Menurut Tjokrodimuljo (1975), kayu di Indonesia dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu :
Pohon berdaun lebar (Breadleaf Trees), yaitu jenis kayu
yang disebut sebagai kayu teras pada umumnya (hard woods). Pohon ini tumbuh di daerah tropik dan sub tropik, tumbuhnya lambat dan batangnya berbenjol-benjol, banyak terlihat pori-porinya dengan jelas bila diketam memanjang. Pohon berdaun jarum (Conibearing Trees), yaitu kayu yang disebut sebagai kayu lunak (soft woods). Pohon ini tumbuh di daerah dingin dan pertumbuhannya cepat, batangnya lurus dan gelangan tahun terlihat jelas. Pohon sebangsa palm yaitu jenis-jenis kayu seperti pohon kelapa, lontar. Pohon ini tumbuh di daerah tropik, berhawa panas, pegunungan tinggi lebih dari 600 m dari muka laut. Pohon sebangsa bambu (rumput-rumputan), yaitu semua jenis bambu yang biasa digunakan sebagai bangunan Struktur Kayu Jika diadakan irisan penampang pada batang pohon, pada umumnya akan dijumpai tiga bagian utama (Asroni, 1994), yaitu: a. Kulit luar (outer bark), kering, sel-selnya sudah mati, dan berfungsi sebagai pelindung bagian- bagian sebelah dalam. b. Kulit dalam (inner bark/ bast), yang basah dan sel- selnya masih hidup. c. Hati (pitch), letaknya paling dalam, dapat digunakan untuk menentukan jenis pohon (misal: dengan warnanya atau kekerasannya). Pada kulit dalam, terdapat beberapa bagian tertentu, yaitu : (1). Lapisan kambium Lapisan kambium ini sangat tipis, dan merupakan tempat proses pertumbuhan atau pembuatan sel-sel kulit dan sel-sel kayu. (2). Kayu gubal (sap wood) Keadaan kayu gubal ini masih lunak (kayu muda), warnanya keputih-putihan, tebalnya antara 1 cm sampai 20 cm (bergantung pada jenis kayu), serta merupakan jalur pintas untuk mengangkut air dan zat- zat makanan dari akar ke daun ataupun dari daun ke tempat- tempat yang membutuhkan zat-zat makanan. Pada kayu gubal ini terdapat jari-jari teras (rays) yang arah sel-selnya tegak lurus arah serat kayu, dan berfungsi untuk menyimpan bahan makanan serta mengangkut zat-zat makanan ke arah radial. (3). Kayu teras atau galih (heartwood) Kayu teras ini merupakan kayu yang kuat / kokoh, dan berwarna tua(kecoklat-coklatan). Pada kayu teras tidak terdapat zat-zat makanan, sehingga tidak mudah lapuk. (4). Gelang tahun Gelang tahun merupakan lapisan-lapisan melingkar seperti gelang atau cincin, dan terjadi karena pertumbuhan sel-sel kayu baru di sekeliling kayu teras. Gelang tahun mempunyai ketebalan antara 0,5 mm sampai 12 mm, bergantung pada jenis kayu, keadaan tanah, serta keadaan musim/iklim. Karena gelang tahun ini terjadi pada setiap tahun, maka dengan melihat jumlah gelang tahun dapat melihat umur dari pohon yang bersangkutan. Pada pertemuan antara batang pohon dengan dahan, terdapat bagian bulat dan berwarna tua yang disebut mata kayu, seperti pada Gambar di bawah ini. Mata kayu ini lebih keras daripada bagian di sekelilingnya, dan daya hisap terhadap air atau zat cair berkurang, sehingga sulit untuk pekerjaan pengecatan. Disamping itu, mata kayu juga akan mempengaruhi kekuatan kayu karena arah serat-seratnya berubah. Pada mata kayu yang masih sehat, mata kayu tersebut akan tetap melekat atau bersatu dengan batangnya, tetapi pada mata kayu yang sudah mati, mata kayu ini tidak bersatu dengan batang dan dapat lepas dengan sendirinya apabila untuk pekerjaan konstruksi. 1. Sifat fisik Sifat-sifat fisik kayu antara lain meliputi : pengaruh temperatur, daya hantar panas dan daya hantar listrik dari kayu. 1a). Pengaruh temperatur. Kayu mempunyai angka muai yaitu akan mengembang jika dipanasi, dan akan mengecil jika didinginkan. Angka muai kayu pada arah sejajar dengan arah serat jauh lebih besar daripada angka muai pada arah tegak lurus serat. Tetapi pengaruh angka muai ini relatif kecil apabila dibandingkan dengan pengaruh kadar lengasnya, sehingga dapat diabaikan. 1b). Daya hantar panas. Kayu merupakan bahan isolator yang baik karena mempunyai daya hantar panas yang kecil seperti terlihat pada Tabel berikut. 1c). Daya hantar listrik. Kayu kering merupakan isolator yang baik terhadap aliran listrik. Tetapi sebaliknya, kayu yang banyak mengandung air, daya hantar listriknya hampir sama dengan daya hantar air. Sifat-sifat higroskopik kayu meliputi : pengaruh kadar lengas kayu dan kembang susut kayu. 2a). Pengaruh kadar lengas kayu. Pengaruh kadar lengas terhadap kayu, dapat menyebabkan mengembang dan menyusutnya kayu tersebut. Jenis kadar lengas kayu ada tiga macam, yaitu: (1). Kadar lengas kayu basah, berkisr antara 40% - 200% tergantung jenis kayu, misalnya kayu yang baru ditebang. (2). Kadar lengas kering udara, antara 24% -30%, misalnya kayu-kayu pada perdagangan. (3). Kadar lengas kering mutlak (0%), misalnya kayu yang dikeringkan dengan oven. Semakin kecil kadar lengas kayu, berarti kayu akan semakin kering dan kekuatan kayu menjadi semakin bertambah besar. 2b). Kembang susut kayu. Kayu dapat mengembang atau menyusut pada tiga arah, yaitu : (1). Arah aksial (sejajar dengan arah serat), dengan penyusutan kecil :0.1%-0.2%. (2). Arah radial (menuju kepusat ) dengan penyusutan sedang : 2%-8%. (3). Arah tangensial (searah garis singgung ), dengan penyusutan besar : 4%-14% Karena besar kembang atau susut pada tiga arah tersebut berlainan, maka akan menyebabkan cacat- cacat pada konstruksi kayu seperti pada Gambar Pengaruh susut pada papan kayu berikut : Tabel 3.3