Anda di halaman 1dari 19

Budidaya Cabai (referensi halaman 19)

Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota
genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung
bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia
Tenggara sebagai penguat rasa makanan.
Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama
ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke
negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.
Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya.
Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya.
Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe
keriting, cabe rawit dan paprika.
Secara umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,
Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.
Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan
industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan
atau jamu.
Dewasa ini bertani cabai hibrida sistem mulsa plastik hitam perak (MPHP) banyak
dipraktekkan pada cabai Hot Beauty, Hero, Long Chili, Ever-Flavor dan cabai Paprika.
Dimungkinkan pula pada usahatani cabai keriting hibrida maupun cabai kecil (rawit, cengek)
hibrida. Alasan utama sistem MPHP digunakan pada cabai-cabai hibrida adalah untuk
mengimbangi biaya pengadaan MPHP dari peningkatan hasil cabai yang lebih tinggi daripada
cabai biasa, sehingga secara ekonomis menguntungkan. Budidaya cabai hibrida dengan
sistem MPHP merupakan perbaikan kultur teknik ke arah yang intensif. Pada umumnya
sistem budidaya cabai di sentra-sentra produksi cabai masih menggunakan benih lokal dan
populasi tanaman per hektarnya tinggi. Populasi yang sangat rapat ini dapat mengakibatkan
penangkapan sinar matahari setiap tanaman berkurang dan kelembaban udara di sekitar
kebun menjadi tinggi. Kelembaban yang tinggi seringkali dapat meningkatkan serangan hama
dan penyakit. Perbaikan kultur teknik budidaya cabai secara intensif untuk meningkatkan
produksi maupun kualitas hasil, diantaranya adalah penggunaan benih unggul dari varietas
hibrida yang bermutu tinggi, penerapan MPHP, pemupukan berimbang, pengendalian hama
dan penyakit, serta cara-cara lain yang khas seperti pemasangan turus dan perempelan tunas
ataupun daun.

JENIS JENIS CABAI


Saat ini telah banyak benih cabe hibrida yang beredar di pasaran dengan nama
varietas yang beraneka ragam dengan berbagai keunggulan yang dimiliki.
Genus Capsicum terdiri dari 30 spesies, lima diantaranya telah di budidayakan, yakni : C.
annuum; C. fritescens; C. pubenscense; C. baccatum dan C. chinese. Yang paling banyak di
budidayakan di Indonesia adalah C. annuum ( cabe merah besar dan Cabai keriting ),
kemudian C. frutescense ( Cabai Rawit ).
Beberapa jenis cabe yang telah dirilis adalah: Jet set, Arimbi, Buana 07,
Somrak, Elegance 081, Horison 2089 , Imperial 308 dan Emerald 2078. Dan untuk cabe
hibrida keriting diantaranya, Papirus, CTH 01, Kunthi 01, Sigma, Flash 03, Princess 06
dan Helix 036, dan untuk cabe rawit hibrida adalah Discovery.
a. Tanjung-1
• Potensi hasil 18 ton/ ha
• Warna buah merah
• Panjang buah 10 cm
• Cocok untuk dataran rendah
• Toleran terhadap hama penghisap daun
b. Tanjung-2
• Potensi hasil 12 ton/ha
• Cocok untuk dataran rendah
c. Lembang-1
• Potensi hasil 9 ton/ha
• Cocok untuk dataran tinggi

JENIS CABAI DAN KARAKTERNYA


Jenis Karakteristik
Cabai Besar Bunga putih , permukaan buah rata dan halus, diameter sedang – besar
, kulit daging buah terbal, berumur genjah dan dapat tumbuh di berbagai ketinggian
Cabai Keriting Bunga putih atau ungu, buah muda hijau atau ungu, permukaan buah
bergelombang, kulit daging buah tipis, umur lebih dalam, buah lebih tahan simpan dapat
tumbuh pada berbagai ketinggian.
Cabai Paprika Buah muda memiliki warna bervariasi ( kuning, hijau muda, hijau dan
ungu, buah kotakatau lonjong, permukaan rata, kulit daging buah tebal , tidak pedas dan
cocok untuk datarang tinggi.
Cabai rawit Bunga berwarna putih kehijaan, buah muda berwarna putih, kuning
atau hijau, daging buah lunak, rasa buah pedas.
Syarat Tumbuh
Syarat Iklim
Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) +
2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab.
Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 – 270 C, dan untuk pembentukan
buah pada kisaran 160 – 230 C. Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian
tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Cabai hibrida Hot Beauty dan Hero dapat
berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi + 1200 m dpl. Sedangkan
cabai hibrida Long Chili lebih cocok ditanam pada ketinggian antara 800 – 1500 m dpl.
Khusus untuk cabai Paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran tinggi. Kisaran
temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman paprika antara 210 –
250 C, sedangkan untuk pembentuk-an buah memerlukan temperatur 18,30. Cabai paprika
tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena dapat menyebabkan buah
seperti terbakar (sunburn) dan juga hasil akhir bobot buah akan sangat rendah. Pada kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan, tanaman paprika akan mengalami gugur tunas, gugur
bunga dan buah muda, serta ukuran buah sangat kecil. Meskipun cabai paprika umumnya
cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat pula dikembangkan di dataran menengah mulai
ketinggian 600 m dpl; yakni dengan cara memanipulasi lingkungan. Alih teknologi budidaya
paprika di dataran menengah antara lain menggunakan sungkup beratapkan plastik bening
(transparan).
Iklim
• Curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata.
• Suhu udara 16° – 32 ° C
• Saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar matahari cukup (10 –
12 jam).
Syarat Tanah
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi
tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai
menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek
(menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang
ideal adalah antara 5.5 – 6.8, karena pada pH di bawah 5.5 atau di atas 6.8 hanya akan
menghasilkan produksi yang sedikit (rendah). Pada tanah-tanah yang becek seringkali
menyebabkan gugur daun dan juga tanaman cabai mudah terserang penyakit layu. Khusus
untuk tanah yang pH-nya di bawah 5.5 (asam) dapat diperbaiki keadaan kimianya dengan
cara pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH normal.
Beberapa angka pH tanah (reaksi tanah), terdiri atas :
Paling masam (< 4.0)
Sangat asam (4.0 – 4.5)
Asam (4.5 – 5.5)
Agak asam (5.5 – 6.5)
Netral (6.5 – 7.5)
Agak basa (7.5 – 8.5)
Basa (8.5 – 9.0)
Sangat basa (9.0).
Pada pH tanah asam, ketersediaan unsur-unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium,
Magnesium dan Molibdinum menurun dengan cepat. Pada pH tanah basa akan menyebabkan
unsur-unsur Nitrogen, Besi, Mangan, Borium, Tembaga dan Seng ketersediaannya relatif
menjadi sedikit. Cabai yang ditanam pada tanah asam pada umumnya keracunan unsur
Alumunium (Al), Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya pada pH basa, jumlah unsur
bikarbonat cukup banyak untuk merintangi penyerapan ion lain, sehingga dapat menghalangi
pertumbuhan tanaman secara optimum.
Tanah
• Tanah berstruktur remah/gembur dan kaya akan bahan organik.
• Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 – 7,0
• Tanah tidak becek/ ada genangan air
• Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan.
Pedoman Teknis Budidaya
Penyiapan Benih Benih cabe dapat dibuat sendiri dengan cara sebagai berikut:
• Pilih buah cabe yang matang (merah)
• Bentuk sempurna, segar
• Tidak cacat dan tidak terserang penyakit.
• Kemudian keluarkan bijinya dengan mengiris buah secara memanjang
• Cuci biji lalu dikeringkan.
• Kemudian pilih biji yang bentuk, ukuran dan warna seragam, permukaan kulit bersih, tidak
keriput dan tidak cacat.
Bila kesulitan membuat sendiri, benih cabe dapat dibeli di toko pertanian setempat.
Benih yang akan ditanam diseleksi dengan cara merendam dalam air, biji yang terapung
dibuang.
PERSIAPAN TANAM
Tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman sebelumnya.
Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30 – 40 cm, kemudian dikeringkan selama 7 – 14 hari.
Tanah yang sudah agak kering segera dibentuk bedengan-bedengan selebar 110 – 120 cm,
tinggi 40 – 50 cm, lebar parit 60 – 70 cm, sedangkan panjang bedengan sebaiknya lebih dari
12 meter. Khusus pada tanah yang banyak mengandung air (mudah becek), sebaiknya parit
dibuat sedalam 60 – 70 cm.
Di sekeliling lahan kebun cabai dibuat parit keliling selebar dan sedalam 70 centimeter.
Pada saat 70% bedengan kasar terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (kotoran
ayam, domba, kambing, sapi ataupun kompos) yang telah matang sebanyak 1,0 – 1,5
kg/tanaman.
Pada tanah yang pH-nya masam, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dilakukan
pengapuran sebanyak 100 – 125 gram/tanaman.
Pupuk kandang dan kapur pertanian dicampur dengan tanah bedengan secara merata sambil
dibalikkan, kemudian dibiarkan diangin – anginkan selama kurang lebih 2 minggu.
Catatan :
Jika populasi cabai hibrida per hektar antara 18.000 – 20.000 tanaman pada jarak tanam 60 x
70 cm, maka diperlukan pupuk kandang 18 – 30 ton, dan kapur pertanian 1,8 – 2,0 ton.
PERSEMAIAN
Sebelum tanam di tempat permanen, sebaiknya benih disemai dulu dalam wadah semai yang
dapat berupa bak plastik atau kayu dengan ketebalan sekitar 10 cm yang dilubangi
bagian dasarnya untuk pengaturan air(drainase).
Persiapannya adalah sebagai berikut:
1. Isikan dalam wadah semai media berupa tanah pasir, dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1 : 1. Untuk menghilangkan gangguan hama berikan pestisida sistemik
di tanah dengan takaran 10 gr/m2. Media ini disiapkan 1 minggu sebelum penyemaian
benih.
2. Benih yang akan ditanam, sebelumnya direndam dalam air hangat (50 derajat
Celcius) selama semalam, Tambahkan MiG- 6PLUS saat perendaman dengan dosis 10ml :
1 liter air.
3. Tebarkan benih secara merata di media persemaian, bila mungkin beri jarak antar benih 5 x
5 cm sehingga waktu tanaman dipindah / dicabut, akarnya tidak rusak. Usahakan waktu
benih ditanam diatasnya ditutup selapis tipis tanah. Kemudian letakkan wadah semai
tersebut di tempat teduh dan lakukan penyiraman secukupnya agar media semai tetap
lembab.
Pembibitan
• Benih yang telah berkecambah atau bibit cabe umur 10-14 hari (biasanya telah
tumbuh sepasang daun) sudah dapat dipindahkan ke tempat pembibitan. • Siapkan
tempat pembibitan berupa polybag ukuran 8 x 9 cm atau bumbungan dari bahan
daun pisang sehingga lebih murah harganya. Masukkan ke dalamnya campuran tanah,
pasir dan pupuk kandang.
• Pindahkan bibit cabe ke wadah pembibitan dengan hati-hati. Pada saat bibit ditanam
di bumbungan, tanah di sekitar akar tanaman ditekan-tekan agar sedikit padat dan
bibit berdiri tegak. Letakkan bibit di tempat teduh dan sirami secukupnya untuk
menjaga kelembabannya.
Pembibitan ini bertujuan untuk meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit
pada saat pemindahan ke tempat terbuka di lapangan atau pada polybag Pemindahan
bibit baru dapat dilakukan setelah berumur 30-40 hari.
Penyiapan Benih dan Pembibitan
Bersamaan dengan pembuatan bedengan kasar, dilakukan penyiapan benih dan pembibitan di
pesemaian. Untuk lahan (kebun) seluas 1 hektar diperlukan benih + 180 gr atau 18 bungkus
kemasan masing-masing berisi 10 gram. Benih dapat disemai langsung satu dalam bumbung
(koker) yang terbuat dari daun pisang ataupun polybag kecil ukuran 8 x 10 cm, tetapi dapat
pula dikecambahkan terlebih dahulu. Sebelum dikecambahkan, benih cabai sebaiknya
direndam dulu dalam air dingin ataupun air hangat 550 – 600 selama 15 – 30 menit untuk
mempercepat proses perkecambah-an dan mencucihamakan benih tersebut. Bila benih cabai
akan disemai langsung dalam polybag, maka sebelumnya polybag harus diisi dengan media
campuran tanah halus, pupuk kandang matang halus, ditambah pupuk NPK dihaluskan serta
Furadan atau Curater. Sebagai pedoman untuk campuran adalah : tanah halus 2 bagian (2
ember volume 10 liter) + 1 bagian pupuk kandang matang halus (1 ember volume 10 liter) +
80 gr pupuk NPK dihaluskan (digerus) + 75 gr Furadan. Bahan media semai tersebut
dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam polybag hingga 90% penuh. Benih cabai hibrida
yang telah direndam, disemaikan satu per satu sedalam 1,0 – 1,5 cm, lalu ditutup dengan
tanah tipis. Berikutnya semua polybag yang telah diisi benih cabai disimpan di bedengan
secara teratur dan segera ditutup dengan karung goni basah selama + 3 hari agar cepat
berkecambah. Bila benih dikecambahkan terlebih dahulu, maka sehabis direndam harus
segera dimasukkan ke dalam lipatan kain basah (lembab) selama + 3 hari. Setelah benih
keluar bakal akar sepanjang 2-3 mm, dapat segera disemaikan ke dalam polybag. Cara ini
untuk meyakinkan daya kecambah benih yang siap disemai dalam polybag. Tata cara
penyemaian benih ke dalam polybag prinsipnya sama seperti cara di atas hanya perlu alat
bantu pinset agar kecambah benih cabai tidak rusak. Penyimpanan polybag berisi semaian
cabai dapat ditata dalam rak-rak kayu atau bambu, namun dapat pula diatur rapi di atas
bedengan-bedengan selebar 110 – 120 cm. Setelah semaian cabai tersebut diatur rapi, maka
harus segera dilindungi dengan sungkup dari bilah bambu beratapkan plastik bening
(transparan) ataupun jaring net kassa. Selama bibit di pesemaian, kegiatan rutin pemeliharaan
adalah penyiraman 1-2 kali/hari atau tergantung cuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada
dosis rendah 0,5 gr/liter air saat tanaman muda berumur 10 – 15 hari, serta penyemprotan
pestisida pada konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan
hama dan penyakit.
Cara serupa dalam penyiapan bibit Cabai berdasarkan pengalaman petani cabai , tetapi
prinsipnya hampir sama :
Dalam hal pembibitan cabai, ujar Rajimin, sebaiknya dilakukan apabila penyiapan lahan
sudah 70% selesai. Hal ini untuk menghindari dari bibit terlalu tua (terlambat tanam), selain
itu, persiapan media semai terdiri dan tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 ditambah
insektisida furadan. Perbandingan 2 ember tanah + 1 ember pupuk kandang + 165 gram SP-
36 + 75 gram furadan. Untuk pembibitan memakai polybag ukuran 8 x 10 cm, 6 x 10 cm,
untuk penanaman 1 ha dibutuhkan pembibitan polybag sebanyak 20.000 polybag termasuk
cadangan untuk sisipan. Langkah selanjutnya, ungkapnya, upaya mensterilkan media sesuai
dengan fumigan, dimana Media semai sebaiknya disterilisasi terlebih dahulu dengan
menggunakan fumigan tanah (Basamid G). Tujuannya apabila Basamid G terkena air akan
mengeluarkan gas metil isotiosianat yang dapat membunuh serangga, cendawan, nematoda
dan bakteri serta mematikan benih gulma yang akan tumbuh. Dan, selanjutnya, memberil
perlakuan benih agar beban penyakit.
Sebelum benih ditebar dipembibitan /ditanam dalam polybag, papar Rajimin, benih harus
diberi perlakuan. Ada dua cara pemberian perlakukan, dimana pertama dengan perlakuan
basah berupa, yakni sebelum benih disemai terlebih dahulu benih direndam dalam larutan air
yang diberi fungisida dan bakterisida (air 1 ltr + 1,5 ml previcurn + 1,2 gram Agrimycin)
selama 4-6 jam. Kemudian benih dibungkus handuk/koran dibasahi lalu diperam dalam
kaleng biskuit yang diberi lampu 15 watt, selama 3—4 han benih berkecambah 0,5-1,0 mm
dan siap disemaikan.
Sedangkan Perlakuan kering, lanjutnya, sebelum benih disemai terlebih dahulu kemasan
dibuka, diberi fungisida Derosol 60 Wp satu sendok dan Agrimycin setiap kemasan benih dan
dikocok sampai merata, kemudian benih siap disemai.
Pemeliharaan bibit secara intensif
Selama bibit berada dalam rumah pembibitan, diharapkan untuk tetap mendapat
pemeliharaan. “Untuk mendapatkan bibit siap tanam yang berkualitas baik, jadwal
pembukaan dan penutupan sungkup, hendaknya dilakukan pada pagi hari bibit perlu
mendapat sinar matahari, maka sungkup dibuka s/d jam 10.00 WIB, sungkup ditutupkan
kembali saat panas mulai terik jam 10.00 – 16.00 WIB bila han hujan sungkup tetap ditutup
untuk menghindari dari percikan air hujan,” jelasnya. Sedangkan pola penyiraman dilakukan
setiap hari, penyiangan / Gulma dilakukan pada musim hujan, karena gulma mudah tumbuh,
maka pembibitan perlu disiangi dengan cara mencabut gulma yang turnbuh pada areal
pembibitan.
Untuk tahap pemupukan cukup menggunakan pupuk melalui daun (penyemprotan) dengan
mempergunakan pupuk daun, berdosis 1 gram atau 1 ml/ltr air, selain itu dalam hal
pengendalian H/P, ujar Rajimin, hama yang menyerang biasanya adalah ulat tanah ( Agrotis
ipsilon). Hal itu terlihat dengan tanda-tandanya bibit mati terpotong, penyakit lainnya
biasanya yang meyerang tanaman cabai berupa cendawan ( Pythium Aphanider Matum),
untuk jenis ini tanda—tanda serangan batang mudah layu. Mengantisipasinya dapat
dilakukan penyemprotan Insektisida yang digunakan Decis, Fungisida yang digunakan
Dithane M.45 dosis 0,5 dan konsentrasi yang biasa dilakukan, pengendalian dilakukan
sebaiknya 3 hari sebelum pindah tanam, terang Rajimin.
Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak ( MPHP )
Sebelum MPHP dipasang untuk menutupi permukaan bedengan, terlebih dahulu dilakukan
pemupukan pupuk buatan secara total sekaligus. Jenis dan dosis pupuk yang biasa digunakan
untuk cabai hibrida adalah sebagai berikut :
Untuk praktisnya dapat menghitung pupuk per bedengan. Misalnya panjang bedengan 12
meter, jarak tanam 60 x 70 cm akan berisi 40 tanaman. Jadi, pupuk yang diperlukan sejumlah
+ 4 kg, yang terdiri atas perbandingan 3 ZA : 1 Urea : 2 TSP : 1,5 Kcl, dengan catatan tiap
100 kg pupuk campuran tadi ditambahkan 1 kg Borate dan 1,5 kg Furadan. Campuran pupuk
buatan ini disebar merata sambil diaduk dan dibalikkan dengan tanah bedengan. Kemudian
bedengan diratakan kembali sambil dirapihkan, dan setelah itu disiram air secukupnya agar
pupuk dapat larut ke lapisan tanah. Pemasangan MPHP sebaiknya memperhatikan cuaca,
yakni pada saat terik matahari antara pukul 14.00 – 16.00 agar plastik tersebut memanjang
(memuai) dan menutup tanah serapat mungkin. Pemasangan MPHP minimal dilakukan oleh 2
orang. Caranya adalah : tariklah kedua ujung MPHP ke masing-masing ujung bedengan arah
memanjang. Kemudian dikuatkan dengan pasak bilah bambu berbentuk “U” yang
ditancapkan di setiap sisi bedengan. Berikutnya tarik pula lembar MPHP ke bagian sisi kiri
kanan (lebar) bedengan hingga nampak rata menutup permukaan bedengan. Kuatkan dengan
pasak bilah bambu pada setiap jarak 40 – 50 cm. Bedengan yang telah ditutup MPHP
dibiarkan dulu selama + 5 hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak membahayakan
(toksis) bibit cabai yang ditanam.
Untuk menaikkan PH Tanah, sebaiknya dilakukan pengapuran tanah, dengan caranya, pada
saat pengolahan tanah, diberikan kapur pertanian yang menggunakan, Kalsit/Kaptan CaCO3,
Dalomite Ca Mg (CO) berdosis, 2 sampai 4 Ton/Ha atau 200-400 gram/m2.
Pemupukan bedengan, ujarnya, dilakukan pada saat pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak
(MPHP) sebanyak 85% dan total pupuk yang akan diberikan. Pada musim hujan pemberian N
jangan terlalu banyak akan menyebabkan batang tanaman cabai banyak mengandung air
(sukulen), tanaman yang sukulen akan mudah terserang Hama / penyakit

Persiapan Media Tanam dalam Polybag


1. Siapkan polybag tempat penanaman yang berlubang kiri kanannya untuk pengaturan air.
2. Masukkan media tanam ke dalamnya berupa campuran tanah dengan pupuk kandang 2 : 1
sebanyak 1/3 volume polybag. Tambahkan pestisida sistemik 2-4 gr/tanaman untuk
mematikan hama pengganggu dalam media tanah.
3. Masukkan campuran tanah dan pupuk kandang ke dalam polybag setinggi 1/3 nya.
4. Tambahkan pupuk buatan sebagai pupuk dasar yaitu 10 gr SP 36, 5 gr KCl dan 1/3 bagian
dari campuran 10 gr Urea + 20 gr ZA per tanaman (2/3 bagiannya untuk pupuk
susulan). Biarkan selama 3 hari , kemudian siram dengan larutan pupuk hayati MiG
-6 PLUS dengan dosis 10ml : 1 liter air.
Penanaman di Lapangan
• Siapkan bedengan yang dicampur dengan pupuk kandang
• Jika pH tanah rendah (4-5) maka lakukan terlebih dahulu pengapuran. Pengapuran
dilakukan bersamaan dengan pembuatan bedengan sebarkan kapur, aduk rata, biarkan
selama 3 minggu.
• Semprotkan larutan pupuk hayati MiG-6PLUS merata pada permukaan bedengan.
Tahap ini kebutuhan pupuk hayati MiG – 6 PLUS adalah 2 liter per hektar.
• Tutup bedengan dengan mulsa plastik.
• Gunakan kaleng yang diberi arang untuk melubanginya.
• Pindahkan hati-hati bibit ke dalam lubang tanam.
Penanaman
1. Pilih bibit cabe yang baik yaitu pertumbuhannya tegar, warna daun hijau, tidak
cacat/terkena hama penyakit.
2. Tanam bibit tersebut di polybag penanaman. Wadah media bibit harus dibuka dulu
sebelum ditanam. Hati-hati supaya tanah yang menggumpal akar tidak lepas. Bila
wadah bibit memakai bumbungan pisang langsung ditanam karena daun tersebut
akan hancur sendiri. Tanam bibit bibit tepat di bagian tengah, tambahkan media
tanahnya hingga mencapai sekitar 2 cm bibir polybag.
3. Padatkan permukaan media tanah dan siram dengan air lalu letakkan di tempat
terbuka yang terkena sinar matahari langsung.
Penanaman
Waktu tanam yang paling baik adalah pagi atau sore hari, dan bibit cabai telah berumur 17 –
23 hari atau berdaun 2 – 4 helai. Sehari sebelum tanam, bedengan yang telah ditutup MPHP
harus dibuatkan lubang tanam dulu. Jarak tanam untuk cabai merah hibrida adalah 60 x 70
cm atau 70 x 70 cm, sedangkan cabai paprika 50 x 70 cm atau 60 x 70 cm. Pembuatan lubang
tanam dapat menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari potongan pipa besi diisi arang.
Penggunaan alat ini dengan cara menempelkan ujung bawahnya pada MPHP sesuai dengan
jarak tanam yang telah ditetapkan. Dengan cara demikian MPHP akan berlubang berupa
bulatan-bulatan kecil berdiameter + 6 – 8 cm. Selain itu, dapat juga menggunakan alat bantu
bekas kaleng susu yang salah satu permukaannya telah dipotong. Cara penggunaan kaleng
bekas susu ini adalah : tutupkan pada calon lubang tanam yang telah ditetapkan, kemudian
putarlah sambil ditekan alakadarnya, maka akan langsung terbentuk lubang kecil. Cara lain
adalah menggunakan pisau silet atau pisau cutter dengan cara dikeratkan langsung pada
MPHP berbentuk bulatan kecil. Bibit cabai hibrida yang siap dipindahtanamkan segera
disiram dengan air bersih secukupnya. Kemudian bersama dengan polybagnya direndam
dalam larutan fungisida sistemik atau bakterisida pada dosis 0,5 – 1,0 gram/liter air selama 15
– 30 menit untuk mencegah penularan hama dan penyakit. Setelah media semainya cukup
kering, bibit cabai hibrida dikeluarkan dari polybag secara hati-hati. Caranya : ambil polybag
berisi bibit sambil dibalikkan dan pangkal batang bibit cabai dijepit oleh jari telunjuk dan jari
tengah. Bagian dasar polybag ditepuk-tepuk secara pelan dan hati-hati, maka bibit cabai akan
keluar bersama akar dan medianya. Bibit cabai hibrida siap langsung ditanam pada lubang
tanam yang tersedia.
Cara penanaman bibit cabai adalah : mula-mula sebagian tanah pada lubang tanam diangkat
kira-kira seukuran media polybag; kemudian bibit dimasukkan sambil diurug tanah hingga
dekat pangkal batangnya cukup padat. Bibit cabai hibrida yang disemai dalam polybag ini,
begitu dipindahtanamkan langsung tumbuh (segar) tanpa mengalami kelayuan (stagnasi).
Selesai tanam, segera disiram sampai tanahnya cukup basah.

PEMELIHARAAN TANAMAN
Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi : pemasangan ajir (turus), penyiraman
(pengairan), perempelan tunas dan bunga pertama, pemupukan tambahan (susulan),
perempelan daun bawah di bawah cabang, pengendalian hama dan penyakit. Khusus untuk
cabai paprika yang sifatnya peka terhadap sinar matahari yang terik diperlukan naungan
beratap plastik bening (transparan). Pemasangan kerangka naungan ini bisa tunggal per
bedengan, atau 2 bedengan bahkan tiap 4 bedengan; tergantung dari kepraktisan maupun
ketersediaan bahan.
Tata cara pemasangan sungkup (naungan) untuk cabai paprika (atau cabai hibrida di musim
hujan), pada prinsipnya adalah sebagai berikut :
a. Pasang tiang-tiang dari bambu gelondongan setinggi 50 – 80 cm di bagian pinggir
bedengan; arahnya memanjang pada jarak tiap 3-4 meter.
b. Pasang bilah bambu yang bentuknya dilengkungkan setengah lingkaran setinggi 160 – 200
cm dari permukaan tanah. Caranya adalah dengan memasukkan ujung bilah bambu ke
dalam lubang bambu gelondongan yang letaknya berpasangan.
c. Hubungkan antara kerangka sungkup yang satu dengan yang lainnya dengan bilah bambu
yang dipasang memanjang, kemudian ikat dengan tali kawat, hingga akhirnya sungkup
(kerangka) naungan siap dipasang atap plastik bening.
d. Pasang atap plastik bening, dan kuatkan dengan tali pengikat agar tidak mudah lepas oleh
terpaan angin.
Kegiatan pemeliharaan tanaman untuk semua jenis atau varietas cabai hibrida umumnya
meliputi :
Pemasangan ajir (turus)
Cabai hibirida umumnya berbuah lebat, sehingga untuk menopang pertumbuhan tanaman
agar kuat dan kokoh serta tidak rebah perlu dipasang ajir (turus) dari bilah bambu setinggi
125 cm, lebar + 4 cm dan tebalnya + 2 cm. Ajir dipasang (ditancapkan) tegak tiap 3 tanaman
cabai 1 ajir secara berjajar mengikuti arah panjang bedengan. Antara ajir dengan ajir lainnya
dihubungkan dengan bilah bambu memanjang (gelagar) tepat pada ketinggian 80 cm dari
permukaan tanah. Pemasangan ajir harus sedini mungkin, yakni pada saat tanaman belum
berumur 1 bulan setelah pindah tanam. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan akar
tanaman cabai sewaktu memasang (menancapkan) ajir. Khusus untuk cabai paprika,
pemasangan ajir setiap tanaman 1 ajir.
Pengairan (Penyiraman)
Pada fase awal pertumbuhan atau saat tanaman cabai masih menyesuaikan diri terhadap
lingkungan kebun (adaptasi), maka penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap hari,
terutama di musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam,
pengairan berikutnya dilakukan dengan cara dileb setiap 3 – 4 hari sekali. Pengeleban ini
airnya cukup sampai batas antara tanah bagian bawah dengan ujung MPHP. Setelah tanah
bedengan basah, airnya segera dibuang kembali melalui saluran pembuangan. Tanah yang
becek atau menggenang akan memudahkan tanaman terserang penyakit layu. Di lahan
tertentu yang tidak mungkin melakukan pengairan dengan cara dileb, dapat menggunakan
teknik kocoran melalui selang yang dialirkan di antara 4 tanaman. Ujung selang dimasukkan
ke dalam lubang MPHP di tengah-tengah bedengan. Tanaman cabai hibrida di bawah 40 hari,
memerlukan pengairan yang intensif dan rutin. Sedangkan tanaman yang sudah produktif
(berbuah) tidak mutlak memerlukan air banyak. Tetapi yang terpenting adalah menjaga agar
tanah tidak kekeringan.
Perempelan
Cabai hibrida umumnya bertunas banyak yang tumbuh dari ketiak-ketiak daun. Tunas ini
tidak produktif dan akan mengganggu pertumbuhan secara optimal. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perempelan (pembuangan) tunas samping.
Perempelan tunas samping dilakukan pada tanaman cabai hibrida yang berumur antara 7 – 20
hari. Semua tunas samping dibuang agar tanaman tumbuh kuat dan kokoh. Saat terbentuk
cabang, maka perempelan tunas dihentikan. Biasanya perempelan tunas ini dilakukan 2 – 3
kali. Tanpa perempelan tunas samping, pertumbuhan tanaman cabai akan lambat.
Ketika tanaman cabai mengeluarkan bunga pertama dari sela-sela percabangan pertama,
maka bunga ini pun harus dirempel. Tujuan perempelan bunga perdana ini adalah untuk
merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan percabangan di atasnya yang lebih banyak dan
produktif menghasilkan buah yang lebat. Kelak tanaman cabai hibrida yang sudah berumur
75 – 80 hari biasanya sudah membentuk percabangan yang optimal. Daun-daun tua yang ada
di bawah cabang dapat dirempel, terutama daun yang terserang hama dan penyakit. Daun tua
tersebut sudah tidak produktif lagi, bahkan seringkali menjadi sumber penularan hama dan
penyakit. Perempelan daun-daun tua ini jangan terlalu awal, sebab pertumbuhan cabang daun
belum optimal. Kesalahan perempelan daun tua, justru berakibat fatal, yakni menyebabkan
tanaman cabai tumbuh merana dan produksinya menurun.
Pemupukan Tambahan (susulan)
Sekalipun tanaman cabai hibrida sudah dipupuk total pada saat akan memasang MPHP,
namun untuk menyuburkan pertumbuhan yang prima dapat diberi pupuk tambahan (susulan).
Jenis pupuk yang digunakan pada fase pertumbuhan vegetatif aktif (daun dan tunas) adalah
pupuk daun yang kandungan Nitrogennya tinggi, misalnya Multimicro dan Complesal cair.
Interval penyemprotan pupuk daun antara 10 – 14 hari sekali, dengan dosis atau konsentrasi
yang tertera pada labelnya (kemasan) pupuk daun tersebut. Pada fase pertumbuhan bunga dan
buah (generatif), masih perlu pemberian pupuk daun yang mengandung unsur Phospor dan
Kaliumnya tinggi, misalnya Complesal merah, Kemira merah ataupun Growmore Kalsium.
Untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah, tanaman cabai yang berumur 50 hari dapat
dipupuk susulan berupa NPK atau campuran ZA, Urea, TSP, Kcl, (1 : 1 : 1 : 1) sebanyak + 4
sendok makan. Cara pemberiannya adalah dengan melubangi MPHP diantara 4 tanaman.
Kemudian pupuk dimasukkan melalui lubang tersebut sambil diaduk-aduk dengan tanah dan
langsung disiram air bersih agar cepat larut dan meresap ke dalam tanah. Pemupukan susulan
berikutnya masih diperlukan, terutama bila kondisi pertumbuhan tanaman cabai kurang
memuaskan atau karena terserang hama dan penyakit. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan
adalah NPK sebanyak 4-5 kg yang dilarutkan dalam 200 liter air (1 drum). Pemberiannya
adalah dengan cara dikocorkan pada setiap tanaman sebanyak 300 – 500 cc atau tergantung
kebutuhan. Cara pengocoran dapat dilakukandengan alat bantu corong atau selang sepanjang
0,5 – 1,0 m dimasukkan ke dalam lubang MPHP dekat pangkal batang tanaman cabai.
Pengocoran pupuk larutan ini dapat dilakukan setiap dua minggu sekali. Varietas cabai
hibrida umumnya bisa berbuah cukup lama, sehingga dapat dipanen beberapa kali (12 – 14
kali), terutama pada hibrida Hot Beauty dan Hero. Setiap kali selesai panen perlu dipupuk
susulan untuk mempertahankan produktivitas buah. Jenis dan dosis pupuknya adalah berupa
NPK atau campuran ZA, Urea, TSP, KCl, (1 : 1 : 1 : 1) sebanyak 2 sendok per tanaman yang
diberikan di antara 2 tanaman cabai bagian kiri dan kanan. Pada kondisi pertumbuhan
tanaman cabai cukup bagus, pemberian pupuk susulan ini cukup sebulan sekali. Pemupukan
Nitrogen pada cabai hibrida dianjurkan 2 macam sumber N, yaitu ZA san Urea. Pupuk ZA
selain mengandung unsur Nitrogen, juga kaya akan unsur Belerang (S) yang diperlukan untuk
pertumbuhan cabai hibrida secara optimal.
Pemeliharaan Penyiraman
Lakukan penyiraman secukupnya untuk menjaga kelembaban media tanah.
Pemupukan
Lakukan pemupukan susulan :
• Pupuk Kimia
Umur 30 hari setelah tanam : 5 gr Kcl per tanaman. Umur 30 dan 60 hari Setelah tanam :
masing-masing 1/3 bagian dari sisa campuran Urea dan ZA pada pemupukan dasar.
• Pupuk hayati MiG-6PLUS
Pengulangan pemberian pupuk hayati MiG-6PLUS pada masa pemeliharaan adalah
setiap 3 minggu sekali dengan dosis yang di anjurkan adalah 2 liter MiG-6PLUS
per hektar.
Perompesan
Perompesan adalah pembuangan cabang daun di bawah cabang utama dan buang bunga yang
pertama kali muncul.
Pengendalian hama,penyakit,dan gulma

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT


Salah satu faktor penghambat peningkat-an produksi cabai adalah adanya serangan hama dan
penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai karena serangan penyakit busuk buah
(Colletotrichum spp), bercak daun (Cercospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp.)
berkisar antara 5% – 30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai
diajurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Komponen Pengendalian Hama dan
Penyakit secara Terpadu (PHPT) ini mencakup pengen-dalian kultur teknik, hayati (biologi),
varietas yang tahan (resisten), fisik dan mekanik, peraturan-peraturan, dan cara kimiawi.

HAMA CABAI
Hama
Untuk mengendalikan hama lalat buah penyebab busuk buah, pasang jebakan yang
diberi Antraxtan. Sedang untuk mengendalikan serangga pengisap daun seperti Thrips,
Aphid dengan insektisida.
Jenis-jenis hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun dan trips.Kutu
daun menyerang tunas muda cabai secara bergerombol. Daun yang terserang akan
mengerut dan melingkar. Cairan manis yang dikeluarkan kutu, membuat semut dan
embun jelaga berdatangan.
Embun jelaga yang hitam ini sering menjadi tanda tak langsung serangan kutu
daun.Pengendalian kutu daun (Myzus persicae Sulz) dengan memberikan pestisida
sistemik pada tanah sebanyak 60-90 kg/ha atau sekitar 2 sendok makan/10 m2 area.
Apabila tanaman sudah tumbuh semprotkan insektisida. Serangan hama trips amat
berbahaya bagi tanaman cabai, karena hama ini juga vector pembawa virus keriting
daun.
Gejala serangannya berupa bercak-bercak putih di daun karena hama ini mengisap
cairan daun tersebut. Bercak tersebut berubah menjadi kecokelatan dan mematikan
daun. Serangan berat ditandai dengan keritingnya daun dan tunas. Daun menggulung
dan sering timbul benjolan seperti tumor.
Hama trips (Thrips tabaci) dapat dicegah dengan banyak cara
yaitu:
• Pemakaian mulsa jerami
• Pergiliran tanaman
• Penyiangan gulma atau rumputan pengganggu, dan menggenangi lahan dengan air selama
beberapa waktu.
• Pemberian pestisida sistemik pada waktu tanam seperti pada pencegahan kutu daun
mampu mencegah serangan hama trip juga. Akan tetapi, untuk tanaman yang sudah
cukup besar, dapat disemprot dengan insektisida.
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Serangga dewasa dari hama ini adalah kupu-kupu, berwarna agak gelap dengan garis agak
putih pada sayap depan. Meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman dan
ditutp dengan bulu-bulu. Jumlah telur tiap betina antara 25-500 butir. Telur akan menetas
menjadi ulat (larva), mula-mula hidup ber-kelompok dan kemudian menyebar. Ciri khas dari
larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis
kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah
permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 – 61 hari.
Stadium yang membahayakan dari hama Spodoptera litura adalah larva (ulat). Menyerang
bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman
(polifag), termasuk menyerang tanaman cabai. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari,
karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di
tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di
musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas
maupun bawah daun cabai. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara
tidak beraturan; sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabai
menurun. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
Mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh.
Kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang
menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman.
Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida berbahan aktif Bacilus
thuringiensis seperti Dipel, Florbac, Bactospeine, dan Thuricide.
Sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Sex pheromone merupakan
aroma yang dikeluarkan serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan sexual
(birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghampiri dan melakukan perkawinan
sehingga membuahkan keturunan. Sex pheromone dari Taiwan yang di Indonesia diberi nama
“Ugratas” atau Ulat Grayak Berantas Tuntas berwarna “merah” sangat efektif untuk dijadikan
perangkap kupu-kupu dewasa dari ulat grayak (S. litura). Cara pemasangan Ugratas merah ini
adalah dimasukkan ke dalan botol bekas aqua volume 500 cc yang diberi lubang kecil untuk
tempat masuknya kupu-kupu jantan. Untuk 1 hektar kebun cabai cukup dipasang 5-10 buah
Ugratas merah, dengan cara digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman cabai. Daya
tahan (efektivitas) Ugratas ini + 3 minggu, dan tiap malam bekerja efektif sebagai perangkap
ngengat jantan. Keuntungan penggunaan Ugratas ini antara lain : aman bagi manusia dan
ternak, tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, dapat menekan penggunaan insektisida,
tidak menimbulkan kekebalan hama, dan dapat memperlambat perkem-bangan hama
tersebut.Kimiawi, yaitu disemprot insektisida seperti Hostathion 40 EC 2 cc/lt atau Orthene
75 SP 1 gr/lt.
Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala
jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabai. Kutu
daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan
atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur
hidup hama ini berkisar antara 7 – 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara
mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat
menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan
akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.
Kehadiran kutu daun di kebun cabai, tidak hanya menjadi hama tetapi juga berfungsi sebagai
penular (penyebar) berbagai penyakit virus. Di samping itu, kutu daun mengeluarkan cairan
manis (madu) yang dapat menutupi permukaan daun. Cairan manis ini akan ditumbuhi
cendawan jelaga berwarna hitam sehingga menghambat proses fotosintesis. Serangan kutu
daun menghebat pada musim kemarau.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
Kultur teknik, yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai,
misalnya jagung.
Kimiawi, yaitu dengan semprotan insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin
25 EC pada konsentrasi 0,1 – 0,2 cc/liter, Decis 2,5 EC 0,04%, Hostathion 40EC 0,1% atau
Orthene 75 SP 0,1%.
Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Serangga dewasa panjangnya + 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di
dalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas, kemudian merusak buah cabai. Buah-buah
yang diserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk dan berlubang kecil.
Buah cabai yang terserang akan dihuni larva yang pandai meloncat-loncat. Akibatnya semua
bagian buah cabai rusak, busuk, dan berguguran (rontok). Daur hidup hama ini lamanya
sekitar 4 minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
Kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah.
Mekanis, yaitu dengan mengumpul-kan buah cabai yang terserang, kemudian dimusnahkan.
Kimiawi, yaitu dengan pemasangan perangkap beracun “metil eugenol” atau protein
hydrolisat yang efektif terhadap serangga jantan maupun betina. Dapat pula disemprot
langsung dengan insektisida seperti Buldok, Lannate ataupun Tamaron.
Thrips (Thrips sp.)
Spesies Thrips yang sering ditemukan adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat pemangsa
segala jenis tanaman (polifag). Serangga Thrips sangat kecil, panjang + 1 mm, berkembang
biak tanpa pembuahan sel telur (partenogenesis) dan siklus hidupnya berlangsung selama 7 –
12 hari. Hama Thrips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan gejala
serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Serangan yang berat dapat
mengakibatkan matinya daun (kering). Thrips ini kadang-kadang berperan sebagai penular
(vektor) penyakit virus.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
Kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap
dengan selisih waktu cukup lama karena tanaman muda akan terserang parah.
Kimiawi, yaitu dengan disemprot insektisida Deltamethrin 25 EC 0,1-0,7 cc/lt, Triazophos 40
EC 0,5-2,0 cc/lt, Endosulfan 25 EC 0,5-2,0 cc/lt, atau juga Decis 2,5 EC (0,04%), Hostathion
20 EC (0,2%) maupun Mesurol 50 WP (0,1-0,2%).
Tungau (Tarsonemus translucens)
Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag).
Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif di siang hari. Siklus
hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabai dengan cara
mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat serangannya dapat menimbulkan
bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan yang berat, terutama di musim kemarau, akan
menyebabkan cabai tumbuh tidak normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau
dapat dilakukan dengan cara disemprot insektisida akarisasi seperti Omite EC (0,2%) atau
Mitac 200 EC (0,2%).

PENYAKIT CABAI
Penyakit
Untuk penyakit busuk buah kering (Antraknosa) yang disebabkan cendawan, gunakan
fungisida seperti Antracol. Dosis dan aplikasi masing-masing obat tersebut dapat
dilihat pada labelnya.
Adapun jenis-jenis penyakit yang banyak menyerang cabai antara lain antraks atau
patek yang disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici dan Colletotricum
piperatum, bercak daun (Cercospora capsici) , dan yang cukup berbahaya ialah
keriting daun (TMV, CMVm, dan virus lainnya).
Gejala serangan antraks atau patek ialah bercak – bercak pada buah, buah kehitaman
dan membusuk, kemudian rontok.
Gejala serangan keriting daun adalah:
• bercak daun ialah bercak-bercak kecil yang akan melebar
• Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering
robek atau berlubang.
• Daun berubah kekuningan lalu gugur.
• Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh keriting dan mengerutnya daun, tetapi
keadaan tanaman tetap sehat dan segar.
Selain penyakit keriting daun, penyakit lainnya dapat dicegah dengan penyemprotan
fungisida Dithane M 45, Antracol, Cupravit, Difolatan. Konsentrasi yang digunakan
cukup 0,2-0,3%. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman dicabut
dan dibakar. Pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit.
Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Bakteri layu mempunyai banyak tanaman inang, diantaranya adalah tomat, kentang, kacang
tanah dan cabai. Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman
yang sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan alat-alat pertanian. Bakteri
layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman
cabai terjadi mendadak, dan akhirnya menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari
kemudian. Bakteri layu menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang
cabai yang diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening,
maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan berwarna coklat susu
atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir (slime bakteri). Gejala yang dapat
diamati secara visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk,
kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering
serta rontok. Penyakit bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan
umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun
berbuah.
Pengendalian penyakit bakteri layu harus dilakukan secara terpadu, yaitu :
Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam bakterisida
Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.
Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang.
Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di
sekitar batang tanaman cabai tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum.
Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran
tanaman yang bukan famili Solanaceae

Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)


Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit
ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH rendah (masam). Gejala serangan yang dapat
diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian
diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh
tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan
bakteri layu (P. solanacearum). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan
dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas
berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian
digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat
suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan
Fusarium.
Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik, misalnya
Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit.
Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka
pH tanah agar mendekati netral.
Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat.
Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi,
terutama pada musim hujan.
Penyiraman larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di
sekitar batang tanaman cabai yang diduga sumber atau terkena cendawan.
Bercak Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby).
Bercak daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau “patek”. Penyakit ini
menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatum
Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici. Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah
muda dan menyebabkan mati ujung. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan
terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk, serta tepi bintik berwarna kuning.
Di bagian lekukan akan terus membesar dan memanjang yang bagian tengahnya berwarna
gelap. Cendawan C. capsici lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal
serangan ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas
menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang merupakan
kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan buah cabai
mengkerut dan mengering menyerupai “mummi” dengan warna buah seperti jerami.
Pengandalian dapat dilakukan dengan cara :
Perlakuan benih, yaitu direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Benomyl atau
Thiram, misalnya Benlate pada dosis 0,5/lt, ataupun berbahan aktif Captan (Orthocide)
dengan dosis 1 gr/lt. Lamanya perendaman benih antara 4-8 jam.
Pengaturan jarak tanam yang sesuai sehingga kondisi kebum tidak terlalu lembab. Pada
musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 50 x 70 cm, sedangkan di musim hujan 60 x
70 cm ataupun 65 x 70 cm, baik sistem segi empat atau segi tiga zig-zag.
Pembersihan (sanitasi) lingkungan yaitu dengan cara menyiang gulma atau sisa-sisa tanaman
yang ada di sekitar kebun agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan, kemudian dimusnahkan (dibakar).
Penyemprotan dengan fungisida seperti Kasumin 2 cc/lt, Difolatan 4 cc/lt, Phycozan, Dithane
M-45, Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut efektif menekan
Antraknosa.
Rotasi tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae (tomat, kentang,
terung, tambakau). Tujuan rotasi tanaman ini adalah untuk memotong siklus hidup cendawan
penyebab penyakit Antraknosa.
Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan
penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan
meluas dengan garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih
dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun
menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun.
Pengen-dalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan
disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.
Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah
ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-
lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu.
Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-
kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara
lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit,
Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.
Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai. Gejala serangan nampak
pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang.
Batang tanaman cabai juga dapat diserang oleh penyakit ini, ditandai dengan gejala
perubahan warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang menunjukkan gejala
awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu panjang, dan akhirnya buah
akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm,
mengumpulkan buah cabai yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti
Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.
Virus
Penyakit virus pada tanaman cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber
Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco Mosaic
Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV).
Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik
yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga
penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang terserang virus seringkali
mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.
Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan
insektisida yang efektif.
b. Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut
dan dimusnahkan.
c. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.
Pengamatan Hama & Penyakit
a. Penyakit
• Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan
oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang
dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan
penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.
• Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau
kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi seperti penyakit rebah
semai.
• Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau
pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara
mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau
PESTONA.
b. H a m a
• Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan
pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni
kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR atau PESTONA.
• Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan
daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya
koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan
keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan BVR atau PESTONA untuk
mengurangi penyebaran.
• Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning
kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk menebal
dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung
dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip
Penyakit Fisiologis
Merupakan keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan
oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabai yang paling
sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan terbakarnya buah cabai
akibat sengatan sinar matahari, terutama pada cabai Paprika. Tanaman cabai yang
kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak hijau-gelap,
kemudian menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi
rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabai menjadi pipih dan berubah warna
lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan
diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara
pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun
secara merata. Bila tanaman cabai atau paprika sedang produktif berbuah tetapi baru
diketahui kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak
mengandung unsur Ca, seperti Growmore Kalsium. Cabai paprika tidak tahan terhadap sinar
matahari, sehingga bila mengenai permukaan buah akan menyebabkan terbakarnya kulit dan
bagian dalam buah. Gejala yang nampak di bagian luar adalah warna kulit buah berubah
menjadi keputih-putihan hingga kecoklatan dan mengkerut. Meskipun tidak menjadi busuk
basah, tetapi warna buah menjadi jelek dan kualitasnya menurun (rendah). Pengendalian
terhadap sengatan sinar matahari adalah melindungi tanaman dengan sungkup beratapkan
plastik transparan (bening). Menurut penelitian, fungsi naungan plastik bening selain dapat
mengurangi (mereduksi) intensitas cahaya matahari, juga dapat mengurangi tingginya
temperatur tanah dan defisit air; sehingga dapat meningkatkan kelembaban relatif tanah di
sekitar pertanaman paprika. Di samping itu, pengaruh naungan plastik bening dapat
meningkatkan hasil (bobot) buah total.
kembali ke atas

Panen dan Pasca Panen


Panen
Panen cabai yang ditanam didataran rendah lebih cepat dipanen dibandingkan dengan
cabai dataran tinggi. Panen pertama cabai dataran rendah sudah dapat dilakukan pada
umur 70 – 75 hari.
Sedang di dataran tinggi panen baru dapat dimulai pada umur 4-5 bulan. Setelah panen
pertama, setiap 3-4 hari sekali dilanjutkan dengan panen rutin.
Biasanya pada panen pertama jumlahnya hanya sekitar 50 kg. Panen kedua naik
hingga 100 kg. Selanjutnya 150, 200, 250, hingga 600 kg per hektar.
Setelah itu hasilnya menurun terus, sedikit demi sedikit hingga tanaman tidak produktif lagi.
Tanaman cabai dapat dipanen terus-menerus hingga berumur 6-7 bulan.
Cabai yang sudah berwama merah sebagian berarti sudah dapat dipanen. Ada juga
petani yang sengaja memanen cabainya pada saat masih muda (berwarna hijau).
Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar percabangan/ tangkai tanaman tidak patah.
Kriteria panennya saat ukuran cabai sudah besar, tetapi masih berwama hijau penuh.
Penentuan umur panen
Umur panen cabe biasanya 70-90 hari tergantung varietasnya, yang ditandai dengan
60% cabe sudah berwarna merah. Untuk dijadikan benih maka cabe dipanen bila buah
sudah menjadi merah semua.
KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PLASTIK HITAM-PERAK
Mulsa plastik yang dianggap baik di daerah subtropis adalah yang berwarna hitam dengan
ketebalan 50 mikron. Mulsa Plastik Hitam (MPH) sudah membudaya pada tanaman
mentimun, tomat, strawberri dan kubis bunga. Adaptasi atau pengembangan teknologi sistem
Mulsa Plastik dirintis oleh Jepang dan Taiwan yang memperkenalkan Mulsa Plastik Hitam
Perak (MPHP). MPHP ini memiliki dua muka dan dua warna, yaitu muka pertama berwarna
hitam dan muka kedua berwarna perak. Warna hitam untuk menutup permukaan tanah, warna
perak sebagai permukaan atas tempat menanam suatu tanaman budidaya.
Keuntungan bertani sistem MPHP antara lain :
1. Pemberian pupuk dapat dilakukan sekaligus total sebelum tanam.
2. Warna hitam dari mulsa menimbul-kan kesan gelap sehingga dapat menekan rumput-
rumput liar atau gulma.
3. Warna perak dari mulsa dapat memantulkan sinar matahari ; sehingga dapat mengurangi
hama aphis, trips dan tungau, serta secara tidak langsung menekan serangan penyakit virus.
4. Menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap (stabil).
5. Mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan, dan penguapan unsur hara oleh sinar matahari.
6. Buah cabai yang berada di atas permukaan tanah terhindar dari percikan air tanah sehingga
dapat mengurangi resiko berjangkitnya penyakit busuk buah.
7. Kesuburan tanah karena pemupukan dapat merata, sehingga pertumbuhan dan produksi
tanaman budidaya relatif seragam (homogen).
8. Praktis untuk melakukan sterilisasi tanah dengan menggunakan gas fumigan seperti
Basamid-G, karena fungsi MPHP mempercepat proses pembentukan gas zat fumigan tanpa
harus membeli plastik khusus.
9. Secara ekonomis penggunaan MPHP dapat mengurangi pekerjaan penyiangan dan
penggemburan tanah, sehingga biaya pengadaan MPHP dapat dialokasikan dari biaya
pemeliharaan tanaman tersebut.
10. Pada musim kering (kemarau), MPHP dapat menekan penguapan air dari dalam tanah,
sehingga tidak terlalu sering untuk melakukan penyiraman (pengairan).
kembali ke atas

PANEN & PASCA PANEN


PANEN CABAI HIBRIDA
Panen cabai hibrida sangat dipengaruhi oleh faktor jenis atau varietasnya, dan lingkungan
tempat tanam. Di dataran rendah, umumnya cabai mulai dipanen pada umur 75-80 hari
setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali. Sedangkan di dataran tinggi
(pegunungan), panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari setelah tanam.
Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali. Khusus untuk sasaran ekspor,
panen cabai dipilih pada tingkat kemasakan 85% – 90% saat warna buah merah-kehitaman.
Di dataran rendah, panen cabai untuk tujuan ekspor dapat diatur 2 hari sekali ; sedangkan di
dataran tinggi antara 4-6 hari sekali. Pada cabai paprika, persyaratan layak panen adalah bila
buahnya telah mencapai ukuran maksimal, hampir matang tetapi warnanya masih hijau. Buah
cabai paprika yang dipanen terlalu muda bobotnya akan menurun secara drastis dan kurang
tahan angkut (cepat rusak). Sebaliknya, buah cabai paprika yang dipanen terlalu matang atau
warnanya sudah merah, maka kualitasnya kurang disukai pasar (konsumen). Kecuali
beberapa varietas cabai paprika memang khusus untuk dipanen buah merah ataupun buah
kuning.
Cara panen cabai hibrida adalah memetik buah bersama tangkainya secara hati-hati di saat
cuaca terang. Hasil panen dimasukkan ke dalam wadah, kemudian dikumpulkan di tempat
penampungan. Pada pertanaman yang baik, dapat menghasilkan produksi antara 20-40
ton/ha. Khusus cabai paprika minimal dapat menghasilkan 5-10 ton/hektar, harga jualnya
lebih mahal dibanding dengan jenis-jenis cabai lainnya.
PASCA PANEN CABAI HIBRIDA
Cabai Segar
Pemilihan buah (seleksi dan sortasi)
Di tempat penampungan, buah-buah cabai dipilih berdasarkan warna merah, masih
kehitaman; dan juga dipisahkan antara buah sehat dengan buah sakit atau rusak (busuk).
Pengkelasan (klasifikasi)
Khusus untuk diekspor dilakukan pengkelasan, yaitu dipilih buah-buah cabai yang
panjangnya minimal 11 cm, bentuk buah lurus, dan tidak terlalu matang.
Pewadahan (pengemasan)
Untuk sasaran pasar lokal, pewadahan cabai dapat dilakukan dalam karung plastik yang
tembus udara ataupun keranjang bambu.
Untuk sasaran pasar ekspor, buah-buah cabai ditata rapi dalam kardus-kardus ukuran 30 x 40
x 50 cm berisi + 20 kg, dan berventilasi atau dibuatkan lubang-lubang kecil.
Penyimpanan
Penyimpanan sementara sebelum dipasarkan, sebaiknya di tempat (ruang) yang teduh dan
cukup lembab, serta sirkulasi udara baik.
Bila fasilitas penyimpanan memungkinkan, dapat dilakukan dalam ruang dingin (cold
storage) yang suhunya rendah antara 2-15 derajat Celcius dan kelembabannya tinggi sekitar
90%-95% agar tetap segar selama + 20 hari.
Cabai Kering
Pemasaran cabai kering memiliki beberapa keuntungan, diantaranya memudahkan
pengangkutan, produk-nya dapat dikemas secara ringkas dan tahan lama.
Pembersihan
Buah-buah cabai dipilih yang sudah matang (berwarna merah), kemudian dicuci bersih dan
tangkainya dibuang.
Pembelahan
Setelah buah cabai ditiriskan, segera dibelah dan dibuang biji-bijinya.
Perendaman sesaat dalam air hangat (blanching)
Buah-buah cabai segar segera dicelupkan ke dalam air mendidih yang telah dicampur Kalium
Metabisulfit 0,2%. Lama perendaman + 6 menit, kemudian disusul pencelupan ke dalam air
dingin. Tujuan blanching adalah untuk menambah ketahanan warna buah sehingga tidak
cepat berubah terjadi coklat (browning).
Pengeringan
Pengeringan cabai dapat dilakukan secara alami (sinar matahari) selama 7-10 hari, ataupun
dengan alat mekanis yang bersuhu 600 C sehingga dapat kering selama 12-20 jam.
Pengeringan dengan alat mekanis memiliki beberapa keuntungan, antara lain waktunya relatif
singkat, bersih, dan kadar air dapat seminim mungkin + 10%.
Penyimpanan
Cabai kering dapat dikemas dalam kantong ataupun karung plastik tertutup rapat. Tempat
penyimpanannya yang baik adalah ruangan kering dengan kelembaban 70%.
Referensi Budidaya Cabai
a. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-cabai.html
b. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-cabai.html
c. http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai
d. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-cabai.html
e. http://kebunwhy.8m.com/cabai.html
f. http://www.tanindo.com/budidaya/cabe/cabehibrida.htm
g. http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/407624E9- 3D21 -471A -8099 -3812AC4ED2B/16053/
Budidaya Cabai Merah
h. http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20Tanaman%20%20Cabe.pdf
i. http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai_rawit
j. http://labuhanbatunews.wordpress.com/2007/09/08/budidaya-cabe-merah-ala-kipp-
labuhanbatu/
k.http://www.mojokertokota.go.id/news/index.php?act=artikel_detail&p_id=ag20090521115
95627
l. http://wapedia.mobi/id/Cabai
m.http://id.shvoong.com/books/1867981-bertanam-cabai/
n. http://wisata-
buku.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1080&Itemid=1220
o.http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-cabai.html
p. http://go-organik-2010.blogspot.com/2008/08/teknis-budidaya-cabai.html
q. http://onlineku.com/budidaya-cabai-merah.html
r. http://blog.ub.ac.id/apriliafitricarora/2010/06/01/budidaya-cabai/
s. http://info.g-excess.com/id/info/Cara_Bertanam_Cabai%3A_Pengertian_Cabai.info
t. http://wawan-satu.blogspot.com/2009/11/budidaya-cabai-hibrida.html
u. http://foragri.blogsome.com/budidaya-cabai-pada-musim-penghujan/
v. http://www.top-pdf-manuals.com/budi-daya-cabe-merah.html
w. http://agrokita.com/in/budidaya/173-tehnik-budidaya-cabai-merah

Anda mungkin juga menyukai