Anda di halaman 1dari 7

Machine Translated by Google

Pertanian Kontemporer, Vol. 71, No. 3-4 (2022): 179-185 DOI: 10.2478/
contagri-2022-0024 UDC: 631.147

____________________________________________________________
Karya ilmiah asli

MODEL ESTIMASI PROBIT: PENGARUH


FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PROBABILITAS
ISSN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA 2466-4774
https://www.contagri.info/

*
DIAH RETNO DWI HASTUTI , ABD. RAHIM , CITRA AYNI
KAMARUDDIN , SRI ASTUTI

Jurusan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Makassar, Indonesia *Koresponden : Dikirim: 20.02.2022.
diah.retno@unm.ac.id Diterima: 26.04.2022.

RINGKASAN Kata kunci:


estimasi keuntungan,
Ketahanan pangan merupakan salah satu isu strategis global dalam pembangunan suatu negara. faktor sosial
Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bone, Indonesia ini menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi, ketahanan
ekonomi terhadap probabilitas ketahanan pangan rumah tangga petani. Metode penelitian yang pangan, rumah
digunakan adalah kuantitatif dengan data cross-sectional dan analisis model dengan estimasi probit tangga petani
terurut dengan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Lokasi penelitian dipilih secara purposive
sampling, mengingat lokasi tersebut masih tergolong rawan pangan berdasarkan Laporan Atlas
Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) Kabupaten Bone. Teknik pengambilan sampel adalah
accidental sampling, dengan jumlah 84 rumah tangga petani. Temuan menunjukkan bahwa kemungkinan
tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani dipengaruhi secara positif oleh kondisi sosial ekonomi
tertentu, termasuk pendapatan rumah tangga dan tingkat pendidikan, sedangkan faktor sosial ekonomi
lainnya, seperti usia kepala rumah tangga dan jumlah kepala keluarga. anggota keluarga, tidak
berpengaruh signifikan.
Perhatian khusus pada variabel yang tidak berpengaruh nyata diharapkan dapat meningkatkan peluang
ketahanan pangan rumah tangga petani. Ada kebutuhan untuk menyediakan dan mendukung akses
informasi tentang pentingnya ketahanan pangan dan peluang ekonomi bagi banyak anggota keluarga.
Demikian pula, bantuan pangan merupakan perlindungan terhadap kerawanan pangan bagi kepala
rumah tangga yang tidak lagi dalam usia produktif.

PERKENALAN

Konsep ketahanan pangan merupakan aspek ketersediaan pangan atau kecukupan kuantitas pangan, ketahanan pangan, pemerataan
pangan, dan keterjangkauan pangan atau kenyamanan rumah tangga untuk memperoleh pangan dengan harga terjangkau (Abdullah et al., 2019).
Konsep ketahanan pangan telah tertuang dalam berbagai definisi yang dikemukakan oleh Peng & Berry (2019): ketahanan pangan
didefinisikan sebagai situasi yang terjadi ketika setiap orang, setiap saat, memiliki akses fisik, sosial dan ekonomi terhadap pangan
yang cukup, aman dan bergizi. untuk hidup aktif dan sehat. Ketahanan pangan juga menjadi pusat kebijakan sosial global dan agenda
pembangunan berkelanjutan (Rohr et al., 2021), dan merupakan salah satu isu strategis dalam pembangunan suatu negara, terutama
secara budaya, yang berarti bahwa setiap anggota rumah tangga dapat hidup sehat (Abdullah et al., 2019).

Keberlanjutan sangat penting untuk kebijakan ketahanan gizi pangan yang membutuhkan proses jangka panjang untuk mencapai
dampak (Escobar-Alegria et al., 2022). Keberlanjutan melibatkan ekologi, keanekaragaman hayati dan indikator perubahan iklim supra-
nasional/regional, serta faktor sosial budaya dan ekonomi (Berry et al., 2015). Indikator-indikator ini akan mempengaruhi ketahanan
pangan generasi mendatang. Perkembangan terkini menekankan pentingnya ketahanan pangan, yang dapat dianggap sebagai
dimensi ketahanan pangan jangka panjang (Peng & Berry, 2019). Lebih lanjut, Peng & Berry (2019) mengatakan

______________________________________________________________________________
179
© 2022 Penulis. Ini adalah artikel akses terbuka yang dilisensikan di bawah Lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-
NoDerivatives 3.0 (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/3.0/).
Machine Translated by Google

Hastuti dkk. Pertanian Kontemporer, 71(3-4): 179-185, 2022.

____________________________________________________________
bahwa empat dimensi ketahanan pangan telah diidentifikasi pada tingkat yang berbeda, termasuk (1) ketersediaan nasional, (2) aksesibilitas
rumah tangga, (3) pemanfaatan individu, dan (4) stabilitas, yang dapat dianggap sebagai dimensi waktu yang mempengaruhi semua
tingkatan. Keempat dimensi ini harus utuh untuk ketahanan pangan yang utuh.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) bertujuan untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang lebih baik,
serta mempromosikan pertanian berkelanjutan (Diehl et al., 2019). Studi ketahanan pangan sangat penting karena membantu individu,
termasuk membantu individu melawan risiko penyakit bawaan makanan yang mempengaruhi kesehatan manusia, yang dapat mengakibatkan
alergi atau bahkan kematian. Pertanian juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekspor-impor, perekonomian nasional, dan
mata pencaharian masyarakat (Hilemelekot et al., 2021). Pertanian berdampak positif terhadap ketahanan pangan rumah tangga (Diehl et
al., 2019). Tumbuh makanan dapat menawarkan perlindungan terhadap kerawanan pangan dengan meningkatkan kuantitas, kualitas, dan
keragaman pilihan makanan.
Ketahanan pangan tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, yaitu pangan yang aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau, yang tidak bertentangan dengan agama atau budaya masyarakat serta dijamin produktif dalam cara yang
berkelanjutan. Studi ketahanan pangan telah dikorelasikan dengan Penghidupan Berkelanjutan di beberapa negara berkembang, termasuk
Uganda, Malaysia, dan Ethiopia, untuk mengatasi masalah pangan (Manlosa et al., 2019; Sasanti & Purwaningsi, 2021). Selain itu, sebuah
studi tentang pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan pokok terpilih dilakukan di Nigeria (Ndubueze-Ogaraku et al., 2016).

Ketahanan pangan di Indonesia berfokus pada penyediaan pangan di tingkat daerah serta rumah tangga dan individu, khususnya di
Kabupaten Bone sebagai daerah penelitian. Laporan Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kabupaten Bone mengidentifikasi
beberapa desa di Kecamatan Libureng yang masih tergolong rawan pangan (Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bone, 2019). Meskipun
rumah tangga petani di daerah ini telah mampu menghasilkan beras sebagai makanan pokok, namun masih diperlukan lebih banyak lagi
untuk menjamin daerah tersebut menjadi ketahanan pangan. Ketersediaan pangan yang cukup di masyarakat belum tentu mencerminkan
ketahanan pangan rumah tangga. Berdasarkan alasan tersebut, determinan-determinan ketahanan pangan rumah tangga petani dipilih
sebagai isu kritis kajian ini.
Beberapa penelitian telah dilakukan di berbagai negara mengenai masalah ini. Di antaranya, kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
ketahanan pangan rumah tangga petani kecil di Distrik Mudzi, Zimbabwe, meliputi faktor sosial ekonomi, kepemilikan ternak, dan akses
informasi pasar (Mango et al., 2014). Demikian pula, faktor penting yang menentukan kerawanan pangan rumah tangga di Pakistan meliputi
faktor sosial ekonomi, pengiriman uang, pengangguran, inflasi, aset, dan penyakit (Abdullah et al., 2019). Dari perspektif penghidupan
berkelanjutan, faktor-faktor penentu ketahanan pangan rumah tangga diidentifikasi menggunakan rangkaian data time-lapse, termasuk faktor
sosial ekonomi, risiko bencana alam, akses informasi, dan partisipasi arisan (Sasanti & Purwaningsi, 2021 ) . Namun penelitian tentang
determinan sosial ekonomi terhadap probabilitas ketahanan pangan di pedesaan dengan menggunakan model estimasi probit terurut
menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) pada data cross sectional belum pernah dilakukan. Kajian di atas digunakan
sebagai asumsi dalam pemilihan variabel penelitian untuk menentukan probabilitas ketahanan pangan rumah tangga petani.

BAHAN DAN METODE

Metode utama penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan survey. Penelitian ini dilakukan di Desa Ponre-ponre Kecamatan
Libureng Kabupaten Bone (Gambar 1). Lokasi penelitian dipilih secara purposive sampling, mengingat lokasi tersebut masih tergolong rawan
pangan berdasarkan Laporan Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kabupaten Bone (Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bone,
2019). Selain itu, sebagian besar penduduknya adalah petani, dan beras merupakan komoditas unggulan di sektor pertanian. Sampel
sebanyak 84 rumah tangga petani diambil berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10% dari total populasi 500 rumah tangga.
Berdasarkan dimensi waktu, data cross sectional bersumber dari data primer. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi
langsung dan wawancara dengan petani menggunakan kuesioner yang dilakukan secara accidental sampling.

Teknik analisis data berdasarkan indikator klasifikasi silang pangsa pengeluaran pangan digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi probabilitas ketahanan pangan rumah tangga petani di lokasi penelitian dengan menggunakan model estimasi probit (Gujarati
& Porter, 2009) sebagai berikut:

Pi ÿ
FSHE ÿ ÿ 0ÿ ÿ ÿ 2HHInc EdHH
ÿ 1NFM AgHH ÿ ÿ e3 ÿ ÿ1 ÿ
1 ÿ

Pi

dimana FSHE adalah tingkat ketahanan pangan dengan pengeluaran pangan rumah tangga (1 untuk ketahanan pangan dan 0 untuk
kerawanan pangan berdasarkan proporsi pengeluaran 60%). ÿ0 adalah perpotongan; ÿ1,...,ÿ3 adalah koefisien regresi variabel bebas; ÿ1
adalah koefisien regresi variabel dummy; dan Pi adalah probabilitas dengan nilai antara 1

______________________________________________________________________________
180
Machine Translated by Google

Hastuti dkk. Pertanian Kontemporer, 71(3-4): 179-185, 2022.


____________________________________________________________
dan 0. NFM adalah jumlah anggota keluarga (orang); AgHH adalah umur kepala rumah tangga (tahun); HHInc adalah
pendapatan kepala rumah tangga (Rp); dan EdHH adalah dummy tingkat pendidikan kepala rumah tangga (1 untuk SMA dan
0 untuk lainnya).

Gambar 1. Peta Desa Ponre-ponre Kecamatan Libureng Kabupaten Bone


Sumber: (Badan Pusat Statistika Kabupaten Bone, 2020)

Penyelesaian regresi model logit dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) yaitu uji Likelihood
Ratio Index (LRI) dan Likelihood Ratio (LR) digunakan untuk mengukur akurasi model yang dinyatakan dengan persentase
variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. LRI ini setara dengan koefisien determinasi (R2 ) dalam OLS.
2 atau Mc. R Fadden 2
Nilai LRI = R atau disingkat R 2mcF (Borooah, 2002) dengan rumus sebagai berikut:

2
LRI R mcF
ÿ
1 LnL/ LnLo ÿÿ

dimana LRI adalah Likelihood Ratio Index atau Mc. R Fadden2 ; LnL adalah nilai maksimum dari fungsi kemungkinan log tanpa
batasan (melibatkan semua parameter termasuk variabel bebas); dan LnLo adalah nilai maksimum dari fungsi log-likelihood
dengan model restriksi (tanpa melibatkan variabel bebas atau nilai koefisien dari semua parameter (a,b,...,1 = 0). Uji LR
digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh dari semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat,
dengan rumus sebagai berikut:

LRI ÿ ÿ2(LnL ÿ LnLo)

HASIL DAN DISKUSI

Uji Likelihood Ratio Index (LRI) ekuivalen dengan koefisien determinasi (R2 ) pada regresi OLS.
Nilai R-Square pada regresi adalah 0,5612 (Tab. 1). Nilai tersebut berarti variabel bebas sebesar 56,12% dapat menjelaskan
tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani. Variabel di luar model menjelaskan sisanya sebesar 43,98%.
Selanjutnya uji Likelihood Ratio setara dengan uji F pada OLS. Uji ini untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai uji adalah 52,6451 dan 0,000 pada nilai probabilitas. Artinya variabel
bebas (jumlah anggota keluarga, umur kepala rumah tangga, pendapatan, dan tingkat pendidikan) berpengaruh terhadap
tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani atau rumah tangga yang berpeluang tahan pangan.

______________________________________________________________________________
181
Machine Translated by Google

Hastuti dkk. Pertanian Kontemporer, 71(3-4): 179-185, 2022.

____________________________________________________________
Tabel 1. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Probabilitas Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Variabel Independen
Uji-Z ES Jumlah Anggota Keluarga -0.8108
Dummy Koefisien
Usia Pendidikan
Kepala Rumah
Kepala
Tangga
Rumah
Pendapatan Rasio
Tangga Intercept
Kepala Peluang
Rumah Tangga
+ -0,0361ns 0,6605
+ -0,0003ns -0,0066 0,9997
+ 0,0001*** 3,3401 1,0000
+ 2,3627** 2,1178 13,5339
14,4946
0,5612
Tes 2 R 52,6451
LR Prob. 0,0000
*** ** n
Legenda: - signifikansi kesalahan tingkat 1%; - signifikansi kesalahan tingkat 5%; - bukan

signifikan; ES - tanda harapan

Selanjutnya variabel sosial ekonomi dalam penelitian ini digunakan untuk mempengaruhi probabilitas ketahanan pangan yang
meliputi jumlah anggota keluarga, umur kepala rumah tangga, pendapatan, dan pendidikan (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Petani


TIDAK. Karakteristik Sampel Frekuensi Persentase
1. Usia kepala rumah tangga (tahun)
25 - 29 4 4.76
30 - 34 6 7,14
35 - 39 20 23,81
40 - 44 14 16,67
45 - 49 19 22,62
50 - 54 12 14,29
55 - 59 9 10,71
Jumlah total 84 100,00
Rata-rata 43 tahun
2. Pendidikan (tahun)
SMA ke atas 28 33,33
SMP di tingkat bawah 56 66,67
Jumlah total 84 100,00
3. Jumlah anggota keluarga (orang) 2 3 4 5 6
7 9,52
8 21,43
18 32,15
27 28,57
24 4 4,76
3,57
Jumlah total 3 84 100,00
4 orang
4. Pendapatan Rata-Rata
(Rp/bulan) y < 1.500.000 14 16,67
1.500.000 < y ÿ 3.000.000 57 67,86
3.000.000 < y ÿ 4.500.000 7 8,33
4.500.000 < y ÿ 6.000.000 4 4,76
6.000.000 < y ÿ 7.500.000 2 2,38
Jumlah Rata-rata 84 100,00
Rp 2.354.214,00

Ketahanan pangan yang dimaksud adalah food security atau kerawanan pangan. Jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh
terhadap probabilitas ketahanan pangan dalam konsumsi pangan (Tabel 1). Hal ini disebabkan jumlah anggota keluarga yang
banyak yaitu 5-7 orang (Tabel 2), kebutuhan pangan yang sangat banyak, dan rentan terhadap kerawanan pangan. Semakin besar
jumlah anggota keluarga, semakin banyak pendapatan yang dihabiskan untuk makanan, sehingga terjadi kerawanan pangan.
Sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga, semakin sedikit pendapatan yang dikeluarkan untuk membuat ketahanan pangan.
Dalam sampel yang paling banyak adalah keluarga dengan ART sebanyak 4 orang (frekuensi 27 atau 32,15%). Keluarga dengan
tujuh anggota rumah tangga adalah yang paling jarang (frekuensinya 3 atau 3,57%). Menurut Rahim et al. (2021a), anggota
keluarga seperti istri dan anak berperan penting dalam diversifikasi rumah tangga dalam mencari dan meningkatkan sumber pendapatan rumah tangga
Demikian juga dengan umur kepala rumah tangga tidak berpengaruh terhadap probabilitas tingkat ketahanan pangan (Tabel 1).
Kepala keluarga yang lebih tua (petani) akan mengurangi konsumsi pangan sehingga mereka aman pangan. Di sisi lain, temuan dari

______________________________________________________________________________
182
Machine Translated by Google

Hastuti dkk. Pertanian Kontemporer, 71(3-4): 179-185, 2022.

____________________________________________________________
Abdullah dkk. (2019) di Bangladesh menunjukkan bahwa usia mempengaruhi kerawanan pangan. Secara empiris, rata-rata usia kepala rumah
tangga dalam penelitian kami paling banyak 35-30 tahun pada 20 keluarga (23,81%). Jumlah keluarga terkecil memiliki kepala rumah tangga
berusia 25-29 tahun (4 keluarga atau 4,76%). Petani masih dalam usia produktif, usia terendah 25 tahun dan tertinggi 59 tahun (Tabel 2). Usia
sangat mempengaruhi keputusan pengelolaan ekonomi rumah tangga, terutama pengeluaran konsumsi, baik makanan maupun non makanan
(Rahim et al., 2021b).

Pi
ÿ
FSHE ÿ
14,4946 0,0361 NFM
ÿ ÿ

0,0003 AgHH 0,0001 HHInc 2,3627 EdHH e ÿ ÿ ÿ


1 ÿ

Pi

Pendapatan rumah tangga petani berpengaruh positif terhadap probabilitas ketahanan pangan (Tabel 1). Pendapatan merupakan faktor utama
dalam ketahanan pangan rumah tangga. Pendapatan berarti daya beli untuk kebutuhan rumah tangga seperti membeli makanan dan non
makanan. Hasil ini sejalan dengan temuan Fami et al. (2021) di Kota Teheran, Iran, dan Ndubueze-Ogaraku dkk. (2016) di Northeastern Ika
Regional Government Area Delta State, Nigeria, khususnya untuk makanan pokok. Semakin tinggi pendapatan maka daya beli pangan semakin
tinggi, sehingga tingkat ketahanan pangan juga semakin tinggi. Sebaliknya jika pendapatan rendah maka daya beli pangan akan menurun
sehingga ketahanan pangan akan rendah. Secara empiris, rata-rata pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Bone adalah Rp 2,3 juta per
bulan. Pendapatan rumah tangga petani minimal atau terendah adalah Rp 660 ribu, dan pendapatan maksimal atau tertinggi adalah Rp 7,5 juta.
Jumlah rumah tangga petani terbanyak memiliki tingkat pendapatan antara Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta atau 67,86%, sedangkan jumlah rumah
tangga terkecil berada pada tingkat pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 7,5 juta atau 2,38% (Tab.

2). Pendapatan rumah tangga dari pekerjaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi kerawanan pangan (Loopstra & Tarasuk, 2013).
Tingkat pendidikan kepala rumah tangga berpengaruh positif terhadap probabilitas ketahanan pangan. Meskipun tingkat pendidikan petani masih
SMA, namun pengetahuan tentang manfaat ketahanan pangan sudah banyak. Hal ini dapat memberikan peluang bagi rumah tangga petani
untuk berada pada kategori ketahanan pangan. Secara empiris, 56 orang (66,67%) berpendidikan SLTP, dan lebih dari 28 orang (33,33%)
berpendidikan SLTA ke atas. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Abdullah et al. (2019) di Pakistan bahwa tingkat pendidikan kepala
rumah tangga (suami) berpengaruh positif terhadap status ketahanan pangan. Semakin tinggi pendidikan kepala keluarga maka ketahanan
pangan rumah tangga akan semakin baik. Tingkat pendidikan istri juga mendukung ketahanan pangan karena memberikan tambahan pendapatan
rumah tangga dan mengatur pengeluaran pangan dalam rumah tangga. Pendidikan formal juga dapat membantu mengatur pengeluaran
keuangan keluarga (Rahim et al., 2021c).

Diskusi tentang ketahanan pangan rumah tangga telah menjadi fokus utama dunia dalam mengatasi masalah kelaparan global. Setiap rumah
tangga selalu berusaha memaksimalkan utilitas dalam mengkonsumsi barang dan jasa, dengan harga dan tingkat pendapatan sebagai kendala
(Hastuti et al., 2021). Rumah tangga nelayan atau petani memiliki pengaruh variabel terhadap tingkat ketahanan pangan (Rahim et al., 2018).
Rumah tangga rawan pangan cenderung mengalami kelaparan karena akses terhadap pangan kurang sehingga mempengaruhi ketersediaan
pangan (Sasanti & Purwaningsi, 2021). Kerawanan pangan pedesaan seringkali merupakan akibat dari kelangkaan pangan, yang diwujudkan
dalam malnutrisi. Sebaliknya, di lingkungan perkotaan, kerawanan pangan seringkali disebabkan oleh kualitas makanan yang buruk yang
menyebabkan defisiensi mikronutrien dan malnutrisi (Diehl et al., 2019).
Faktor yang menyebabkan rumah tangga di perdesaan lebih tahan pangan dibandingkan di perkotaan adalah karena perdesaan menghasilkan
pangan yang dapat diperoleh sendiri oleh masyarakat di pekarangan, ladang, atau sawah yang ditanam sebagai tanaman pangan. Pendapatan
riil akan turun karena kenaikan harga pangan, dengan asumsi pendapatan tetap. Kecenderungan kenaikan harga pangan disebabkan oleh
perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan dan kemarau tidak dapat diprediksi, pola tanam, dan perkiraan produksi. Naiknya harga pangan
berdampak negatif terhadap kaum miskin perkotaan dibandingkan dengan kaum miskin pedesaan karena kaum miskin kota cenderung tidak
memproduksi makanan mereka dan bergantung pada pasar untuk makanan mereka.
Selain itu, masalah ini juga terkait dengan keputusan gender. Menurut Yusof & Duasa (2010), perempuan umumnya adalah pengambil keputusan
terakhir tentang pengeluaran rumah tangga sehari-hari, sedangkan laki-laki membuat keputusan tentang rumah tangga besar.
Namun, laki-laki dan perempuan mempraktekkan otonomi dalam keputusan yang berkaitan dengan investasi keuangan. Selain itu, sebuah
penelitian di Kenya menemukan bahwa rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan masih kurang tahan pangan dibandingkan rumah tangga
yang dikepalai oleh laki-laki (Kassie et al., 2014). Kesetaraan gender di lapangan dapat memungkinkan komunikasi antara petani perempuan dan
laki-laki untuk mencapai target peningkatan produksi pangan, ketahanan pangan, dan status gizi (Ingutia & Sumelius, 2022).

KESIMPULAN DAN SARAN

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa probabilitas ketahanan pangan rumah tangga petani dipengaruhi secara positif oleh faktor
sosial ekonomi seperti pendapatan rumah tangga dan tingkat pendidikan. Sebaliknya, faktor sosial ekonomi lainnya seperti umur kepala rumah
tangga dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata.
Probabilitas tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani dalam penelitian ini ditujukan pada variabel yang tidak signifikan yaitu jumlah anggota
keluarga dan umur kepala rumah tangga. Terlepas dari

______________________________________________________________________________
183
Machine Translated by Google

Hastuti dkk. Pertanian Kontemporer, 71(3-4): 179-185, 2022.


____________________________________________________________
jumlah anggota keluarga, rumah tangga petani di perdesaan masih mengikuti adat istiadat atau mempertahankan
budaya menjamu tamu atau berbagi makanan dan minuman dengan tetangganya. Untuk itu perlu disediakan dan
didukung akses informasi tentang pentingnya ketahanan pangan dan peluang ekonomi. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga karena sebagian besar anggota keluarga masih berpendidikan
rendah SD dan SMP atau belum bersekolah. Demikian pula kepala rumah tangga berbagai usia yang tidak produktif
tidak dapat mendukung peluang tercapainya ketahanan pangan bagi rumah tangga petani. Untuk itu, dukungan
pangan adalah perlindungan terhadap kerawanan pangan dengan meningkatkan jumlah, kualitas, dan keragaman
pilihan pangan untuk hidup sehat.

Konflik kepentingan: Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak memiliki konflik kepentingan.

REFERENSI

Abdullah Zhou D., Shah T., Ali S., Ahmad W., Din IU, Ilyas A. (2019): Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga di pedesaan
pedalaman utara Pakistan. Jurnal Masyarakat Ilmu Pertanian Saudi, 18(2): 201-210.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone (2020): Kecamatan Libureng dalam Angka 2020. Tersedia di: www.bonekab.bps.go.id (diakses 14.4.2022.)

Berry EM, Dernini S., Burlingame B., Meybeck A., Conforti P. (2015): Ketahanan dan keberlanjutan pangan: dapatkah yang satu ada tanpa yang lain? Gizi
Kesehatan Masyarakat, 18(13): 2293-2302.
Borooah VK (2002): Seri Logit dan Probit (Model Terurut dan Multinomial): Aplikasi Kuantitatif dalam Sosial
Ilmu. Makalah Universitas Sage.
Diehl J., Oviatt K., Chandra A., Kaur H. (2019): Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga dan Ketahanan Pangan pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Petani Migran Perkotaan di Delhi, Jakarta, dan Quito. Keberlanjutan, 11(5): 1378.
Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bone (2019): Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten Bone Tahun 2019.
Tersedia di: www.bone.go.id (diakses 13.4.2022.)
Escobar-Alegria JL, Frongillo EA, Blake CE (2022): Bagaimana pelaku kebijakan negara memahami keberlanjutan pangan dan
kebijakan ketahanan gizi. Keamanan Pangan Global, 32: 100603.
Fami HS, Aramyan LH, Sijtsema SJ, Alambaigi A. (2021): Hubungan antara limbah makanan rumah tangga dan ketahanan pangan di kota Teheran: Peran
wanita perkotaan dalam pengelolaan rumah tangga. Manajemen Pemasaran Industri, 97: 71-83.
Gujarati DN & Porter DC (2009): Ekonometrika Dasar ( edisi ke-5). McGraw-Hill.
Hastuti DRD, Darma R., Salman D., Santosa S., Rahmadanih (2021): Penerapan Regresi pada Model Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani.
Jurnal Pendidikan Komputer dan Matematika Turki, 12(4): 593-599.
Hilemelekot F., Ayal DY, Ture K., Terefe Zeleke T. (2021): Strategi adaptasi perubahan iklim dan variabilitas dan implikasinya terhadap Ketahanan pangan
rumah tangga: Kasus Distrik Basona Worena, zona Shewa Utara, Ethiopia. Layanan Iklim, 24: 100269.

Ingutia R. & Sumelius J. (2022): Penentu status ketahanan pangan dengan referensi petani perempuan di pedesaan Kenya. Ilmiah
Afrika, e01114.
Kassie M., Ndiritu SW, Stage J. (2014): Apa yang Menentukan Ketimpangan Gender dalam Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kenya? Aplikasi
Regresi Perlakuan Switching Eksogen. Pembangunan Dunia, 56: 153-171.
Loopstra R. & Tarasuk V. (2013): Kerawanan Kerawanan Pangan Rumah Tangga Sensitif terhadap Perubahan Pendapatan Rumah Tangga dan Status
Pekerjaan pada Keluarga Berpenghasilan Rendah. Jurnal Nutrisi, 143(8): 1316-1323.
Mango N., Zamasiya B., Makate C., Nyikahadzoi K., Siziba S. (2014): Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga di kalangan
petani kecil di distrik Mudzi Zimbabwe. Pembangunan Afrika Selatan, 31(4): 625-640.
Manlosa AO, Hanspach J., Schultner J., Dorresteijn I., Fischer J. (2019): Strategi penghidupan, aset modal, dan ketahanan pangan
di pedesaan barat daya Ethiopia. Ketahanan Pangan, 11(1): 167-181.
Ndubueze-Ogaraku ME, Oyita GE, Anyanwu SO (2016): Analisis Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga pada Makanan Pokok Terpilih di Wilayah
Pemerintah Daerah Timur Laut Ika Negara Bagian Delta, Nigeria. Jurnal Penelitian Langsung Ilmu Pertanian dan Pangan, 4(10): 300-307.

Peng W. & Berry EM (2019): Konsep Ketahanan Pangan. Dalam: Ensiklopedia Ketahanan dan Keberlanjutan Pangan, Elsevier, hal.
1-7.
Rahim A., Hastuti DRD, Bustanul N. (2018). Estimasi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Nelayan Skala Kecil di Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian dan
Sosial Ekonomi Rusia, 11(83): 375-383.
Rahim A., Hastuti DRD, Firmansyah, Syam U. (2021b): Sosial Ekonomi dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Nelayan Skala Kecil antara Wilayah
Pesisir Perkotaan dan Pedesaan. Dalam: Tren Penelitian Perikanan dan Ilmu Perairan, Vol. 11, hlm. 1-23.

Rahim A., Malik A., Hastuti DRD, Syam U., Marhawati (2021c): Model Estimasi Regresi Rumah Tangga Pasca Pemberdayaan dengan Teori Fungsi
Konsumsi. Seri Konferensi IOP: Ilmu dan Teknik Material, 1088(1): 012052.

Rahim A., Rossali W., Laapo A., Sabar W., Syam U., Rijal S. (2021a): Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Pos
Pemberdayaan Istri Nelayan Skala Kecil. Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan, 1-6.
Rohr V., Blakley J., Loring P. (2021): Sebuah kerangka kerja untuk menilai ketahanan pangan dalam penilaian lingkungan strategis regional.

______________________________________________________________________________
184
Machine Translated by Google

Hastuti dkk. Pertanian Kontemporer, 71(3-4): 179-185, 2022.


____________________________________________________________
Tinjauan Penilaian Dampak Lingkungan, 91: 106674.
Sasanti IA & Purwaningsi Y. (2021): Penentu Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penyandang Disabilitas di Indonesia: Perspektif
Penghidupan Berkelanjutan. Jurnal Internasional Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, 5(8): 122-138.

Yusof SA & Duasa J. (2010): Pengambilan Keputusan Rumah Tangga dan Pola Pengeluaran Pria dan Wanita Kawin di
Malaysia.Journal of Family and Economic Issues, 31(3): 371-381.

______________________________________________________________________________
185

Anda mungkin juga menyukai