Disusun Oleh :
TANGERANG SELATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai
gizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh manusia seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak,
vitamin, mineral, serta memiliki daya cerna yang tinggi. Telur merupakan
bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Hal ini ditandai dengan rendahnya
zat yang tidak dapat diserap setelah telur dikonsumsi. Akan tetapi disamping
bernilai gizi tinggi, telur juga mempunyai sifat yang kualitasnya mudah rusak.
Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu tindakan atau usaha-usaha bidang
teknologi kualitas dan penanganan pasca produksi telur. Tindakan ini penting
agar produksi telur yang dicapai dengan segala usaha ini dapat sampai ke
konsumen dengan kualitas yang masih tetap baik.
Penurunan kualitas telur antara lain disebabkan masuknya
mikroba-mikroba perusak ke dalam isi telur melalui pori-pori kerabang telur,
menguapnya air dan gas karena pengaruh suhu lingkungan. Ruang penyimpan
yang mlembab akan menyebabkan kerabang berjamur. Daya simpan telur
sangat pendek. Jika dilakukan penyimpanan dalam suhu ruangan lebih dari
dua minggu telur akan mengalami kerusakan yang ditandai dengan kocaknya
isi telur, bila pecah isinya tidak menggumpal lagi dan putih telurnya menjadi
lebih encer. Hal ini disebabkan masuknya mikroba ke dalam telur melalui
pori-pori kulit telur.
Telur yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia umumnya
berasal dari unggas yang diternakkan. Jenis telur yang banyak dikonsumsi
adalah telur ayam, telur puyuh dan telur bebek. Telur ayam lebih banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena mudah diolah dan
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia seperti sebagai bahan pencampur
makanan, bahan pembuatan roti, obat, dan sebagainya. Telur ayam
mempunyai bentuk fisik bulat sampai lonjong dengan ukuran yang berbeda-
beda, tergantung jenis hewan, umur dan sifat genetiknya. Telur tersusun atas
tiga bagian yaitu kulit telur, putih telur dan kuning telur.
Kuning telur merupakan bagian telur terpenting, karena
didalamnya terdapat bahan makanan untuk perkembangan embrio . Telur yang
segar kuning telumya terletak ditengah-tengah, bentuknya hula dan warnanya
kuning sampai jingga Beberapa pendapat mengatakan bahwa makanan
berpengamh langsung terhadap warm kumng telur (mengandung pigmen
kuning). Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap
dibandingkan puith telur, yang terdiri dari air, protein, lemak karbohidrat,
vitamin dan mineral.
Putih telur terdiri 40% berupa bahan pada yang terdiri dan empat
lapisan yaitu : lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian dalam
clan lapisan "Chalaziferous". Kekentalan putih telur yang semakin tinggi
dapat ditandai dengan tingginya putih telur kental Hal ini menunjukkan bawa
telur kondisinya masih segar, karena putih telur banyak mengandung air, maka
bagian ini lebih mudah cepat rusak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fisiologi telur ayam?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada telur selama penyimpanan?
3. Bagaimana cara membedakan telur yang segar dengan yang busuk?
4. Bagaimana cara penyimpanan telur yang baik untuk menghindari
kerusakan?
C. Tujuan
1. Mengetahui fisiologi telur ayam.
2. Mengetahui perubahan yang terjadi pada telur selama penyimpanan.
3. Mengetahui perbedaan telur segar dan telur busuk melalui sifat
fisiologisnya.
4. Mengetahui penyimpanan telur yang baik untuk menghindari kerusakan.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Putih Telur
Nama lain dari putih telur adalah albumen telur. Putih telur
terdiri sepenuhnya oleh protein & air. Dibandingkan dengan telur
kuning, telur putih memiliki rasa (flavor) & warna yang sangat rendah.
Putih telur atau albumen mempunyai proporsi yang tinggi dalam
komposisi telur mencapai 60% dari total berat telur. Putih telur
bersifat lebih alkalis dengan pH sekitar 7,6. Komponen utama dari putih
telur adalah protein, sedangkan lemak terdapat dalam jumlah kecil.
Protein putih telur utama terdiri dari ovalbumin, conalbumin, ovomucoid,
lizozime, dan globulin. Senyawa antimikroba yang terdapat pada telur
adalah lizozime, conalbumin, dan ovoinhibitor yang berfungsi untuk
membantu memperlambat proses kerusakan telur.
Putih telur terdiri dari protein ovalbumin, konalbumin, ovomukid,
lisosim, ovidin, avoglobulin, dan ovomukin. Ovalbumin adalah protein
terbesar yang menyusun putih telur. Ovalbumin merupakan protein dalam
putih telur yang mengandung empat gugus-SH (Sulfihidril), tiga
diantaranya reaktif terhadap p-khloromerkuribensoat dan satunya reaktif
dalam denaturasi protein. S-ovalbumin merupakan turunan dari ovalbumin
akibat penyimpanan yang meningkatkan pH. Jika kandungan s-ovalbumin
meningkat maka tirisan buih akan meningkat, sehingga stabilitas buih
putih telur akan menurun.
Ovomukin merupakan glikoprotein yang mempunyai struktur
seperti gel, berwarna putih, lentur dan berserat. Terdapat di dalam lapisan
putih telur kental empat kali lebih banyak daripada yang terdapat di dalam
lapisan putih telur encer, oleh karena itu ovomukin inilah yang
memberikan struktur kental pada putih telur. Ovomukin berfungsi
menstabilkan struktur buih. Pada pengocokan yang berlebihan akan
mengakibatkan penggumpalan sebagian ovomucin dan memperkecil
elastisitas gelombang buih.
Ovoglobulin merupakan protein putih telur yang mengandung tiga
fraksi protein yaitu G1, G2, dan G3. Ovoglobulin ini berperan dalam
stabilitas buih putih telur. Protein telur, terdistribusi di dalam putih telur
dan kuning telur secara komplet dengan unsur asam amino yang seimbang.
Albumen atau putih telur menyusun kira-kira 60% dari berat telur
total. Albumen terdiri dari 4 fraksi yaitu, lapisan chalaziferous (lapisan
kental dalam), lapisan encer dalam (inner thin layer), lapisan kental luar
(firm gel-like layer), dan lapisan encer luar (outher thin layer).
a. Lapisan Chalaziferous
Lapisan putih telur tebal daerah ujung-ujung telur mengalami
differensiasi membentuk benang-benang mucin. Benang-benang mucin
ini akan berputar membelit seperti tali yang menuju ke arah ujung telur
dan disebut chalaza. Chalaza ini sangat penting untuk menjaga
kedudukan kuning telur dan embrionya selama pengeraman. Lapisan
ini menyusun 3% albumen. Lapisan ini sangat kental tetapi sangat
tipis, mengelilingi yolk dengan rapat pada sisi yang berlawanan
dengan yolk, lanjutan dari selaput ini bercabang ke arah kedua ujung
telur sebagai chalaza. Chalaza tampak seperti pintalan tali yang
berwarna keputihan. Chalaza membantu menstabilkan yolk pada posisi
sentris dan menghambat naiknya atau menempelnya yolk ke cangkang
bila telur berada dalam keadaan istirahat.
b. Lapisan Putih Telur Encer Dalam
Lapisan ini menyusun 21% (kisaran 1-40%) albumen yang
mengelilingi lapisan chalaziferous.
c. Lapisan Putih Telur Kental Luar
Lapisan ini menyusun 55% (kisaran 30-80%) albumen yang
mengalilingi lapisan putih telur encer dalam dan berperan sebagai
pembungkus lapisan putih telur encer dalam dan yolk.
d. Lapisan Putih Telur Encer Luar
Lapisan ini menyusun 21% (kisaran 10-60%) albumen. Lapisan ini
terletak di sebelah dalam membran kulit telur, kecuali pada bagian
ujung telur yang putih kentalnya melekat pada ujung telur. Prosentase
albumen kental dan encer dalam telur bervariasi pada strain, individu,
kesegaran, kondisi, dan waktu penyimpanan.
3. Kuning Telur
Kuning telur merupakan emulsi lemak dalam air dengan berat
kering sebesar 50% yang terdiri atas 65% lipid, 31% protein, dan 4%
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Protein pada kuning telur dapat
dipisahkan menjadi 2 fase yakni granula dan plasma.
Kuning telur mengandung protein berupa LDL, HDL, phosvitin,
livetin dan protein lainnya. LDL atau low density lipoprotein merupakan
protein mayor pada kuning telur yakni 65% dari total protein yang ada.
Livetin pada kuning telur adalah protein yang larut air. Lemak yang berada
dalam kuning telur adalah trigliserida, phospolipid, sterol dan cerebrosida.
Asam lemak dominan pada trigliserida ini adalah asam oleat (18:1),
linoleat (18:2), asam stearat (18:0) dan asam palmitat (16:0).
Asam lemak yang mempunyai atom C lebih dari 12 mempunyai
sifat tidak larut dalam air dingin maupun air panas. Pada telur, asam lemak
yang dominan mempunyai asam lemak lebih dari 12 atom C, sehingga
asam lemak pada telur mempunyai sifat yang tidak larut air. Phospolipid
merupakan komponen penting pada lipoprotein kuning telur. Phospolipid
merupakan ester asam lemak dan gliserol yang mengandung ion fosfat.
Phospolipid ini terdiri dari gugus hidrofilik dan gugus lipofilik. Oleh
karena itu, phospolipid menunjukkan sifat emulsifier.
Kuning telur merupakan emulsifier alami yang baik dan digunakan
secara luas dalam industri pangan. Fosfolipid kuning telur terdiri dari
fosfatidil kolin 73,00%, fosfatidiletanolamin 15,00%, lysofosfatidil kolin
5,80%, spingomyelin 2,50%, lysofasfatidil etanolamin 2,10%,
plasmalogen 0,90% dan inositol fosfolipid 0,60%. Lesitin, kolesterol,
lipoprotein dan protein adalah komponen penstabil emulsi pada kuning
telur. Lesitin mempunyai bagian yang larut dalam minyak dan bagian yang
mengandung PO43- (polar) yang larut dalam air. Oleh karena itu, lesitin
dapat digunakan sebagai emulsifier. Lesitin akan menstabilkan emulsi
minyak dalam air, sedangkan kolesterol cenderung menstabilkan emulsi
air dalam minyak, sehingga karena kadar lesitin lebih besar daripada
kolesterol dengan perbandingan 4,73 : 1 , maka kuning telur lebih mudah
Kuning telur terdiri dari 3 bagian, yaitu membran vitelin, germinal
disc, dan kuning telur.
a. Membran Vitelin
Kuning telur dibungkus oleh membran vitelin setebal 6--11 mm, terdiri
dari 4 lapis, yaitu plasma membran, inner layer, continous membrane,
dan outer layer. Membran vitelin sebagian terbentuk di ovarium, dan
lainnya dibentuk di oviduct, beratnya sekitar 50 mg. Plasma membran
dan inner layer dibentuk di ovarium, continous membrane serta outer
layer kemungkinan dibentuk di infundibulum. Plasma membran terdiri
dari 90% air, dan dari bagian padatnya 80--90% protein serta 3%
lemak.
b. Germinal Disc
Germinal disc adalah bagian kecil dari ovum yang setelah terjadi
ovulasi mengandung inti diploid zygote, dan jika tidak dibuahi adalah
sisa dari haploid pronucleus betina. Germinal disc ini terbentuk dari
sitoplasma, oocyte, dan mengandung cytoplasmic inclusions yang
penting untuk aktivitas metabolisme normal dari perkembangan
embrio. Germinal disc ini disebut blastoderm jika dibuahi dan
blastodisc jika belum dibuahi oleh sperma.
c. Kuning Telur
Kuning telur dapat dibedakan atas dua tipe, yaitu germinal disc yang
mengapung pada masa berbentuk kerucut, secara kimiawi berbeda
dengan bagian lainnya dan disebut white yolk atau latebra, sedangkan
bagian lainnya terang kekuningkuningan disebut yellow yolk. Latebra
berdiameter sekitar 5 mm terletak di tengah-tengah ovum, dan
merupakan 1--2% dari total kuning telur.
Warna kuning pada kuning telur ditentukan oleh kandungan
xantophyl dalam ransum, juga menimbulkan warna kuning pada kaki.
Salah satu indikator yang dapat menentukan kualitas telur adalah warna
kuning telur. Skor warna kuning telur dapat dinilai secara visual dengan
mengunakanyolk colour fan dengan skala 1-15. Kisaran warna kuning
telur mulai dari kuningpucat hinga kuning jinga tua. Semakin tingi skor
warna kuning telur makasemakin baik kualitas telur tersebut.
Kesimpulan
1. Fisiologi pada telur ayam meliputi bagian-bagian dari telur ayam, yaitu kulit
telur, putih telur, dan kuning telur yang masing masing tersusun ddari
komposisi yang berbeda beda dan dapat menjadi parameter kerusakan suatu
telur.
2. Perubahan yang umum antara lain penguapan air dan CO2, pembesaran ruang
udara, penurunan berat telur, penurunan berat jenis, pemecahan protein dalam
telur, terjadi perubahan dan pergerakan posisi kuning telur, pengendoran
selaput pengikat kuning telur, kenaikan pH putih telur, dan penurunan
kekentalan putih dan kuning telur. Selain itu kerusakan juga bisa terjadi akibat
kontaminasi bakteri terutama Salmonella.
3. Dengan mengetahui sifat fisiologis telur selama penyimpanan, telur busuk
dapat dibedakan dengan telur segar berdasarkan perubahan fisik yang terjadi
akibat kerusakan yaitu bau tidak sedap yang timbul, mengapung di air,
cangkang yang berubah menjadi kusam, putih telur yang tercampur dan
tingkat kekuningan telur yang menurun.
4. Penyimpanan telur sebaiknya dilakukan di suhu dingin untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella dan di letakkan pada rak agar posisi kuning
telur tetap berada di tengah. Hindari mencuci telur ketika hendak
menyimpannya dalam jangka waktu panjang, karena akan membuat pori pori
telur terbuka, di cuci ketika saat itu hendak digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
K.A Buckle, K.A, et al. 2013. Food Science. Terjemahan : Hari Purnomo Adiono.
Jakarta : UI Press.
Muchtadi, Tien R dan Sugiyono. 2014. Prinsip Proses dan Teknologi Pangan.
Bandung : Alfabeta.
B. Sarwono, Bambang A. Murtidjo, dan Ani Daryanto, 1985. Telur, pengawetan,
dan manfaatnya. Jakarta : Panebar Swadaya.
Utari, Ghina Rizky, dkk. 2012. Pengetahuan Bahan Pangan Telur. Universitas
Pasundan. Bandung.
Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hardini SYPK. 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Konsumsi
dan Telur Biologis Terhadap Kualitas Interior Telur Ayam Kampung.
Abstrak Universitas Terbuka. Fakultas MIPA.
Kusnadi. 2007. Sifat Listrik Telur Ayam Kampung Selama Penyimpanan.
Departemen Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam:
Institut Pertanian Bogor.
Muharlien. 2010. Meningkatkan Kualitas Telur Melalui Penambahan Teh Hijau
Dalam Pakan Ayam Petelur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak
Vol.5 No.1: 32-37.