Disusun Oleh :
Ratdita Wahyu Nur Dini 10318050
C.
BAB III
METODE
A. Alat dan Bahan
1. Kuesioner Food Frequency Questionneire (FFQ)
B. Teori/Prinsip Kerja
Metode Food Frequency Questionneire (FFQ) merupakan metode yang
digunakan untuk memperoleh data kualitatif berupa kebiasaan konsumsi. Kebiasaan
konsumsi pangan tersebut merupakan salah satu faktor risiko munculnya masalah
gizi. Keuntungan menggunakan metode Food Frequency Questionneire (FFQ) adalah
karakter konsumsi dapat terwakilkan dibandingkan dengan penilaian jangka pendek.
Kelemahan menggunakan metode Food Frequency Questionneire (FFQ) adalah tidak
dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari cukup menjemukan bagi petugas, daan
sangat tergantung pada kejujuran responden.
C. Prosedur Kerja
1. Wawancara penilaian konsumsi pangan
a. Mahasiswa mampu menentukan bahan pangan yang akan dicantumkan
didalam kuesioner Food Frequency Questionneire (FFQ). Menentukan
bahan pangan berdasarkan pada asupan pangan tertentu yang berhubungan
dengan masalah gizi yang diangkat.
b. Kuesioner Food Frequency Questionneire (FFQ) beragam tergantung pada
tujuan yang akan dicapai
2. Pencatatan hasil wawancara
Pencatatan dilakukan pada kolom kuesioner Food Frequency Questionneire (FFQ)
sesuai dengan hasil jawaban responden.
BAB IV
A. Hasil
1. Identitas Responden
Nama : Novita Handayani
Alamat : Gubeng Kertajaya 7A No. 38 Surabaya
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Surabaya, 24 November 1991
Status Pekerjaan : Swasta
Usia : 30 Tahun
Berat Badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 158 cm
Tanggal Wawancara : 07 Juni 2021
Riwayat Penyakit : Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
2. Perhitungan FFQ
a. Formulis Food Frequency Questionnaire (FFQ) Semi Kuantitatif
BD Kandungan Gizi
No. Nama Bahan Berat E P L KH
D
1. Daging Ayam 17.14 100 51.07 3,11 4.285 0
2. Susu Bubuk 10 100 51.3 2.46 3.62 3
3. Jeroan ayam 2.6 100 7,02 0.837 0.291 0.257
4. Usus ayam 30 100 141,9 13.56 7.89 4.71
5. Daging Sapi 0.43 100 1.17 0.075 9.46 0
6. Ikan mujair goreng 22.58 80 16.07 3.377 0.180 0
7. Ikan asin 1.6 70 2.161 0.470 0.016 0
8. Ikan pindang 8 100 13.6 2.48 0.336 0
9. Udang kering 2 100 5.56 1.252 0.082 0.044
10. Sarden 3.3 100 3.597 0.656 0.112 0.0594
11. Acar 0.16 100 0.016 0.000 0.000 0.0032
8 32
12. Santan 57.14 100 185.1 2.399 19.59 3.199
13. Tahu Goreng 11.42 100 13.13 1.107 0.970 0.2855
14. Tempe Goreng 11.42 100 38.37 2.284 3.197 0.8907
15. Kerupuk 11.48 100 54.75 0.539 2.353 7.8638
16. Burger 0.54 100 1.393 0.056 0.051 0.1755
17. Ayam kentucky 14.28 100 40.84 4.583 2.299 0.157
18. Nugget 1 100 0.48 0.15 0.15 0.11
19. Sosis 1 100 0.49 0.050 0.028 0.0043
20. Pizza 0.82 100 2.337 0.100 0.085 0.2927
21. Telur Asin 6.6 83 9.750 0.745 0.241 0.7285
22. Keju 42.85 100 139.6 9.769 5.613 8.69
23. Coklat 28.57 100 42.99 0.571 8.513 17.91
24. Roti 32 100 79.36 2.56 0.384 16
25. Margarin 0.3 100 2.16 0.001 0.243 0.0012
26. Saus/sambel botol 17.14 100 4.627 0 0 1.1483
27. Teh 17.14 100 51.42 4.85 0.822 9.187
28. Soda 0.82 100 0.336 0 0.000 0.08118
82
Total 964.14 58.04 78.68 74.79
AKG individu 1.847,1 46,1 41,04 323,24
Kategori kurang lebih lebih kurang
B. Pembahasan
FFQ atau Food Frequency Quistinaire merupakan suatu metode yang
berfungsi untuk memperoleh data kualitatif yang dihubungkan dengan kebiasaan
konsumsi pangan, dimana faktor perilaku konsumsi pangan sendiri merupakan salah
satu faktor risiko munculnya masalah gizi. Berdasarkan hasil wawancara FFQ,
didapatkan hasil bahwa makanan yang berisiko tinggi responden terhadap hipertensi
adalah makanan yang tingi protein dan lemak, serta asupan kurang pada energi dan
karbohidrat.
Berdasarkan klasifikasi ideal dalam mengkonsumsi makanan yang dapat
dijadikan acuan pemenuhan kebituhan gizi yang dilihat secara kualitas dan kuantitas
dalam pengomsumsiannya. Dalam hal ini makanan yang berisiko tinggi terhadap
hipertensi dapat memepengaruhi kejadian hipertensi. Menurut ( Fauziyah, 2015))
Konsumsi lemak yang tinggi berpengaruh pada tingginya simpanan kolesterol di
dalam darah. Simpanan ini nantinya akan menumpuk pada pembuluh darah menjadi
plaque yang akan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah. Penyumbatan ini
menjadikan elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga volume dan tekanan darah
meningkat. Hal inilah yang memicu terjadinya hipertensi. Dari hasil wawancara FFQ
diketahui bahwa responden dengan asupan lemak berlebih sering mengkonsumsi
makanan sumber lemak jenuh seperti daging, jerohan, mentega, dan beberapa sumber
lemak nabati seperti minyak kelapa sawit dan santan. Responden juga sering
mengonsumsi sumber lemak jenuh dalam bentuk gorengan seperti ayam goreng, tahu
goreng, tempe goreng, kerupuk, makanan cepat saji, dan lain-lain. Selain itu,
responden mengolah sebagian besar lauk harian mereka dengan cara digoreng,
ditumis, maupun dimasak menggunakan santan.. Lemak jenuh dalam makanan-
makanan tersebut dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Dari hasil wawancara
kebutuhan asupan emak berdasarkan jenis kelamin, usia dan berat tubuh
membutuhkan 41,04 kkal/hari, namun berdasarkan penyataan responden didapatkan
bahwa asupan lemak sebesar 78,68 kkal, dengan ini asupan lemak berlebih
kemungkinan besar adalah penyebab terjadinya hipertensi.
Kemudian didapatkan hasil bahwa responden mengalami kelebihan asupan
protein, dimana takaran asupan protein yang masuk berdasarkan usia, jenis kelamin
dan berat badan adalah 46,1 kkal, sedangkan hasil perhitungan asupan kosnumsi
protein didapatkan hasil 58,04 kkal. Berdasarkan bahan yang dikonsumsi respoonden,
asupan potein tinggi didapatkan dari jenis makanan dengan kandungan protein hewani
sepeerti ikan, udang, susu, dll. Hal ini berarti asupan konsumsi protein responden
berlebih. Hal ini juga sesuai dengan penelitihan (Kurniawan, 2002) yang menyatakan
bahwa kebiasaan konsumsi protein hewani melebihi asupan yang dianjurkan dan
dalam jumlah yang berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah, dikarenakan
kenadungan lemak jenuh dan kolesterolnya lebih tinggi dari pada sumber protein
nabati.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan permasalahan kesehatan yang besar di Indonesia.
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah di pembuluh darah meningkat dalam jangka
waktu tertentu. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Dalam jangka waktu
yang panjang, penyakit hipertensi dapat mengganggu fungsi organorgan lain,
terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Food frequency questionnaire
atau FFQ adalah suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data kualitatif
berupa kebiasaan kebiasaan konsumsi pangan. Kebiasaan konsumsi pangan
merupakan salah satu faktor risiko munculnya masalah gizi. Berdasarkan hasil
wawancara FFQ, didapatkan resonden mengkonsumsi beberapa makanan yang
berisiko tinggi terhadap hipertensi. Pada total asupan gizi responden, terdapat hasil
lebih pada protein dan lemak, serta kurang pada karbohidrat dan energi.
B. Saran
Perlu adanya kesadaran responden dalam menjaga pola konsumsi makanan
untuk mengontrol tekanan darah. Dalam menurunkan tekanan darah dapat dengan
mengkonsumsi kalium, hal ini dikarenakan kalium meningkatkan konsentrasi cairan
intraseluler dan menarik dari bagian ekstraseluler (Fitri et al., 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah NY, Bintanah S, Kusuma HS. Hubungan asupan bahan makanan sumber serat,
asupan natrium, asupan lemak dan imt dengan tekanan darah pada pasien hipertensi
rawat jalan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. J Gizi Unimus. 2015;4(1):8–12.
Kurniawan A. Gizi seimbang untuk mencegah hipertensi [Internet]. 2012 [cited 2015 May
20]. Available from: http://gizi.depkes.go.id/ wp-content/uploads/2012/05/Gizi-
SeimbangUtk-Hipertensi.pdf
Shahar, S., Lin, C. H., & Haron, H. (2014). Development and validation of food frequency
questionnaire (FFQ) for estimation of the dietary polyphenol intake among elderly
individuals in Klang Valley. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia (Malaysian Journal of
Health Sciences), 12(2).
Sulaiman, S., Shahril, M. R., Shaharudin, S. H., Isa, N. M., & Hussain, S. N. A. S. (2008).
Semi-quantitative food frequency questionnaire for assessment of energy, total fat,
fatty acids, and vitamin A, C and E intake among Malaysian women: comparison with
three days 24-hour diet recalls. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia (Malaysian Journal
of Health Sciences), 6(2).