Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nindya Erni Safitri

NIM : 11915037

Studi tentang Enzim Trypsin dan a-amylase pada Hama


Boktor (Xystocera festiva Pascoe) serta Inhibitor Trypsin pada
Pohon Sengon

Kayu merupakan sumberdaya alam yang ada di seluruh dunia, mudah diperoleh dalam
berbagai bentuk dan ukuran, relatif mudah dalam pengerjaannya dan penampilan yang dekoratif.
Namun, kau memiliki sifat higroskopis dan mudah dirusak oleh faktor biologis, fisik dan
mekanis. Faktor biologis perusak kayu yang terpenting adalah jamur, bakteri dan serangga.
Sedangkan untuk faktor fisik yaitu api, cahaya, panas, dan air, kemudian faktor mekanis dapat
berupa gesekan dan pukulan.

Pohon sengon merupakan pohon yang sesuai untuk dibudidayakan baik dalam skala besar
(HTI), maupun dalam skala kecil (tanaman rakyat) sangat sesuai, karena memiliki beberapa
kelebihan antara lain masa masak tebang relatif pendek, pengelolaan relatif mudah, persyaratan
tempat tumbuh tidak rumit, kayunya serbaguna, permintaan terhadap kayu terus meningkat.
Selain itu sengon mempunyai sifat produk kayu yang sesuai untuk menghasilkan pulp, papa dan
kayu pertukangan. Sengon juga memiliki keawetan kayu lebih tinggi dibandingkan dengan
jenis-jenis lain yang mempunyai berat jenis yang sama, dan sengon juga termasuk kedalam jenis
pohon Intoleran sehingga cocok ditanam pada lahan yang terbuka, oleh sebab itu sengon sangat
baik untuk reboisasi. Namun sengon sangat rawan terhadap serangan hama. Hama yang paling
sering menyerang sengon adalah hama boktor (Xystrocera festiva) yang bisa menyebabkan
kematian pada tanaman. Untuk mendapatkan bibit sengon yang baik maka perlu dilakukan
penelitian tentang berbagai enzim dalam sistem pencernaan hama boktor serta kemungkinan
adanya inhibitor dari enzim-enzim tersebut pada pohon sengon.

Kayu sengon mengandung zat ekstraktif saponin yang membuat ketahanan alami kayu
sengon terhadap hama Cryptotermes sp. antara kayu jati dan kayu karet. Ketahanan kayu sengon
tersebut lebih mendekati ketahanan kayu jati sehingga kayu sengon banyak digunakan untuk
peti-peti pengepak, balok-balok, korek api, kayu bakar dan papan-papan perumahan. Selain itu
kayu sengon juga dapat digunakan untuk pembuatan pulp campuran dan “particle board”.

X. festiva Pascoe dikenal dengan nama daerah wowolan, oleng-oleng/olan-olan (Jawa)


dan uter-uter (Sunda), sedangkan untuk nama boktor berasal dari bahasa Belanda yang sudah
diangkat sebagai nama dalam Bahasa Indonesia. Boktor termasuk dalam Ordo Coleoptera,
Famili Cerombycidae, dan subfamili Cerombycinae.

Pada umumnya serangan hama ini terjadi pada pohon yang telah berumur 3 tahun atau
lebih dimana diameternya mencapai 10 cm atau lebih, sedangkan bagian pohon yang terserang
berada pada ketinggian 0 hingga 5 meter. Ada kalanya mencapai ketinggian 15 m dari atas
permukaan tanah. Dalam penyebarannya kumbang ini dibantu oleh angin karena kumbang ini
tidak dapat terbang jauh. Larva yang eluar dari telurnya secara bersama-sama menggerek kulit
bagian dalam dan bagian kayu sebelah luar. Kambium dan bagian yang luka akan mengeluarkan
cairan, terlihat berwarna merah kecoklatan. Biasanya pada permukaan lubang gerek terdapat
kotoran berwarna kehitaman. Jika tingkat serangan pohon begitu hebatnya ditandai dengan
banyaknya lubang gerek, lama kelamaan tajuk menguning dan pohon mati. Bila sebatang pohon
mendapat serangan hanya sekali saja, maka luka bekas serangan tersebut terjadi beberapa kali
dalam satu pohon, sehingga dapat menyebabkan pohon akan mati.

Pemberantasan hama Boktor telah dilakukan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan
pestisida namun cara ini tidak efektif karena hanya mematikan larva yang dekat dengan
permukaan kulit sedangkan larva yang berada pada liang gerek tidak akan terpengaruh oleh
pestisida tersebut.

Enzim adalah protein yang tersusun oleh rangkaian asam amino yang panjang yang satu
dengan yang lainnya dibungkus dengan ikatan peptida. Enzim pada pencernaan Hama Boktor
antara lain adalah Enzim Trypsin, Enzim a-amylase, dan Trypsin Inhibitor. Enzim trypsin adalah
enzim yang dapat menguraikan atau memecah protein termasuk ke dalam kelas utama enzim
hidrolase yang mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis. Enzim a-amylase merupakan salah satu
dari empat tipe amylase yang menghidrolisis ikatan a-1,4 glikosidik pati, glikogen dan substrat
yang sejenis. Inhibitor adalah kelompok hormon yang berfungsi menghambat proses-proses
fisiologis atau biokimia pada tumbuhan. Sedangkan Trypsin inhibitor adalah suatu jenis protein
yang dapat menghambat kerja enzim trypsin di dalam tubuh dan secara alami terdapat pada
kedelai dan beberapa species famili Leguminoseae, Curcubitaceae dan Solanaceae.

Hasil pengamatan aktivitas enzim trypsin larva boktor menunjukkan bahwa aktivitas
enzim tripsin pada larva boktor berdasarkan ukuran panjang larva 1,5 hingga 5 cm cenderung
menurun. Pada panjang larva 1,5 cm larva tersebut mempunyai aktivitas yang tertinggi dengan
aktivitas enzim trypsin sebesar 200,49 unit/g sedangkan untuk larva yang mempunyai panjang 5
cm mempunyai aktivitas yang terendah dengan nilai aktivitas sebesar 12,38 unit/g. Larva dengan
panjang 1,5 cm merupakan larva yang paling banyak makan dan makanan yang dimakan adalah
banyak mengandung protein sehingga enzim trypsin yang sangat penting untuk mencerna protein
menjadi bahan yang lebih sederhana, sehingga mudah diserap oleh sel menjadi tinggi pada
stadium tersebut. Larva berukuran kecil merupakan tahap aktif dalam memakan. Sedangkan
larva dengan panjang 5 cm merupakan keadaanlarva yang tidak banyak memakan makanan dan
karena makanan yang dimakan sedikit maka protein yang masuk kedalam tubuh sedikit pula
sehingga enzim trypsinyang terbentuk untuk mencerna protein sedikit.

Hasil pengamatan aktivitas enzim a-amylase dari delapan panjang larva yang diuji larva
dengan ukuran panjang 3,5 cm mempunyai nilai aktivitas enzim a-amylase tertinggi yaitu
sebesar 287, 333 unit/g contoh sedangkan larva dengan ukuran panjang 1,5 cm mempunyai nilai
aktivitas nzim a-amylase terendah yaitu sebesar 133,249 unit/g contoh.

Pada penelitian ini telah diketahui bahwa dalam pencernaan larva boktor terdapat
aktivitas enzim trypsin dan enzim a-amylase. Pada enzim trypsin mempunyai pola aktivitas
enzim yang linier yaitu pada ukuran panjang terkecil mempunyai aktivitas enzim trypsin terbesar
lalu cenderung menurun dengan semakin bertambahnya panjang larva. Aktivitas enzim a-
amylase mempunyai pola yang berbeda dengan aktivitas enzim trypsin pada larva dengan ukuran
yang berbeda. Larva dengan ukuran terkecil mempunyai aktivitas rendah, kemudian meningkat
hingga mencapai puncak pada ukuran larva 3,5 cm, untuk ukuran selanjutnya aktivitas enzim a-
amylase mengalami penurunan.

Pengamatan tentang aktivitas trypsin inhibitor menunjukkan bahwa dari ke-4 provenan
yang diuji, provenan Solomon sehat mempunyai aktivitas trypsin inhibitor tertinggi dengan nilai
sebesar 464, 196 TIU/mg, sedangkan provenan KSO putih sakit mempunyai aktivitas trypsin
inhibitor terndah dengan nilai sebesar 56,475 TIU/mg.

Pustaka

Prasetya, A. (2007). Studi Tentang Enzim Trypsin dan alfa-Amylase Pada Hama Boktor
(Xystrocera festiva Pascoe) serta Inhibitor Trypsin Pada Pohon Sengon (Paraserianthes
falcataria (L) Nielsen).

Anda mungkin juga menyukai