Disusun oleh:
Afriansyah Danupermana | 11415001
Anggun Nurul Fatimah | 11415009
Rekhsa Angkasawan | 11415026
Nindya Erni Safitri | 11915037
2
kedalam 10 besar produk dengan kontribusi pasar yang tinggi, yaitu sebesar
602.468 ton atau berkontribusi sebesar 5,05% (peringkat 7) (Kementan, 2015),
sedangkan untuk komoditas selada di Indonesia memiliki tingkat konsumsi
sebesar 35,30 kg/kapita per tahun dan semakin meningkat setiap tahunnya
(Fitriansah, 2018). Oleh karena itu, percobaan mengenai budidaya tanaman
selada dan sawi perlu dilakukan karena merupakan produk yang diminati oleh
masyarakat dan memiliki daya beli tinggi.
I.2 Tujuan
Membandingkan pertumbuhan tanaman selada merah (Lactuca sativa
L.) dengan tanaman sawi (Brassica sp.) dalam sistem hidroponik kratky.
3
BAB II METODOLOGI
II.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Kegitan budidaya tanaman selada dan pakcoy dilakukan di screen house
ITB Jatinangor. Kegiatan dilakukan pada bulan April – Meil 2019.
Dilakukan perhitungan nilai rata-rata jumlah daun dan bobot akhir yang
berasal dari 20 tanaman terbaik, serta dilakukan analisis uji statitik non parametrik
Man-Whitney.
4
BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan hasil pertumbuhan daun serta bobot basah tanaman
selada dan sawi:
Tabel III.1 Jumlah Daun serta Bobot Basah Tanaman Selada dan Sawi
III.2 Pembahasan
Kondisi umum tempat percobaan yang berada di sreenhouse ITB Jatinangor
cenderung panas disiang hari dengan suhu mencapai diatas 30 C.
5
bahwa sawi pakcoy memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan
dengan selada. Menurut Novriansyah, dkk (2007), tanaman selada biasanya
memiliki jumlah daun sebanyak 8-14 helai ketika dipanen, sedangkan untuk
tanaman pakcoy menurut Sarado dan Junia (2017), biasanya memiliki umlah daun
sebanyak 14-20 helai.
6
Tabel III.3 Uji Statistik Mann Whitney Jumlah Daun
Jumlah daun menurut Nyakpa, dkk. (1988), sangat dipengaruhi oleh penyerapan
unsur hara seperti nitrogen dan fosfor. Menurut Fatma (2009), akar akan menyerap unsur
hara yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan vegetatif sehingga batang tumbuh
tinggi dan mempengaruhi jumlah daun. Penyerapan hara N yang baik dapat meningkatkan
pembentukan dan pertumbuhan daun pada tanaman.
7
tidak berbeda nyata antara selada merah dan sawi pakcoy (P>0.05) (Tabel III.4).
Hal tersebut menggambarkan bahwa pertumbuhan bobot basah pada tanaman
pakcoy dan selada tidak berbeda nyata secara kuantitas jika ditanam dalam sistem
hidroponik kratky.
Tabel III.4 Uji Statistik Mann Whitney Bobot Basah
Secara umum bobot basah pada tanaman selada merah dan sawi pakcoy masih
jauh dari bobot ideal. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi ingkungan screen house yang
panas dimana bisa bersuhu lebih dari 30 C jika disiang hari. Tanaman sayuran sendiri
idealnya ditanaman pada suhu 15-24 C. Ketika suhu tinggi maka tanaman akan
melakukan evaporasi yang tinggi sehingga nutrisi hasil fotosintesis tidak terakumulasi
dalam tanaman dan pertumbuhan tanaman terhambat (Samadi, 2014).
Selain itu, penggunaan sistem hidroponik kratky idealnya dibarengi dengan
pengadukan larutan nutrisi yang bertujuan untuk meningkatkan kandungan oksigen
terlarut dalam tanaman. Menurut Ramadhan (2018), didapatkan bahwak nilai oksigen
terlarut (DO) dalam sistem hidroponik kratky tanpa pengadukan ataupun aerasi sebesar 2-
3.5 ppm, sementara menurut Samadi (2014), hidroponik sendiri idealnya memiliki
kandungan oksigen terlarut ideal sebesar 4-7 ppm.
Kandungan oksigen terlarut akan berkaitan dengan jumlah oksigen yang akan
digunakan oleh akar untuk melakukan respirasi. Ketika oksigen tercukupi maka
proses respirasi akar akan optimal sehingga menghasilkan energi akar yang
digunakan untuk menyerap nutrisi hidroponik secara maksimal (Fauzi, 2013)
8
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Secara umum tren dari pertumbuhan daun dan bobot basah tanaman selada merah lebih
baik jika dibandingkan dengan tanaman sawi pakcoy jika ditanam dalam sistem
hidroponik kratky.
IV.2 Saran
Dalam menanam sayuran sebaiknya ditanam pada suhu yang sejuk, sehingga tanaman
akan tumbuh secara optimal
9
DAFTAR PUSTAKA
Hoagland, D.R. and D.I. Arnon. 1950. The Water Culture Method For Growing
Plants Without Soil. California Agr. Expt. Stat. Circ. 347.
Lonardy, M.V. 2006. Respons Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill)
terhadap Suplai Senyawa Nitrogen Dari Sumber Berbeda Pada
Sistem Hidroponik. Skripsi. Universitas Tadulako, Palu.
Kementrian Pertanian. 2015. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2014.
Jakarta: Direktorat Jendral Hortikultura.
Specht, K. Rosemarie S., Ina H., dan Ulf B. F. 2014. “Urban agriculture of the
future: an overview of sustainability aspects of food production in and on
buildings”. Agric Hum Values, 31(1): 35-21.
Fitriansah, T. 2018. “Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca Sativa L) Pada
Dosis Dan Interval Penambahan AB Mix Dengan Sistem Hidroponik”.
Thesis. Universitas Brawijaya, Malang.
Fatma, D. M. 2009. “Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Caisim”. Agronobis 1(1) : 89 - 98.
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis., M. A. Pulung., Amrah., A. Munawar., G. B.
Hong., N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung Press.
Novriansyah, W. D., Armaini, dan Rusli R. 2007. “Pengaruh Aplikasi Urine Sapi
Terfermentasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca
sativa L.)”. Jom Faperta, 4(1): 1-13.
Sarido, La dan Junia. 2017. “Uji Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa L.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair pada Sistem
Hidroponik”. Agrivor, 16(1): 65-74.
Fauzi, R., Eka Tarwaca S. P., dan Erlina A. 2013. “Pengayaan Oksigen Di Zona
Perakaran Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Hasil Selada (Lactuca
Sativa L.) Secara Hidroponik”. Vegetalika, 2(4): 63-74.
Samadi, B. 2014. Rahasia Budidaya Selada Secara Organik dan Anorganik.
Pustaka Mina. Jakarta.
Ramadhan, B. K. 2018. Pengaruh Lindi Hasil Biokonversi Larva Hermetia
Illucens dPada Kualitas Selada Romaine (Lactuca sativa L.var. longifolia)
dalam Sistem Hidroponik Rakit Apung. Skripsi. ITB, Bandung.
10