HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pada Menu Semur Daging
Disusun oleh :
Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dalam segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “HACCP PADA MENU SEMUR DAGING.” Penulis makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Hygiene Sanitasi dan
Keselamatan Kerja (HSK).
Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan materi Food Hygiene.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Hygiene Sanitasi dan
Keselamatan Kerja Ni Putu Eka Trisdayati, S.KM., M.Kes dan pihak – pihak terkait yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini. Harapan pemakalah semoga makalah ini dapat
membantu dalam menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga pe
makalah dapat memperbaiki dalam segi bentuk maupun isi makalah ini, agar kedepannya dapat
lebih baik.
Pemakalah mengakui masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Karena
pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu, pemakalah harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan saran maupun kritik yang bersifat membangun kepada penulis
untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
parameter mutu pangan yang ada. Saat ini konsumen menyadari bahwa mutu pangan
khususnya keamanan pangan tidak dapat hanya dijamin dengan hasil uji produk akhir dari
laboratorium. Mereka berkeyakinan bahwa produk yang aman didapat dari bahan. baku yang
ditangani dengan baik, diolah dan didistribusikan dengan baik akan menghasilkan produk
standar-standar keamanan pangan (Badan Standarisasi Nasional, 1998). Salah satu standar
keamanan pangan yang diakui adalah Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP).
HACCP merupakan suatu piranti (sistem) yang digunakan untuk menilai bahaya dan
pada seluruh mata rantai proses pengolahan produk pangan (Thaheer, 2005). Program
persyaratan dasar merupakan cara produksi makanan yang baik (Good Manufacturing
Practice, GMP) atau praktik higiene yang baik (Good Hygiene Practice, GHP) yang akan
dipatuhi oleh semua pelaku bisnis makanan, yang memiliki reputasi baik untuk memastikan
bahwa makanan yang diberikan pada konsumen adalah makanan yang sehat dan aman
(Prasetyo, 2000).
Sebagai konsekwensi logis, strategi pembinaan dan pengawasan mutu pada industri
pangan nasional harus bergeser ke strategi yang juga wajib memperhatikan aspek keamanan
pangan tersebut, disamping aspek sumber daya manusia, peningkatan keterampilan serta
penguasaaan dan pengembangan teknologi. Salah satu konsep dan strategi untuk menjamin
1
keamanan dan mutu pangan yang dianggap lebih efektif dan ”safe” serta telah diakui
Filosofi sistem HACCP ini adalah pembinaan dan pengawasan mutu dan keamanan pangan
dibanding dengan cara-cara tradisional (conventional) yang terlalu menekankan pada sampling
dan pengujian produk akhir di laboratorium. Sistem HACCP lebih menekankan padaupaya
HACCP merupakan salah satu upaya mengontrol kinerja proses produksi, distribusi dan
mengidentifikasi bahaya potensial pada bahan baku, produk, keberadaan bakteri atau
Di instalasi gizi Rumah Sakit BLUD Bahteramas ada beberapa hidangan yang berbahan
daging, daging termasuk kelompok atau sumber bahan makanan hewani yang memiliki
resiko bahaya yang cukup tinggi jika cara penanganannya kurang tepat. Hidangan daging
salah satunya adalah semur daging merupakan hidangan menu makan siang.
warna dan bau. Selama proses memasak, warna daging dapat mengalami perubahan dan
kurang menarik (Putra, 2008). Warna daging segar adalah warna merah terang dari
oksimioglobin, warna daging yang dimasak adalah warna coklat dari globin hemikromogen,
warna daging yang ditambahkan nitrit adalah warna merah gelap dari nitrikoksidamioglobin
dan bila dimasak. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kualitas daging baik ketika
daging selama proses sebelum pemotongan adalah perlakuan transportasi dan istirahat yang
dapat menentukan tingkat cekaman (stress) pada ternak yang pada akhirnya akan menentukan
2
Menu hasil olahan daging akan sangat berbahaya apabila tidak melakukan penangan
atau pengolahan yang benar terutama dalam pemilihana bahan bakunya. Menurut laporan
tribunnews sebanyak 70 orang mengalami keracunan akibat santap rending daging asal
Malaysia, pada acara pernikahan di jalan radio kecamatan Nunukan Kalimantan Timur).
Selain itu laporan detik.com juga menyebutkan bahwa sebanyak 16 orang jatuh sakit akibat
Hasil penelitian Irfan (2016) tentang penerapan HACCP di RSU Bahteramas dengan
jenis hidangan ikan saos tomat menyatakan bahwa titik kritis pada pengolahan ikan goreng
saos tomat di mulai dari tahap penerimaan, pembersihan, pengolahan, penumisan bumbu, dan
Sementara itu, penelitian Fika (2015) pada hidangan gadong daging di RSU RA Kartini
Jepara menyatakan bahwa jenis bahaya yang timbul pada proses pembuatan gadon daging
yaitu bahaya fisik, kimia, dan biologi. Proses pembuatan gadon daging yang termasuk
dalam CCP adalah penerimaan, penyimpanan dan pengukusan. Pemecahan masalah yang
dapat diberikan antara lain perbaikan spesifikasi bahan makanan kering dan bahan makanan
basah, pengecekan pada penerimaan bahan makanan lebih teliti agar mutu bahan makanan
yang diterima berkualitas baik sesuai spesifikasi, tempat yang digunakan untuk meletakkan
bahan makanan yang siap untuk diolah sebaiknya memiliki penutup agar tidak terkontaminasi
dengan lingkungan sekitar, dan makanan yang telah matang disimpan dalam wadah tertutup.
Kategori bahaya pada proses pengolahan pangan dilakukan dengan penentuan titik
kritis pada setiap alur pengolahan, sehingga pangan tersebut layak untuk dikonsumsi.
HACCP bertujuan untuk mecegah mikroba potensial agar tidak terjadi kontaminasi yang
berdasarkan bahan baku yang dipakai yaitu resiko tinggi (untuk bahan baku yang mempunyai
PH >4.6 seperti daging, susu ikan serta produk hasil olahannya), resiko sedang (untuk produk
3
kering/beku), resiko rendah (untuk produk PH <4.6, gula minyak/lemak, sayuran mentah,
mengidentifikasi bahaya yang terkait selama proses pembuatan daging serta memberikan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan HACCP
2. Untuk mengetahui prinsip sistem HACCP
3. Untuk mengetahui manfaat penggunaan HACCP
4. Untuk mengetahui Pendekatan HACCP
5. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian HACCP
6. Untuk mengetahui prinsip sistem HACCP pada menu Semur Daging
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
c. Kontaminasi atau kontaminasi ulang (cross contamination) pada produk antara atau jadi, atau
pada lingkungan produksi.
Critical Control Point (CCP atau titik pengendalian kritis), adalah langkah dimana
pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan untuk mencegah atau menghilangkan bahaya
atau menguranginya sampai titik aman (Bryan, 1995).
Titik pengendalian kritis (CCP) dapat berupa bahan mentah, lokasi, praktek, prosedur
atau pengolahan dimana pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau mengurangi
bahaya. Ada dua titik pengendalian kritis:
a. Titik Pengendalian Kritis 1 (CCP-1), adalah sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan
b. Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP-2), adalah sebagai titik dimana bahaya dikurangi
2.2 Prinsip Sistem HACCP
Secara singkat, HACCP terdiri dari elemen -elemen sebagai berikut:
2.2.1 Identifikasi Bahaya
Pada bagian ini mempelajari jenis -jenis mikroorganisme, bahan kimia dan benda asing
terkait yang harus didefinisikan. Untuk dapat melakukan ini, tim harus memeriksa karakteristik
produk serta bahaya yang akan timbul waktu dikonsumsi oleh konsumen. Terdapat tiga bahaya
(hazard) yang dapat menyebabkan makanan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi,
yaitu hazard fisik, kimia, dan biologi. Bahaya fisik termasuk benda -benda seperti pecahan
logam, gelas, batu, yang dapat menimbulkan luka di mulut, gigi patah, tercekik ataupun
perlukaan pada saluran pencernaan. Bahaya kimia antara lain pestisida, zat pembersih,
antibiotik, logam berat, dan bahan tambahan makanan. Bahaya biologi antara lain mikroba
patogen (parasit, bakteri), tanaman, dan hewan beracun. Hal-hal penting yang perlu
dipertimbangkan adalah:
a. Formulasi; adalah bahan mentah dan bahan baku yang dapat mempengaruhi keamanan dan
kestabilan produk.
b. Proses; adalah parameter proses pengolahan yang dapat mempengaruhi bahaya.
c. Kemasan; adalah perlindungan terhadap kontaminasi ulang dan pertumbuhan
mikroorganisme.
d. Penyimpanan/penanganan; adalah waktu dan kondisi suhu serta penanganan di dapur dan
penyimpanan di etalase.
e. Perlakuan konsumen; digunakan oleh konsumen atau ahli masak professional.
f. Target grup; yaitu pemakai akhir makanan tersebut (bayi, orang dewasa, lanjut usia)
6
2.2.2 Aktivitas Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP)
CCP ditetapkan pada setiap tahap proses mulai dari awal produksi suatu makanan hingga
sampai ke konsumsi. Pada setiap tahap ditetapkan jumlah CCP untuk bahaya microbiologis,
kimia, maupun fisik. CCP pada produk diperlukan untuk mengontrol beberapa parameter
seperti pH, aktivitas air (aw), dan adanya bahan tambahan makanan.
Tabel 1.1: Beberapa contoh CCP yang dapat dikendalikan secara efektif
Pengendalian yang dapat dicapai
Jenis CCP
secara efektif
Pasteurisasi susu Membunuh sel vegetatif
Penggunaan wadah yang tepat pada Mencegah keracunan logam
makanan berazam tinggi
Table 1.2: Beberapa contoh CCP yang dapat dikendalikan secara sebagian
Pengendalian yang Dapat Dicapai
Jenis CCP
Sebagian
Pencucian dan sanitasi peralatan Mengurangi pencemaran produk
selama pengemasan
Sortasi kacang tanah dengan peralatan Mengurangi cemaran mikotoksin
yang Terkontrol pada produk-produk kacang tanah
7
limit kritisnya dalam menjamin keamanan produk. Lima macam pemantauan yang penting
dilaksanakan antara lain: pengamatan, evaluasi, sensorik, pengukuran sifat fisik, pengujian
kimia, pengujian mikrobiologi.
8
2.3 Prinsip Sistem HACCP Pada Menu Semur Daging
2.3.2 Menentukan Titik Kendali Kritis pada proses pengolahan Semur daging.
Batas kristis adalah suatu kondisi/keadaan yang menunjukan perbedaan antara produk yang
aman dan tidak aman. Batas kritis juga merupakan satu atau lebih toleransi yang harus dipenuhi
untuk menjamin bahwa suatu CCP secar efektif dapat mengendalikan bahaya mikrobiologis,
kimia dan fisik. Penetapan batas kritis dilakukan untuk setiap dan seluruh CCP yang bersifat
dapat dijustufikasi, dapat diukur dan harus divalidasi.
Pada tahap ini, penentuan titik kendali kritis dilakukan pada bahan makanan dan proses,
berdasarkan hasil analisis menggunakan tabel keputusan umtuk bahan makanan termasuk
bukan CCP dan CCP.
a. Bahan makanan
Pada bahan makanan semua bahan yang digunakan untuk membuat Semur daging adalah bukan
CCP karena sudah melewati dua tahap yaitu tahap pertama kemungkinan bahan mentah
mengandung bahaya pada tingkat yang berbahaya dan tahap kedua apakah pengolahan dapat
menghilangkan atau mengurangi bahaya pada tingkat yang aman.Dari kedua tahapan tersebut
maka diputuskan bahan makanan tersebut CCP.
b. Proses
9
Pada proses semur daging yang termasuk CCP ialah pencucian, pemasakan, pemorsian dan
distribusi, penerimaan, pencampuran bumbu, dan penirisan termasuk dalam CCP.
10
6. Sistem HACCP meminimalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi makanan.
7. Dapat meningkatkan kepercayaan akan keamanan makanan olahan dan karena
itu mempromosikan perdagangan dan stabilitas usaha makanan (Suklan, 1998).
11
BAB III
PENUTUP
3.3.1 Kesimpulan
HACCP adalah suatu pendekatan sistem dalam pengamanan makanan. Dengan
pendekatan HACCP ini, maka pengawasan keamanan makanan baik yang dikelola oleh
perusahaan makanan, jasa boga, rumah makan, restoran, maupun yang dikelola sebagai
makanan jajanan dan makanan rumah tangga, dapat lebih terjamin mutunya, karena setiap
tahapan proses pengolahan dikendalikan risikonya dan bahaya yang mungkin timbul.
3.3.2 Saran
Untuk menerapkan HACCP diperlukan peningkatan mutu sumber daya manusia sehingga
pendekatan sistem ini dapat mencapai sasaran. Sebaiknya pula teman-teman juga perlu
memahami pengertian HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dan sistem analisa
bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya, agar
pengetahuan/wawasan teman-teman mengenai mata kuliah keamanan dan ketahanan
pangan yang berkaitan dengan makalah kami yang berjudul “Analisis Bahaya dan
Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control Point /HACCP) Keamanan
Pangan” bisa bertambah dan mudah dipahami.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bryan, Frank L. (1995). Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis . (Diterjemahkan oleh
Ditjen PPM dan PLP). Jakarta: Depkes RI
ILSI-Eropa. (1996). Petunjuk Ringkas untuk Memahami dan Menerapkan Konsep Analisis
Bahaya pada Titik Pengendalian Kritis. Jakarta
Suklan, H. (1998). Pedoman Pelatihan System Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) untuk Pengolahan Makanan. Jakarta: Depkes RI
USDA. (1993). HACCP Principles for Food Production. USDA.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-09.pdf
http://www2.bbpplembang.info/index.php?option=com_content&view=article&id=553&Ite
mid=304
http://joewie.blogspot.com/2010/12/sistem-analisa-bahaya-danpengendalian.html
Risk Management Training Guides: Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP),
Manufacturing Technology Committee – Risk Management Working Group.
Hazard analysis and critical control point generic models for some traditional foods: A manual
for the Eastern Mediterranean Region, World Health Organization. 2008.
Sudarmaji (Januari 2005). "ANALISIS BAHAYA DAN PENGENDALIAN TITIK KRITIS
(HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT )".JURNAL KESEHATAN
LINGKUNGAN 1 (2): 183-190.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-09.pdf.
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_Bahaya_dan_Pengendalian_Titik_Kritis
Wa Ode Revita, P., Paukiran, T., & Gani, K. (2018). GAMBARAN PENERAPAN HAZARD ANALISYSIS
CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA MENU SEMUR DAGING DI RUMAH SAKIT
BLUD BAHTRAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Kendari).
13