Disusun Oleh:
Isti’anatul Mukarromah 1607026019
Maharotul Faiqoh 1607026047
Hazard Analysis Critical Control Point “Sayur Asem Jakarta” di Instalasi Gizi RSUD
Kota Salatiga telah dipresentasikan.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dari hidayah-Nya kita
semua. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW, keluarganya dan para sahabtnya. Serta para pengikutnya sampai pada hari
kiamat nantinya.
Pada kesempatan ini, kami telah menyelesaikan laporan Praktek Kerja Kerja Gizi
(PKG) di Instalasi Gizi RSUD Kota Salatiga . Dalam laporan ini kami akan membahas
beberapa hal terkait dengan penerapan Hazard Analysis Critical Control (HACCP) pada
Sayur Asem Jakarta.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
dan kekurangan yang kami miliki. Dorongan keluarga, bimbingan dosen, bimbingan dari
instalasi gizi RSUD Kota Salatiga, teman – teman dan berbagai pihak yang membantu kami
sehingga tulisan ini dapat terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menghaturkan
hormat dan rasa terimakasih kepada:
1. Ibu Endah Murjiwani, S.Gz., RD selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD Kota Salatiga
2. Ibu Nurul Fadhilah. AH, AMG, RD selaku pembimbing lapangan di Instalasi Gizi
RSUD Kota Salatiga
3. Ibu Intan P. Amd, S.Gz., selaku pembimbing lapangan di Instalasi Gizi RSUD Kota
Salatiga
4. Ibu Dwi Hartanti, S.Gz, M.Gizi selaku pembimbing akademik Praktek Kerja Gizi
Institusi
5. Ibu Fitria Susilowati M.Sc selaku pembimbing akademik Praktek Kerja Gizi Institusi
6. Teman – teman SI Gizi Angkatan 2016 yang selalu memberikan doa dan semangat.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan HACCP ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penuis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat.
Penulis
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayananan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit Umum adalah rumah
sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan semua jenis
penyakit (Permenkes No 75, 2014).
Rumah sakit merupakan tempat orang melakukan perawatan dan
penyembuhan dari penyakit yang dialami. Selagi dari segi medis dan farmasi,
aspek gizi juga sangat berpengaruh dalam penyembuhan suatu penyakit. Aspek
gizi di rumah sakit diatur dalam Proses Asuhan Terstandar (PAGT) yang memuat
proses asuhan gizi dari skrining, asessmen, diagonosa, intervensi dan monitoring
evaluasi (Kemenkes, 2013).
Instalasi yang terdapat di RSUD kota Salatiga merupakan
penyelenggaraan makan bagi pasien rawat inap. Dalam hal tersebut dipastikan
makanan yang diolah harus aman, berkualitas baik dan bernilai gizi tinggi. Salah
satu cara pengawasan mutu makanan yaitu dengan menerapkan Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP), sehingga makanan yang disajikan terjaga
keamanananya untuk dikonsumsi.
Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) atau analisis
bahaya dan titik kendali kritis merupakan suatu sistem manajemen yang
digunakan untuk melindungi makanan dari bahaya biologi, kimia, dan fisik.
Sistem tersebut diterapkan sebagai upaya pencegahan terhadap bahaya yang
diperkirakan dapat terjadi, dan bukan merupakan reaksi dari munculnya bahaya
(Rauf, Rusdin, 2013).
Salah satu makanan yang disajikan oleh Instalasi Gizi di RSUD Kota
Salatiga adalah Sayur Asem Jakarta. Sayur Asem Jakarta merupakan sayuran yang
disajikan untuk pasien kelas VIP, I, II, dan III yang diberikan makanan biasa pada
menu ke-7 saat makan siang. Sayur Asem Jakarta ini menjadi subyek pengamatan
HACCP yang dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui sejauh mana penerapan
HACCP pada makanan rumah sakit yang diperuntukkan bagi pasien kelas VIP, I,
II, dan III.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan HACCP pada Sayur Asem Jakarta di Instalasi
Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga yaitu Sayur Asem Jakarta
aman untuk dikonsumsi.
b. Tujuan Khusus
1) Mendeskripsikan menu Sayur Asem Jakarta
2) Menyusun bagan alir proses pembuatan menu Sayur Asem Jakarta
3) Mengidentifikasi bahaya dan pengendaliannya, serta analisis resiko pada
Sayur Asem Jakarta
4) Menyusun dan menetapkan CCP
5) Menu Sayur Asem Jakarta
6) Menyusun dan menetapkan sistem atau tindakan pemantauan setiap CCP
menu Sayur Asem Jakarta
7) Menyusun tindakan perbaikan koreksi bila terjadi penyimpangan menu
Sayur Asem Jakarta.
1.3 Manfaat
a. Bagi Instalasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
Sebagai bahan evaluasi terhadap hasil olahan yang disajikan dan dapat
mengatasi atau mengurangi penyimpangan – penyimpangan kualitas dan
keamanan makanan yang ada.
b. Bagi Mahasiswa
Memberikan suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang
telah diperoleh dan menambah pengalaman dari permaslahan yang ditemui.
c. Bagi Konsumen atau Pasien
Sebagai jaminan mutu keamanan pangan pada Sayur Asem Jakarta terutama
bagi pasien Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga.
c. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HACCP
2.1.1 Pengertian
HACCP merupakan suatu sistem yang menjamin bahwa semua
potensi bahaya pada bahan bahan pangan secara sistematis dikendalikan
pada setiap tahap pengolahan. Pada tahun 1973, FDA (Food And Drug
Asociation) mengadopsi sistem HACCP untuk memproduksi makanan
kaleng agar terhindar dari clostridium botulinum. Saat ini HACCP secara
umum telah diadopsi secara internasional, seperti Codex Alimenterius
(Komisi PBB), Uni Eropa, Canada, Australia, New Zealand dan Jepang
(Rauf, Rusdin, 2013).
Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) atau analisis
bahaya dan titik kendali kritis merupakan suatu sistem manajemen yang
digunakan untuk melindungi makanan dari bahaya biologi, kimia, dan fisik
Sistem tersebut diterapkan sebagai upaya pencegahan terhadap bahaya
yang diperkirakan dapat terjadi, dan bukan merupakan reaksi dari
munculnya bahaya. Jadi, sistem ini merupakan tindakan pencegahan
sebelum bahaya muncul (Rauf, Rusdin, 2013).
Hazard (bahaya) menunjukkan bahaya yang dapat menyebabkan
foodborne illness. Bahaya adalah kontaminasi yang tidak dapat diterima,
pertumbuhan bakteri yang tidak dapat diterima, pertumbuhan bakteri yang
tidak dapat ditoleransi, atau produk makanan yang selama proses produksi
tidak diproduksi dengan cara yang benar (Hardiansyah & Supariasa,
2016).
Titik kritis atau critical control point (CCP) adalah tindakan untuk
menentukan apakah tahapan proses pengolahan makanan dapat
mengurangi bahaya. Tahapan proses pengolahan makanan yang termasuk
CCP adalah proses pemasakan, proses pendinginan makanan, proses
pemanasan ulang, dan penyajian makanan (Hardiansyah & Supariasa,
2016).
2.1.2 Prinsip
Prinsip Sistem HACCP ada 7 prinsip diantaranya:
1. Prinsip 1 : Melakukan Analisa Bahaya (Hazard Analysis)
Mencari informasi selengkapnya mengenai bahaya apa saja yang
mungkin terjadi, kapan dan dimana.
2. Prinsip 2 : Menetukan titik – titik kendali kritis atau Critical Control
Points (CCP)
Merinci tindakan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
bahaya yang telah diidentifikasi.
3. Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis
Pada tahap berapa yang dianggap tidak membahayakan
4. Prinsip 4 : Menetapkan sistem untuk mengawasi pengendalian CCP
Bagaimana cara mengawasi ?
5. Prinsip 5 : Menetapkan tindakan perbaikan yang harus dilakukan
(apabila CCP tertentu tidak dalam kendali )
Apa yang akan dilakukan apabila terjadi kesalahan (ketidaksesuaian)
dalam proses
6. Prinsip 6 : Menetapkan prosedur verivikasi untuk memastikan bahaya
system HACCP bekerja secara efektif.
Bagaimana cara memastikan bahwa proses yang dikerjakan sudah
benar?
7. Prinsip 7 : Menetapkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan
catatan yang sesuai dengan prinsip – prinsip HACCP dan
penerapannya.
Dokumen dan catatan apa yang diperlukan untuk membuktikan bahwa
seluruh proses sudah terkendali (Surono dkk, 2018).
2.1.3 Tujuan
Tujuan dan sasaran HACCP adalah memperkecil atau
menghilangkan kemungkinan adanya kontaminasi mikroba patogen dan
memperkecil potensi mereka untuk tumbuh dan berkembang dalam produk
yang diproduksi.
2.1.4 Penerapan
Indonesia merupakan salah satu negara yang telah memiliki
pedoman penerapan HACCP yang diatur melalui SNI no 01 – 4852-1998
mengenai sistem analisis bahaya dan pengendalian titik kritis (Hazard)
serta pedoman penerapannya. Penerapan HACCP yang dimuat pada SNI
tersebut mengacu pada konsep HACCP menurut CAC (Codex
Alimentarius Comission) yang berdiri dari 12 langkah, yang 7 prinsipnya
HACCP tercakup pula di dalamnaya. Langkah – langkah penyusunan dan
penerapan sistem HACCP menurut CAC adalah sebagai berikut :
a) Pembentukan Tim HACCP
Pengenalan dan pembentukan sistem HACCP kedalam sebuah
perusahaan besar bukan merupakan hal yang mudah sehingga
diperlukan kerja sama dari berbagai ahli dibidang ilmu tertentu dan
kerja sama dari seluruh elemen perusahaan. Orang – orang yang
masuk ke dalam tim HACCP ditunjuk oleh manajemen perusahaan.
Kesuksesan sistem HACCP sangat bergantung pada pengetahuan dan
kompetensi anggota – anggota tim terhadap produk, proses, potensi
bahaya, dan sanitasi.Oleh sebab itu diperlukan adanya pelatihan
sistem HACCP sehingga hanya orang – orang yang telah memiliki
sertifikat HACCP yang dapat ditunjuk sebagai sistem HACCP
perusahaan.
b) Deskripsi Produk
PRODUK AKHIR
Nama Produk Sayur Asem Jakarta
Komposisi Kacang panjang, Kacang tanah,Labu siam, Cabai
merah, Miri, Terasi, Daun salam, Laos, Gula Pasir,
Garam, Bawang merah, Bawang Putih.
Labu Siam Bwg.Merah kupas Cabai Merah Daun Salam Asem Gula
Jawa
Kc.Panjang Kc.Tanah Bwg.Putih kupas Kemiri Laos Terasi Garam
Penerimaan 7
Pemotongan 1 Pemotongan 2 Pencucian 3
Pencucian 4
Pencucian 1 Pencucian 2
Air
Perebusan Pememaran
Penghalusan
Kc. Tanah Laos
Bumbu
Keterangan:
A. Kelompok makanan khusus yang terdiri dari makanan non steril yang
ditujukkan untuk bayi, balita, orang sakit, usia lanjut, dan ibu menyusui.
B. Makanan yang mengandung bahan atau ingredient yang sensitif terhadap
bahan biologis, kimia dan fisik.
C. Di dalam proses pengolahan makanan tidak terdapat tahapan yang dapat
membunuh mikroorganisme berbahaya atau mencegah/ menghilangkan
bahaya kimia atau fisik.
D. Makanan kemungkinan mengalami pencemaran kembali setelah pengolahan
sebelum penegemasan atau penyajian
E. Kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali atau penanganan yang salah
selama distribusi, penanganan oleh konsumen/ pasien sehingga makanan
menjadi bahaya bila dikonsumsi
F. Tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan/ penyajian atau waktu
dipersiapkan ditingkat konsumen atau pasien yang dapat memusnahkan atau
menghilangkan, menghancurkan bahaya biologis. Atau tidak ada cara lain
bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan, atau menghancurkan
bahaya kimia atau fisik.
P1 P2 P3
P1
Apakah terdapat tindakan
pencegahan untuk bahaya yang Tahap modifikasi, proses
teridentifikasi? dan produk
YA TIDAK
Apakah pengendalian pada tahap
ini diperlukan untuk keamanan YA
pangan?
TIDAK Bukan CCP Berhenti
P2
Apakah tahapan ini dapat menghilangkan
atau mengurangi potensi bahaya sampai YA
pada batas yang dapata diterima?
TIDAK
P4
YA TIDAK
Apakah tahapan berikutnya, sebelum makanan
dikonsumsi, dapat digunakan untuk menghilangkan
atau menurunkan munculnya bahaya sampai dengan
batas yang diterima?
YA TIDAK CCP
Fisik : Kebersihan Troli atau kereta Troli Petugas Troli harus Jika troli Pengecekka
debu, troli makanan makanan makanan pengawas bersih dan makanan n dan
kotoran dibersihkan setiap bersih dan memantau kering belum bersih, pencatatan
lain (dari hari kering kegiatan makan harus pembersiha
troli) menggunakan pembersihan segera n trol
clorin troli makanan dibersihkan.
setiap hari
a. PEMBAHASAN
b. KESIMPULAN DAN SARAN
c. DAFTAR PUSTAKA
Aini, K., B. Lukiati, dan Balqis. 2014. Skrining Fitokimia dan Penentuan Aktivitas
Antioksi dan serta Kandungan Total Fenol Ekstrak Buah Labu Siam (Sechium
edule (Jacq.) Sw). Prosiding seminar Workshop Nasional/Biologi/IPA dan
Pembelajarannya. Fakultas MIPA. Universitas Negeri Malang. Malang: 1004-
1009.
Ekawatiningsih, Prihastuti dkk. 2008. Restotan Jilid 1 untuk SMK. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Fatimah, Ria Nita. 2017. Mari Mengenal Bumbu Nusantara. Jakarta Timur: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Hardiansyah & Supariasa. 2016. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta : EGC
Husni & Putra Prima, 2018. Pengendalian Mutu Hasil Perikanan. Yogyakarta : Gadja
Mada University Press.
Lukiati, Betty, Siti I.M, dan Nugrahaningsih. 2016. Potensi Ekstrak Etanol Lbu Siam
(Sechium edule) untuk Perbaikan Kerusakan Sel Beta Pankreas dan Kadar
Nitrogen Oksida pada Tikus yang mengalami Diabetes Mellitus. Jurnal
Kedokteran Hewan P-ISSN: 1978-225X;E-ISSN: 2502-5600. Vol. 10 No. 1.
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Malang.
Rauf, Rusdin. 2013. Sanitasi Pangan & HACCP. Yogyakarta: Graha Ilmu
Surono dkk. 2018. Pengantar Keamanan Pangan untuk Industri Pangan. Yogyakarta :
Deepublish.