi dan ini kemungkinan berdampak pada
kebiasaan makan subjek

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 10


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Memerlukan peralatan sehingga biaya lebih


mahal
Presisi lebih tinggi, tingkat error lebih
rendah

Kelebihan dan Kekurangan Metode Food Records Secara Umum

Kelebihan dan kekurangan dari metode food records menurut Fahmida dan
Dillon, 2007 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Kekurangan dan Kelebihan Metode Food Records Secara Umum

Kelebihan Kekurangan
1. Tidak mengandalkan ingatan 1. Membutuhkan tingkat kerjasama
2. Menyediakan data yang rinci dari yang tinggi dari subjek
ukuran porsi makanan yang 2. Karena beban yang diberikan
dikonsumsi, khususnya saat kepada responden sangat
menggunakan metode penimbangan tinggi maka didapatkan hasil dari
3. Dapat dikatakan cukup valid rata-rata respon responden sangat
4. Dapat menilai pola makan dan rendah
kebiasaan makan dalam hubungannya 3. Memerlukan waktu relatif lama
dengan lingkungan sosio-demografi 4. Subjek seharusnya bisa membaca
dari responden untuk mendapatkan hasil
5. Dapat meningkatkan interpretasi dari pencatatan yang lengkap, atau
hasil laboratorium, antropometri dan dibutuhkan seorang enumerator
data klinis. yang akan melakukan tugas
6. Pengumpulan data dengan hari yang pencatatan
multiple akan lebih mewakili dari 5. Petugas harus terlatih dalam
kebiasaan intake (asupan makanan) menggunakan alat ukur dan
7. Hasil yang didapatkan lebih akurat formulir pencatatan
karena mempertimbangkan adanya 6. Analisisnya membutuhkan tenaga
sisa dari makanan, terbuang dan yang terlatih dan mahal
7. Laporan subjek terkadang

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 11


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

rusak selama pengukuran dilakukan. underreporting (melaporkan terlalu


rendah) masih sering terjadi

Berdasarkan kekurangan pada metode food records seperti yang diuraikan dalam
Fahmida & Dillon, 2007 (pada tabel 2), sejalan dengan pendapat Gibson &
Ferguson, 2008 bahwa metode food records dalam pelaksanaannya sangat
membutuhkan banyak waktu, memerlukan biaya yang mahal, dan memberikan
beban yang besar pada responden. Mengatasi begitu banyaknya kekurangan
yang ada pada metode ini, Gibson & Ferguson, 2008 membuat suatu modifikasi
terhadap metode recall 24 jam dengan dilakukannya pelatihan terhadap suatu
kelompok untuk mengestimasi ukuran porsi dengan tepat sebelum recall yang
sebenarnya dilakukan. Menyediakan chart gambar sebelum recall dilakukan yang
digunakan untuk menceklist pada hari disaat makanan tersebut dikonsumsi dan
hal ini juga berguna untuk membandingkan dengan hasil recall untuk
mengurangi factor kelupaan pada responden dan menyediakan mangkuk dan
piring (URT) yang terstandar yang akan digunakan saat recall dilakukan. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan responden memvisualisasikan jumlah makanan
yang dikonsumsi.

Bias atau Kesalahan yang Sering Terjadi pada Penggunaan Metode


Estimasi Makanan dan Penimbangan Makanan

Bias atau kesalahan yang sering terjadi dalam dietary assessment dapat
dibedakan menjadi kesalahan random dan kesalahan sistematis. Kesalahan
random biasanya akan berdampak pada reliabilitas suatu metode dan keadaan ini
dapat dikurangi dengan meningkatkan jumlah pengamatan namun hal inipun
tidak sepenuhnya dapat menghilangkan bias tersebut. Sebaliknya kesalahan
sistematis tidak dapat diminimalkan dengan memperpanjang jumlah
pengamatan. Kesalahan pengukuran yang bersifat random dan sistematis dapat
diminimalkan dengan memadukan prosedur kendali mutu kedalam masing-
masing tahapan dalam metode dietary assessment. Termasuknya didalamnya
pelatihan dan sesi pelatihan ulang untuk pewawancara dan pemprogram,
standarisasi tekhnik wawancara dan kuesioner, uji coba kuesioner dan percobaan

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 12


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

penyelenggaraan penelitian sebelum survey sebenarnya dilakukan (Gibson,


2005).

Menurut Gibson, 2005 bahwa sumber-sumber bias atau kesalahan dalam


pengukuran dietary assessment meliputi :

Tidak Adanya atau Kurangnya Respon Responden

Kurangnya respon (nonrespon) atau rendahnya kepatuhan dari responden yang


mengakibatkan bias yang signifikan dan hal ini dapat terjadi disemua jenis
penilaian dalam dietary assesment. Upaya yang sebaiknya dilakukan untuk
meminimalkan angka nonrespon. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan
mengirimkan email atau menelpon untuk mengingatkan, dan pelatihan
pewawancara agar saat melakukan wawancara dilakukan dengan penuh
kehangatan, pengertian dan kepercayaan.

Bias dari Responden

Bias yang berasal dari responden biasanya muncul apabila responden salah
pengertian terhadap apa yang ditanyakan atau diminta oleh pewawancara,
kecendrungan memberikan jawaban yang bersifat socially desirable. Socially
desirable adalah kecendrungan dari responden untuk menghindari kritik dan
kecendrungan untuk mendapatkan pujian. Sumber bias yang lain adalah
responden memberikan data kadang underreporting ataupun overreporting
(Gibson, 2005).

Menurut Thomson & Subar, 2001 dalam penelitiannya bahwa bias yang sering
terjadi pada metode food records adalah terjadinya underreporting pada
responden. Pada penelitian tersebut underreporting terjadi pada responden
dengan nilai BMI yang tinggi (BMI > 24) dan terutama terjadi pada wanita.
Keadaan ini juga ditemukan pada responden usia lanjut. Efek ini mungkin terjadi
karena responden tersebut melakukan diet ketat pada hari-hari tertentu.
Penelitian lain menunjukkan bahwa kondisi demografis dan psikologis
mempengaruhi underreporting responden seperti pendidikan, pekerjaan,
pengaruh dari keinginan sosial, body image dan pembatasan terhadap

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 13


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

makanan. Penelitian yang dilakukan Mauer, et al dalam Thomson & Subar


bahwa ada beberapa jenis makanan yang cenderung underreporting oleh
responden diantaranya adalah seperti makanan penutup, kue-kue yang manis
dan dipanggang, butter dan minuman beralkohol, sedangkan yang dilaporkan
lebih banyak adalah berupa biji-bijian, daging, salad dan sayuran.

Menurut Siagian, 2010 menuliskan bahwa bias yang sering terjadi terutama
untuk metode penimbangan makanan adalah kuantitas konsumsi pangan yang
diperoleh mungkin bukan kuantitas konsumsi yang lazim (kebiasaan) karena
responden mungkin mengubah jenis dan jumlah pangan yang akan dikonsumsi
karena ia tahu konsumsi pangannya sedang dinilai atau diamati. Hal lain yang
mungkin terjadi adalah subjek atau responden mengubah pola asupan
kebiasaannya untuk mempermudah penimbangan.

Bias dari Pewawancara

Sumber bias dari pewawancara biasanya meliputi kesalahan menggunakan


pertanyaan probing, kesalahan dalam mencatat respon responden, kehilangan
fokus, bias yang berhubungan dengan persiapan wawancara, adanya gangguan,
kepercayaan diri dan kerahasiaan responden. Bias dari pewawancara ini dapat
terjadi disepanjang penelitian dan subjek, dan atau sistematis untuk
pewawancara tertentu. Bias ini bisa jadi terjadi sebagai interaksi antara
pewawancara tertentu dengan responden tertentu pula. (Gibson, 2005). Dalam
food records khususnya untuk estimasi makanan, sumber bias yang sering
muncul adalah kesalahan yang dilakukan saat konversi makanan masak
kementah dan dari ukuran rumah tangga ke ukuran berat (gram) Supariasa,
2012).

Faktor Kelupaan pada Responden

Gangguan memori pada responden yang sering terjadi adalah responden gagal
dalam mengingat makanan yang biasa dikonsumsi dan dapat pula responden
melaporkan makanan yang sebenarnya tidak dikonsumsi pada saat recall tesebut
dilakukan. Untuk mengurangi faktor kelupaan yang terjadi pada responden dapat

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 14


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

dilakukan dengan teknik pertanyaan probing & standar Promting serta


menggunakan alat bantu mengingat seperti alat bantu simulasi makanan yang
dari plastic atau tanah liat, gambar bahan makanan atau photo.

Estimasi Ukuran Porsi yang Kurang Tepat

Bias yang sering timbul adalah kegagalan responden dalam mengkuantitaskan


secara akurat jumlah makanan yang dikonsumsi, atau miskonsepsi dalam
merata-ratakan ukuran porsi. Menurut Young & Nestle, 1995 dalam Gibson 2005
bahwa Tiap responden memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengestimasi
ukuran porsi yang akurat secara visual. Umumnya perbedaan ini timbul secara
independent karena perbedaan usia, berat badan, status sosial, dan jenis
kelamin tetapi mereka melakukannya pada jenis dan makanan yang bervariasi.
Kesalahan yang besar yang terjadi, sebagai contoh mengestimasi potongan
daging yang bentuknya tidak teratur. Menurut Weber et al. 1997 dalam Gibson
2005 bahwa ditemukan kesalahan mengestimasi porsi daging (steak) hingga
mencapai 80%.

Suplemen yang Digunakan

Suplemen yang biasanya dikonsumsi oleh responden juga harus dicatat dalam
dietary assessment. Untuk mendapatkan informasi yang akurat, biasanya nama
merk harus diketahui. Nama merk merupakan hal yang kritis karena antar merk
memiliki variasi yang sangat besar. Kesalahan dalam ketepatan
mengkuantitatifkan dosis suplemen sangat berdampak dalam estimasi dari intake
zat gizinya. Dari beberapa penelitian yang dilakukan sering terjadinya
underreporting dalam menentukan dosis suplemen. Ditambah lagi faktor kimia
dalam dietary suplement dapat berpengaruh dalam biovailabilitas, sehingga lebih
dianjurkan untuk mencatat komposisi kimia dalam dietary supplement apabila itu
memungkinkan.

Kesalahan dalam Penanganan Bahan Makanan Campuran

Sumber kesalahan yang umum terjadi dalam penanganan bahan makan


campuran adalah kesalahan yang terjadi selama bahan campuran masih dalam

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 15


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

bentuk bahan mentah dan selanjutnya dikonversi ke bentuk yang dapat


dikonsumsi. Konversi biasanya meliputi faktor menghitung rata-rata dari kedua
perubahan berat karena pemasakan dan retensi zat gizi. Setelah itu dilanjutkan
dengan mengestimasi kuantitas dari bahan makanan campuran yang dikonsumsi
oleh subjek.

Berdasarkan beberapa bias yang sering muncul dalam pengumpulan data dietary
assesment maka Supariasa, 2012 menuliskan bahwa untuk mengurangi bias
tersebut dapat dilakukan dengan cara : menggunakan sampel dalam jumlah
besar, ulangi pengukuran dalam intake konsumsi terhadap subjek atau
responden yang sama dalam beberapa waktu, dan usahakan selalu melakukan
kaliberasi terhadap alat-alat ukur. Pernyataan dalam Supariasa, 2012 ini lebih
dilengkapi lagi dalam Berdanier, 2008 yang menguraikan bahwa ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengurangi bias saat pengumpulan data.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Pertimbangan-pertimbangan Untuk Mengurangi Kesalahan Saat


Pengumpulan Data Assesment

No Sumber Kesalahan Potensial Food Records

1. Ingatan (memori) 1. Perlu adanya asisten pewawancara


yang melakukan pencatatan
2. Mendorong untuk mematuhi setiap
petunjuk dengan tepat

2. Ukuran Porsi 1. Perlunya alat bantu untuk mengestimasi


ukuran porsi
2. Alat timbang
3. Pelatihan responden

3. Keragaman hari pengumpulan 1. Memperbanyak hari pengumpulan data


data 2. Memasukkan hari-hari biasa dan hari

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 16


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

libur (akhir pekan)


3. Mengumpulkan data pada musim/waktu
yang berbeda

4. Bias Respon 1. Mengurangi beban responden


2. Membatasi hari pengumpulan data

5. Entri Data (Memasukkan Data) 1. Memasukkan data dengan tepat dan


memasukkan data sesuai aturan
2. Perlu adanya asisten pewawancara
yang melakukan pencatatan
3. Adanya panduan dan petunjuk probing
secara rinci

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita., S. Soetardjo dan M. Soekarti. 2011. Gizi Seimbang Dalam


Daur Kehidupan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur kehidupan. Edisi 2. EGC, Jakarta.

Berdanier, Carolyn D., J. Dwyer & E.B. Feldman. 2008. Handbook of Nutritional
and Food. Second Edition. CRC Press, New York.

Fahmida, Umi and Drupadi HS Dillon. 2007. Nutritional Assesment. Seameo-


Tropmed RCCN UI, Jakarta

Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assesment. Second Edition.


Oxford University Press Inc.

Gibson, Rosalinds S & Elaine L Ferguson. 2008. An Interactive 24-hours Recall for
Assesing the Adequacy of iron and Zink Intakes in Developing Countries. Harves
Plus, Washington.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 17


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Nutrition & Diet Services. Daily Food Record Sampel. (http://www.nutrition-


dietservices.com, Online, diakses tanggal 5 Nopember 2012).

Supariasa, I Dewa Nyoman., B. Bakri dan I. Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi.
EGC, Jakarta.

Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Erlangga, Jakarta.

Thompson, Frances E & Amy F Subar. 2001. Dietary Assesment Methodology.


National Cancer Institute, Bethesda, Maryland.

Dietary Assesment (SQFFQ Method)

Metode Dietary Assesment adalah suatu metode yang digunakan untuk mengkaji
tanda awal dari defisiensi zat gizi, termasuk didalamnya adalah asupan yang
tidak adekuat. Karena alasan ini informasi dari dietary assessment juga dapat
memprediksi kemungkinan kekurangan zat gizi yang nantinya dapat dikonfirmasi
lebih lanjut dengan menggunakan metode yang lain seperti penilaian biokimia,
antropometri dan klinis (Fahmida & Dillon, 2007).

Terdapat dua metode yang digunakan dalam menilai konsumsi pangan baik itu
untuk individual maupun kelompok yaitu metode konsumsi harian kuantitatif dan
kualitatif. Dalam Siagian, 2010 terdapat enam metode yang lazim digunakan
untuk menilai konsumsi pangan individu : (a) metode ingatan 24 jam (24-hours
recall method), (b) metode pengulangan ingatan 24 jam (repeated 24-hours
recall method), (c) metode pencatatan makanan (food record method), (d)
metode penimbangan pangan (weighed food method), (e) metode riwayat
makanan (dietary history), dan (f) metode frekuensi konsumsi pangan (food
frequency method). Selain metode tersebut, masih ada metode yang lain yang
sering digunakan juga adalah metode semi kuantitatif FFQ dan vitamin A semi
questionaire method (VASQ).

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 18


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Berdasarkan beberapa metode yang sering digunakan dalam dietary assessment


tersebut, pada tulisan ini akan diuraikan tentang apa itu SQ-FFQ method. SQFFQ
method adalah metoda untuk mengetahui gambaran kebiasaan asupan gizi
individu pada kurun waktu tertentu. Metode ini sama dengan metoda frekuensi
makanan baik formatnya maupun cara melakukannya, yang membedakan adalah
pada responden ditanyakan juga tentang besaran atau ukuran (dapat dalam URT
atau berat) dari setiap makanan yang dikonsumsi selama periode tertentu,
seperti hari, minggu atau bulan. Dengan demikian dapat diketahui asupan gizi
yang dikonsumsi untuk periode tertentu dengan bantuan daftar komposisi bahan
makanan (DKBM) aatau daftar penukar.

Sebelum melakukan wawancara pada individu dengan menggunakan SQFFQ


method, maka langkah yang harus dilakukan sebelumnya adalah membuat form
SQFFQ yang bahan makanannya disesuaikan dengan keadaan bahan makanan
yang tersedia disuatu tempat yang ingin diteliti.

Tahapan dalam pembuatan form SQ-FFQ adalah sebagai berikut :

Mengelompokkan makanan sesuai jenis bahan makanan yang akan


diteliti dalam SQ-FFQ, dengan cara :

1. Menemukan daftar bahan makanan dalam tabel daftar komposisi bahan


makanan (DKBM) atau melalui program software Nutri Survey (NS) untuk
item bahan makanan yang spesifik mengandung zat gizi tertentu (zat gizi
yang ingin diketahui) per 100 gr bahan makanan
2. Pilih semua daftar bahan makanan yang banyak dan tinggi kandungan zat
gizi tersebut
3. Melakukan satu kali survey pendahuluan dengan melakukan survey/recall
24 jam dalam komunitas tertentu untuk mengidentifikasi sumber bahan
makanan yang tersedia dan yang umum dikonsumsi sesuai dengan lokasi
penelitian dalam kaitannya dengan sumber bahan makanan yang kaya
akan sumber zat gizi tertentu

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 19


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

4. Menggunakan daftar DKBM atau NS sebagai dasar/pedoman survey.


Makanan yang tidak pernah atau tidak biasa dikonsumsi (kurang dari
10% dari subjek) dikeluarkan dari daftar.
5. Bahan makanan yang tersisa setelah langkah di atas, adalah yang
sebagai daftar bahan makanan yang akan final digunakan dalam form
SQ-FFQ
6. Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam menentukan bahan
makanan yang akan dimasukkan dalam form SQ-FFQ adalah :

 Bahan makanan mengandung zat gizi spesifik atau terdapat komponen


makanan yang memodifikasi penyerapan dari zat gizi spesifik tersebut
(zat gizi tertentu dan inhibitornya)
 Mengandung zat gizi spesifik sangat tinggi dan menjadi bagian dari
makanan khas penduduk atau mengandung tingkat yang cukup tinggi zat
gizi tertentu tetapi umumnya dimakan atau jarang dimakan tetapi
mengandung tingkat zat gizi yang sangat tinggi

Beberapa kelebihan dalam penggunaan SQ-FFQ ini adalah bahwa SQ-FFQ


merupakan metode pengumpulan data yang dikhususkan untuk mengetahui
asupan mikro nutrient secara restrospektif, dimana dapat diketahui kisaran
asupan zat gizi mikro pada beberapa waktu sebelumnya (misal 1 bulan,3 bulan, 6
bulan bahkan 1 tahun sebelumnya). Selain itu dengan SQ-FFQ tidak hanya
mengetahui kebiasaan atau pola makan responden namun juga dapat diketahui
jumlah asupan zat gizi tersebut secara detail.

Selanjutnya, apabila form sudah fixed, maka form tersebut siap digunakan.
Adapun prosedur penggunaan SQFFQ adalah:

1. Subyek diwawancarai mengenai frekuensi mengkonsumsi jenis makanan


sumber zat gizi yang ingin diketahui, apakah harian, mingguan, bulanan atau
tahunan.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 20


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

2. Subyek diwawancarai mengenai ukuran rumah tangga dan porsinya. Untuk


memudahkan subyek menjawab, pewawancara menggunakan alat bantu photo
ukuran bahan makanan.

3. Mengestimasi ukuran porsi yang dikonsumsi subyek ke dalam ukuran berat


(gram).

4. Mengkonversi semua frekuensi daftar bahan makanan untuk perhari.

Misalnya :

 Nasi dikonsumsi 3x perhari à ekuivalen dengan 3


 Tahu dikonsumsi 4x perminggu à ekuivalen dengan 4/7 perhari
= 0,57
 Es krim dikonsumsi 5x perbulan à ekuivalen dengan 5/30 perhari
= 0,17
 Untuk buah musiman digunakan kategori pertahun.

Misalnya mangga dikonsumsi 10x diatas bulan oktober ke desember à ekuivalen


dengan 10/365 per hari = 0,03 perhari

5. Mengalikan frekuensi perhari dengan ukuran porsi (gram) untuk mendapatkan


berat yang dikonsumsi dalam gram/hari

6. Hitung semua daftar bahan makanan yang dikonsumsi subyek penelitian


sesuai dengan yang terisi di dalam form.

7. Setelah semua bahan makanan diketahui berat yang dikonsumsi dalam


gram/hari, maka semua berat item dijumlahkan sehingga diperoleh total asupan
zat gizi dari subyek.

8. Cek dan teliti kembali untuk memastikan semua item bahan makanan telah
dihitung dan hasil penjumlahan berat (gr) bahan makanan tidak terjadi
kesalahan (Fahmida & Dillon, 2007).

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 21


Buku Ajar 2015
Penilaian Status Gizi

Referensi :

1. Fahmida, Umi dan Drupadi HS Dillon. 2007. Handbook Nutritional


Assessment.SEAMEO-TROPMED RCCN UI : Jakarta.
2. Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Erlangga, Jakarta.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Page 22

Anda mungkin juga menyukai