Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PANGAN GIZI DAN HASIL TERNAK

RESUME 3 JURNAL

Dosen Pengampu: Metha Monica, S.Pi,M.P

Nama: Devi Novita Sari


Nim: E10020179
Kelas: E Peternakan

PRODI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
JURNAL: FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI (2014)

PENDEKATAN RAWAN PANGAN DAN GIZI: BESARAN, KARAKTERISTIK,


DAN PENYEBABNYA

istilah rawan gizi menurut DKP dan WFP 2009 mendefinisikan ketahanan gizi
sebagai akses fisik, ekonomi, lingkungan, dan sosial terhadap makanan seimbang, air layak
minum, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan dasar, dan Pendidikan dasar Khomsan
(2008) mengungkapkan bahwa rawan pangan akan memunculkan rawan gizi Oleh karena itu,
di manapun terjadi kerawanan pangan, maka akan berisiko kekurangan gizi. Ketahanan gizi
adalah cermin asupan gizi dan status gizi masyarakat yang menjadi input bagi terbentuknya
individu yang sehat.
Munculnya masalah gizi yang dialami negara-negara berkembang adalah indikasi
lemahnya ketahanan pangan dikalangan penduduknya. Pendapatan yang rendah
mengakibatkan masyarakat tidak dapat mengakses makanan yang dapat memenuhi kebutuhan
gizi. Dampaknya, kekurangan gizi mengancam anak-anak balita yang merupakan kelompok
rawan (vulnerable group) (Khomsan, 2008).
Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan (standar) yang telah
ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.
Jika sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan
gizi buruk. Analisis gizi kurang atau lebih sering fokus pada kasus untuk anak balita karena
mereka lebih sensitif terhadap kekurangan zat gizi dibandingkan orang dewasa.Penyebabnya
adalah konsumsi makanan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi (akut) sebagaiakibat
tidak cukup persediaan pangan dan pola asuh anak tidak memadai, serta sanitasi/air bersih,
dan pelayanan kesehatan dasar tidak memadai (Kemenkes, 2013)
sementara itu, BKP (2013) mengemukakan bahwa kerawanan pangan dapat
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: (a) tidak adanya akses secara ekonomi bagi
individu/rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup; (b) tidak adanya akses secara
fisik bagi individu rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup; (c) tidak
tercukupinya pangan untuk kehidupan yang produktif individu/rumah tangga; dan (d) tidak
terpenuhinya pangan secara cukup dalam jumlah, mutu, ragam, keamanan, serta
keterjangkauan harga.
seseorang yang berada di bawah garis kemiskinan termasuk rawan pangan Selain
kesehatan, masalah gizi sangat erat kaitannya dengan masalah pangan, sehingga ada
keterkaitan antara rawan pangan dan rawan gizi. untuk mengatasi kekurangan gizi
memerlukan tindakan terpadu di berbagai sektor. Strategi penanganan rawan pangan dan
rawan gizi terkait dengan pilar-pilar ketahanan pangan dan gizi, yakni mencakup produksi
dan ketersediaan pangan, distribusi dan akses pangan, konsumsi dan keamanan pangan, serta
status gizi masyarakat
JURNAL: Jurnal Gizi Indonesia Tahun 2017

Hubungan pengetahuan gizi, tingkat kecukupan zat gizi, dan aktivitas fisik dengan
status gizi pada guru SMP

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi.Apabila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah yang cukup maka kesehatan
dapat terjaga, mampu melakukan aktivitas fisik dengan optimal, dan membantu mencegah
terjadinya penyakit. Sebaliknya bila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah terlalu banyak atau
sedikit, maka tubuh akan beradaptasi untuk mencapai keadaan homeostatik sehingga fungsi
fisiologis dapat terganggu. Sebaran subjek berdasarkan status gizi Tingkat kecukupan energi
dan zat gizi diperoleh dengan cara membandingkan asupan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi melalui food recall 2x24 jam dengan kebutuhan gizi setiap subjek. Rata-rata
konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro.
aktivitas fisik subjek pada hari sekolah dibagi menjadi tiga kategori yaitu sangat
ringan, dan sedang.Sebaran subjek berdasarkan aktivitas pada hari sekolah. Lebih dari
separuh subjek ketika hari sekolah memiliki tingkat aktivitas fisik ringan (71,4%). Hal ini
diduga karena sebagian besar jenis kegiatan yang dilakukan oleh subjek di sekolah tergolong
kedalam aktivitas ringan (sedentary). Berdasarkan data recall aktivitas fisik pada hari
sekolah, sebagian besar waktu subjek pada hari sekolah banyak digunakan untuk mengajar
dan duduk untuk mengoreksi tugas Recall aktivitas fisik juga dilakukan pada hari libur.
Aktivitas fisik subjek pada hari libur dibagi menjadi empatkategori yaitu sangat ringan,
ringan, sedang dan berat.Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik hari libur
Peningkatan status gizi berhubungan dengan penurunan aktivitas fisik jangka panjang,
dimana antara status gizi dan aktivitas fisik memiliki hubungan yang saling
memengaruhi.Aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap kejadian obesitas. Semakin
sedikit penggunaan waktu untuk melakukan aktivitas sedangdan berat, maka peluang
terjadinya obesitas semakin besar. Semakin banyak aktivitas maka semakin banyak kalori
yang digunakan sehingga tubuh menjadi ideal atau justru lebih kurus, tetapi apabila kurang
beraktivitas tubuh akan cenderung menyimpan kelebihan kalori sehingga terjadi kelebihan
berat badan.
Individu dengan status gizi overweight dan obesitas berhubungan dengan rendahnya tingkat
kebugaran diduga karena sebagian besar subjek memiliki tingkat konsumsi energi dan
karbohidrat yang defisit. pabila konsumsi karbohidrat kurang, maka seseorang
akankekurangan energi dan merasa lemah sehingga tidak maksimal dalam melakukan
aktivitas.
Pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan
makanan yang akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu. Semakin tinggi
pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Hasil uji korelasi
Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan
status gizi.
JURNAL: JURNAL AGRIBEST TAHUN 2017

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTAHANAN


PANGAN RUMAH TANGGA MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN PUGER
KABUPATEN JEMBER

Ketahanan Pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah, maupun mutunya, aman,
merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan merupakan hal yang penting dan strategis, karena
berdasarkan pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa tidak ada satu negarapun
yang dapat melaksanakan pembangunan secara mantap
sebelum mampu mewujudkan ketahanan pangan terlebih dahulu. Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengamanatkan bahwa pemerintah bersama
masyarakat mewujudkan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 68 Th. 2002)
Tingkat kecukupan energi (TKE) yaitu perbandingan antar jumlah energi yang
dikonsumsi semua anggota rumah tangga dengan tingkat kecukupan energi yang dibutuhkan
oleh anggota rumah tangga tersebut per orang per hari.
Konsumsi Energi
TKE = --------------------- x 100%
Kecukupan Energi
Tingkat kecukupan protein (TKP) yaitu perbandingan antar jumlah protein yang
dikonsumsi semua anggota rumah tangga dengan tingkat kecukupan protein yang dibutuhkan
oleh anggota rumah tangga tersebut per orang per hari
Konsumsi Protein
TKP = ---------------------- x 100%
Kecukupan Protein
Tingkat ketahanan rumah tangga ditentukan berdasarkan kriteria (Sukandar 2001),
yaitu : (1) Tidak tahan pangan bila tingkat kecukupan energi atau protein dibawah 75% (2)
Tahan pangan bila tingkat kecukupan energi atau protein antara 75-100% (3) Sangat tahan
pangan bila tingkat kecukupan energi atau protein diatas 100%.
Dari perhitungan tersebut di dapat Angka Kecukupan Gizi pada masyarakat Nelayan
di Kecamatan Puger Kota Jember adalah sebesar 102,9431767, berarti masyarakat tersebut
termasuk sangat tahan pangan
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan rumah tangga
masyarakat Nelayan adalah konsumsi ikan laut, jumlah anggota keluarga, dan tingkat
konsumsi beras berdasarkan tingkat kecukupan energi

Anda mungkin juga menyukai