Disusun oleh:
Nama : I’in Inayatul Yasiroh
NIM : 18/423623/GE/08672
250000000
200000000
150000000
100000000
50000000
0
1971 1980 1990 1995 2000 2010 2015
Jumlah Penduduk
Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000,
2010, dan 2015
Sumber: Badan Pusat Statistika Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000,
2010, 2015 dan SUPAS 1995
Konsumsi beras akan terus meningkat sejalan dengan jumlah penduduk yang
semakin meningkat. Hal tersebut mendorong pemeirntah untuk melaksanakan
kebijakan pangan yaitu menjamin ketahanan pangan yang meliputi pasokan,
diversifikasi, keamanan, kelembagaan, dan organisasi pangan dimana kebijakan
tersebut diperlukan untuk meningkatkan kemandirian pangan (Arifin, 2004). Pangan
merupakan kebutuhan dasar penduduk yang paling utama dan pemenuhannya
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undnag
Dasar Negara Indonesia 1945. Pembangunan yang mengabaikan keswadayaan
kebutuhan dasar penduduk akan berdampak negatif dimana suatu negara akan
bergantung pada negara lain. Hal tersebut akan memicu suatu negara untuk
menerapkan kebijakan impor pangan.
Pemenuhan kebutuhan pangan terkait dengan upaya peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat. Kualitas kesehatan masyarakat yang bagus dipicu oleh
pemenuhan kebutuhan pangan yang maksimal sehingga diperoleh kualitas sumberdaya
manusia (SDM) yang memiliki kualitas yang bagus pula, daya saing tangguh, dan
unggul sebagai bangsa. Sumber daya manusia (SDM) berkualitas digambarkan sebagai
manusia sehat yang cerdas, produktif dan mandiri (Menkes, 2005). Pangan berperan
sebagai penentu daya saing bangsa yang memiliki peran penting dalam pencapaian
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut laporan United Nation Development
dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RANPG) 2011-2015 menunjukkan
bahwa IPM Indonesia dikategorikan dalam medium human development dan
menduduki peringkat 108 dari 182 negara, lebih rendah dibandingkan beberapa negara
ASEAN, seperti Malaysia, Thailand atau Filipina (BAPPENAS, 2011).
Konsumsi Beras Per Kapita Indonesia Tahun
2014, 2015, 2016, 2017, 2025, dan 2045
120
100
80
60
40
20
0
2014 2015 2016 2017 2025 2045
Tabel 2. Konsumsi Per Kapita Indonesia Tahun 2014, 2015, 2016, 2025, dan 2045
Sumber: Kementrian Pertanian Republik Indonesia
Berdasarkan grafik 3. menunjukkan bahwa konsumsi perkapita penduduk
Indonesia mengalami kenaikan namun pada tahun 2017 mengalami penurunan.
Berdasarkan asumsi konsumsi berkapita beras semakin tinggi karena pada tahun
sebelumnya konsumsi beras semakin tinggi. Konsumsi beras diperkirakan naik 1,5%
menjadi 99,08 kilogram per kapita pada 2025 dan naik 2% menjadi 99,55 kilogram per
kapita pada 2045 (Arifin., dkk, 2018). Penduduk Indonesia juga akan semakin
meningkat membuat kebutuhan pangan meningkat juga. Berdasarkan hal tersebut,
diperlukan adanya kebijakan pemerintah yang baik dalam mempertahankan
pengelolaan pangan berupa ketahanan pangan secara berkelanjutan.
Sampai saat ini masalah kerawanan pangan masih merupakan isu penting yang
harus segera ditangani. Pada skala dunia, diperkirakan lebih dari 900 juta penduduk
dunia masih terancam kelaparan dan rawan pangan. Berdasarkan UU Pangan UU No.
18 Tahun 2012, Undang-undang pangan tersebut sangat ditekankan dalam mencapai
ketahanan pangan harus berbasis kemandirian pangan dan kedaulatan pangan.
Ketahanan pangan meliputi ketersediaan pangan, akses/distribusi pangan, dan
pemenuhan konsumsi pangan. Pemenuhan kecukupan pangan bagi setiap warga negara
Indonesia merupakan kewajiban bersama pemerintah dan masyarakat, baik secara
moral, sosial, maupun hukum. Hal tersebut dikarenakan pangan merupakan salah satu
hak asasi manusia yang sangat esensial. Pemenuhan kecukupan pangan
perseorangan/perkapita merupakan esensi dari ketahanan pangan, dan dicerminkan
oleh tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau dengan harga yang wajar, dan produktif secara
berkelanjutan (Kementrian Perdagangan, 2013). Kondisi ketahanan pangan beras yang
baik akan mewujudkan swasembada beras. Kondisi negara Indonesia sebagai negara
agraris tidak menutup kemungkinan secara teoritis mustahil tidak akan mampu
mencapai swasembada beras. Hal tersebut juga didukung dengan kesuburan tanahnya.
Indonesia sebenarnya telah mencapai swasembada beras dimana jumlah total produksi
melebihi jumlah total konsumsi. Namun, demikian aplikasi pemhaman swasembada
beras tidak sesederhana yang dipahamkan. Produksi beras di Indonesia akan meningkat
pada saat bulan Februari-Mei dimana komoditas beras mengalami surplus. Namun,
kebijakan impor yang terus terjadi oleh pemerintah mencerminkan Indonesia belum
mencapai swasembada beras. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk
mencapai swasembada beras dengan konsep ketahanan pangan secara berkelanjutan
dengan memperhatikan aspek lingkungan. Ketersediaan beras dalam negeri seharusnya
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri secara maksimal agar
kebijakan impor tidak terjadi yang kemudian kesejahteraan masyarakat dapat
terpenuhi. Memperhatikan kondisi ketahanan pangan sangatlah penting bagi suatu
negara. Swasembada beras memang diperlukan karena apabila impor bahan pangan
terlalu besar dan menimbulkan ketergantungan yang akut, maka secara ekonomi dan
politik tingkat ketahanan pangan Indonesia juga akan melemah seiring berjalannnya
waktu.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistika
BPS. 2015. Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045. Jakarta: Badan Pusat Statistika
Kementrian Perdagangan. 2013. Laporan Akhir Analisis Dinamika Konsumsi
Pangan. Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam
Negeri