Anda di halaman 1dari 3

Konsep Kecukupan dan Kebutuhan Gizi

A. Kecukupan Gizi

Jumlah energi dan zat gizi yang hendaknya dikonsumsi setiap hari untuk jangka waktu tertentu
sebagai bagian dari diet normal rata-rata orang sehat menurut golongan umur, jenis kelamin,
ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencegah terjadinya defisiensi energi.

Angka Kecukupan Gizi merupakan besarnya zat gizi yang diperlukan oleh individu dalam satu
populasi agar seluruh populasi dapat hidup sehat, biasanya digunakan untuk mengoreksi
kandungan gizi dari suatu menu dengan kebutuhan setiap individu. Untuk menentukan angka
kebutuhan gizi harus dilakukan dengan cara rinci.

Adapun angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yaitu :

1. Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk.

2. Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok.

3. Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah,


industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga permasyarakatan.

4. Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat; membantu para
gtransmigrasin dan penduduk yang ditimpa bencana alam serta memberi makanan tambahan
untuk balita, anak sekolah, dan ibu hamil.

5. Menilai kecukupan persediaan pangan nasional.

6. Merencanakan program penyuluhan gizi.

7. Mengembangkan produk pangan baru di industri.

8. Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan. Biasanya dicantumkan


proporsi AKG yang dapat dipenuhi oleh satu porsi pangan tersebut.

B. Kebutuhan Gizi (requirement)

Banyaknya energi dan zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan
hidupnya serta melakukan berbagai kegiatan selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal.

Angka Kebutuhan Gizi merupakan besarnya zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar individu
tersebut dapat hidup sehat dan produktif, biasanya digunakan pada saat akan menentukan
kandungan gizi dari suatu menu yang akan direkomendasikan pada orang tertentu, seperti
pasien di rumah sakit.

Angka kebutuhan gizi nilainya cenderung lebih tinggi dari pada Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Untuk menentukan angka kebutuhan gizi maka harus menggunakan tabel AKG berdasarkan
WNPG.

Gambar 1. Tabel AKG 2013

Angka kebutuhan maupun angka kecukupan gizi berguna untuk beberapa hal sebagai berikut :

1) Menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk berdasarkan data survey
konsumsi pangan. Penilaian tersebut dilakukan dengan membandingkan zat gizi yang diperoleh
dari survey konsumsi terhadap angka kecukupannya, yang biasa disebut sebagi tingkat
konsumsi.

2) Perencanaan makanan institusi secara seimbang, seperti pemberian makan tambahan


untuk anak sekolah (PMT_AS), lembaga permasyarakatan, pantisosial.

3) Perencanaan produksi dan ketersediaan pangan wilayah. Angka kebutuhan maupun


kecukupan gizi yang dianjurkan adalah kecukupan pada tingkat fisiologi sehingga untuk tingkat
produksi sampai sampai konsumsi, diperkirakan sekitar 15%.

4) Patokan label gizi pada makanan kemasan sesuai dengan UU Pangan No. 7 Tahun 1996
bahwa setiap industry makanan wajib mencantumkan kandungan gizi, biasanya dalam
prosentase zat gizi makanan tersebut terhadap angka kecukupannya.

5) Pendidikan gizi yang dikaitkan dengan kebutuhan gizi berbagai kelompok umur, fisiologi
dan kegiatan untuk mewujudkan keluarga sadar gizi melalui gerakan pangan dan gizi.

Selain istilah angka kecukupan dan kebutuhan gizi, terdapat beberapa istilah lain tentang
standar konsumsi zat gizi, yaitu :

1. Estimated Average Requirements (EAR) adalah kebutuhan akan zat gizi yang diharapkan
memenuhi kebutuhan setidaknya 50% pada kelompok usia tertentu dalam berdasarkan
tinjauan literatur ilmiah.

2. Adequate Intake (AI) adalah jumlah zat gizi yang cukup memadai untuk suatu kelompok
demografis tertentu. Nilai AI ini digunakan ketika belum adanya angka kecukupan gizi yang
terstandar. Jumlah zat gizi yang ditentukan biasanya tidak setegas AKG/RDA.
3. Tolerable Upper Intake Levels (UL) adalah batas jumlah tertinggi zat gizi yang dapat
dikonsumsi oleh manusia sehingga penggunaannya tidak berlebihan dan berdampak bahaya
bagi tubuh.

4. Suggested Dietary Target (SDT) adalah jumlah zat gizi yang dibutuhkan untuk mencegah
atau mengurangi resiko penyakit degeneratif.

5. Estimated Energy Requirement (EER) adalah jumlah energi yang diperlukan untuk menjaga
berat badan dan memelihara kesehatan berdasarkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan dan aktifitas.

6. Acceptable Macronutrient Distribution Ranges (AMDR) adalah rentang asupan untuk


sumber energi (karbohidrat, lemak dan protein) yang berhubungan dengan penurunan resiko
penyakit kronis. Jika seseorang mengkonsumsi lebih dari AMDR maka memiliki resiko terkena
penyakit kronis. Asupan dalam AMDR ini ditetapkan dalam persentase dibandingkan dengan
kebutuhan total energi.

Faktor - faktor yang mempengaruhi kecukupan dan kebutuhan gizi

Kebutuhan pangan dan gizi berbeda-beda antar individu, karena dipengaruhi oleh beberapa hal
sebagi berikut :

1) Tahap perkembangan

Meliputi kehidupan sebelum lahir, sewaktu bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan
lansia. Kebutuhan gizi semakin bertambah pada saat bertambahnya usia dan meningkatnya
aktivitas tubuh dan menurun pada saat usia dewasa (40 s.d 60 tahun). Zat gizi dimamfaatkan
untuk mengganti/memperbaiki jaringan yang rusak. Dengan demikian kebutuhan energy
menurun dan protei meningkat.

Daftar Rujukan

http://izzatulmuslimahd3-a.blogspot.com/2013/11/kebutuhan-gizi-dan-kecukupan-gizi.html?
m=1

http://giziklinikku.blogspot.com/2016/09/kecukupan-zat-gizi.html?m=1

2.
https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/kebutuhan-gizi-remaja/

Anda mungkin juga menyukai