Anda di halaman 1dari 54

BUKU KULIAH

STRUKTUR KAYU
BERDASARKAN STANDAR TATA CARA PERENCANAAN
KONSTRUKSI KAYU UNTUK BANGUNAN GEDUNG
(SNI KAYU) TAHUN 2013

DISUSUN OLEH

SUGIYATNO

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Februari, 2020

1
BAB I
KAYU SEBAGAI MATERIAL BAHAN BANGUNAN

Imam Syafi’i berkata:

1.1 Material Kayu


Kayu adalah suatu bahan konstruksi bangunan yang didapatkan dari tumbuhan
alami, oleh karena itu maka bahan kayu bukan saja merupakan salah satu bahan
konstruksi yang pertama di dalam sejarah umat manusia, tetapi memungkinkan juga
kayu sebagai bahan konstruksi yang paling akhir nantinya.
Indonesia merupakan suatu negara yang sangat kaya akan bahan kayu baik
jenis maupun kuantitasnya, maka pemakaian bahan kayu untuk konstruksi dapat
dikembangkan, walaupun pada saat ini manusia lebih menyukai bahan beton atau bahan
baja untuk struktur dari suatu bangunan.
Pemakaian kayu sebagai bahan konstruksi tidak sepesat pemakaian bahan
beton atau baja disebabkan oleh :
a. Panjang kayu yang terbatas.
b. Kekuatan kayu relatif kecil.
c. Penampang kayu kecil.
d. Mudah terbakar.
e. Mudah terpengaruh oleh zat-zat kimia.
f. Peka sekali terhadap kadar air.
g. Sifat kembang-susutnya besar.

2
Keterangan :
A = Lapisan
Kambium
B = Lapisan Kulit
dalam (inner
bark)
C = Kulit luar (outer
bark)
D = Kayu Gubal
E = Kayu Teras
F = Kayu Hati
(heartwood)
G = Lingkaran tahun

Gambar 1.1 Tampang Melintang Pohon


a. Kulit luar (outer bark), yang merupakan kulit mati, kering dan berfingsi sebagai
pelindung bagian dalam kayu.
b. Kulit dalam (bast), kulit hidup, lunak basah, yang berfungsi mengangkut bahan
makanan dari daun kebagian lain.
c. Kambium (cambium), berada disebelah dalam kulit dalam, berupa lapisan sangat tipis
(tebalnya hanya berukuran mikroskopik). Bagian inilah yang memproduksi sel-sel
kulit dan sel-sel kayu.
d. Kayu gubal (sap wood), tebalnya bervariasi antara 1 - 20 cm tergantung jenis
kayunya, berwarna keputih-putihan, berfungsi sebagai pengangkut air (berikut zat-
zat) dari tanah ke daun. Untuk keperluan struktur umumnya kayu perlu diawetkan
dengan memasukan bahan-bahan kimia kedalam lapisan kayu gubal ini.
e. Kayu teras atau galih (heart wood), lebih tebal dari kayu gubal yang tidak bekerja
lagi. Kayu teras terjadi dari perubahan kayu gubal secara perlahan-lahan. Kayu teras
merupakan bagian utama pada struktur kayu yang biasanya lebih awet (terhadap
serangan serangga, bubuk, jamur) dari pada kayu gubal.
f. Bagian terdalam adalah hati (fitch), bagian ini berguna untuk menentukan jenis
pohon.

3
g. Gelang tahun, selama pertumbuhan pohon, setiap tahun terjadilah sel-sel kayu
disekeliling kayu inti, sehingga batang pohon bertambah besar. Tebalnya gelang
tahun berbeda-beda menurut macam kayu, keadaan tanah dimana pohon itu tumbuh,
keadaan musim, iklim, dsb Umur pohon dapat diketahui dari tampang pohon bagian
bawah. Pada umumnya tebal gelang tahun itu semakain besar dibagian luar.
1.2 Bentuk dan Kegunaan Kayu
Sebagai bahan struktur kayu mempunyai berbagai kekuatan, khususnya dalam
menahan tarikan, tekanan dan lenturan.
a. Menahan Tarikan
Kekuatan terbesar tarikan yang dapat ditahan oleh kayu adalah sejajar arah serat,
sedangkan kekuatan tarikan tegak lurus arah serat lebih kecil.
b. Menahan Tekanan (Desak)
Kayu juga dapat menahan beban desak, baik tekanan sejajar serat maupun tegak lurus
serat, misalnya sebagai bantalan kereta api. Daya tahan desak tegak lurus serat lebih
kecil bila dibandingkan dengan sejajar serat.
c. Menahan Lenturan
Besarnya daya tahan kayu terhadap lenturan tergantung pada jenis kayu, besarnya
peampang kayu, berat badan, lebar bentangan. Karena dapat menahan lenturan maka
kayu dapat menahan beban tetap maupun beban kejut/pukulan.
1.3 Kelebihan dan Kekurangan Kayu
Kelebihan Kayu :
1) Berkekuatan tinggi dengan berat jenis rendah.
2) Tahan terhadap pengaruh kimia dan listrik.
3) Relatif mudah dikerjakan dan diganti.
4) Mudah didapatkan, relatif murah.
5) Pengaruh temperatur terhadap perubahan bentuk dapat diabaikan.
6) Pada kayu kering memiliki daya hantar panas dan listrik yang rendah,sehingga
baik untuk partisi.
7) Memiliki sisi keindahan yang khas.
Kekurangan Kayu :
1) Adanya sifat-sifat kayu yang kurang homogen (ketidak seragaman), cacat kayu
(mata kayu, retak, dll.)

4
2) Beberapa jenis kayu kurang awet.
3) Kekuatannya sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, mutu, kelembaban dan
pengaruh waktu pembebanan.
4) Keterbatasan ukuran khususnya untuk memenuhi kebutuhan struktur bangunan
yang makin berskala besar dan tinggi.
5) Untuk beberapa jenis kayu tertentu harganya relatif mahal dan ketersediaan
terbatas (langka).

1.4 Sifat Phisis Kayu


Berat sebatang kayu sangat dipengaruhi oleh kadar lengasnya, sehingga
mempengaruhi bobot isi atau kerapatan. Kerapatan adalah salah satu indicator
kekuatan kayu, mekipun sifat-sifat yang lain juga ada pengaruhnya seperti arah
serat dan mata kayu. Angka rapat tergantung daripada banyak zat dinding sel
tiap-tiap satuan isi. Kayu yang berserat kasar mengandung sedikit sel-sel tiap-
tiap satuan isi, yang berarti sedikit dinding selnya, jadi angka rapatnya rendah
pula.
a. Pengaruh Kadar Lengas
Kadar air untuk kayu basah biasanya lebih dari 30 %.
Kayu di Indonesia pada umumnya mempunyai kadar lengas kering udara antara
12% - 18% atau kadar lengas rata-rata = 15%.
Kadar air kering mutlak 0 %. (tidak ada)
b. Pengaruh Temperatur
Sebagian besar kayu tersusun atas selulosa, lignin, dan hemiselulosa, yang
kesemuanya itu merupakan senyawa yang terbentuk dari unsur carbon,
hydrogen, dan oksigen. Unsur-unsur tersebut mudah terbakar apabila ada
peningkatan temperature ruangan yang berlebihan. Oleh karena itu kayu
digolongkan sebagai material yang mudah terbakar (combustible material).
Mengingat angka penyebaran panas (thermal conductivity) kayu yang relative
kecil dan kandungan air yang ada pada kayu , maka dibutuhkan waktu yang
relaif lama agar api dapat membakar bagian dalam kayu (Malhotra,1982)

5
Waktu yang dibutuhkan oleh temperature tinggi untuk membakar kayu bagian
luar sangat tergantung dari kadar air kayu awal, demensi batang kayu,
ketersedian oksigen dan nilai temperature itu sendiri.
Menurut Hudo (dalam Kolmann, 1984), hemiselulosa kayu Oak mulai
mengalami pyrolysis (penguraian/perubahan materialakibat temperatur0 pada
suhu 150 0C sampai 180 0C. Pyrolysis pada selulosa terjadi pada suhu 280 0C
0
sampai 350 C, sedangkan lignin akan mulai mengalami pyrolysis pada
temperature 350 0C sampai 400 0C.
Kolmann,dkk (1984) menyatakan bahwa pyrolysis kayu dapat terjadi pada
temperature 150 0C bahkan lebih rendah jika waktu pembakaran diperpanjang.
c. Sifat Penghantar Panas
Kayu adalah bahan yang berpori artinya banyak mengandung kantong-kantong
yang berisi hawa yang tidak bergerak, oleh karena itu baik sekali untuk bahan
penyekat.
Tabel 1.1 Daya hantar panas k (kg.cal/m.j.0C)
No Bahan K
1 Batu merah 0,35
2 Beton 0,56
3 Kayu // serat 0,10
4 Kayu serat 0,03
5 Gelas 0,8
6 Besi 40 – 50
7 Seng 95
Daya hantar panas kayu sebanding dengan angka rapat, lagi pula k semakin
besar apabila kadar lengas kayu bertambah besar.
d. Sifat Penghantar Listrik
Jika kayu dalam keadaan kering merupakan bahan isolator listrik yang baik,
tetapi jika kondisinya basah banyak mengandung air dapat menjadi penghantar
listrik. Dengan kadar lengas nol kayu akan menjadi penyekat arus listrik,
semakin tinggi kadar lengas maka akan semakin tinggi daya hantar listriknya.
e. Sifat Hygroscopis

6
f. kekuatan kayu. Jika udara semakin lembab maka kadar lengas kayu semakin
besar. Sel-sel kayu mengandung air, sebagian disebut air bebas (free water) yang
mengisi ruang sel dan sebagian disebut air ikat (imbibet water) yang menembus
dinding sel kemudian ditahanpori-pori dinding sel. Apabila kayu mongering air
bebas keluar terlebih dahulu, kemudian barulah air ikat meninggalkan dinding-
dinding sel . Pada saat air bebas telah habis keadaan ini disebut dengan titik
jenuh serat (fiber saturation point). Kadar lengas pada saat ini ± 25% - 30%.
g. Sifat Kembang Susut Kayu
Kayu akan mengembang bila kadar lengasny bertambah, dan akan menyusut bila
kadar lengasnya berkurang. Tetapi besarnya kembang susut itu tidak sama ke
semua arah.
Kembang susut arah radial, yaitu menuju ke pusat kayu
Kembang sust tangensial, yaitu searah dengan garis singgung
Kembang susut aksial, yaitu searah dengan panjang batang.

Gambar 1.2 Arah Kembang Susut Kayu


Kembang susut kayu dipengaryhi oleh derajat panas dan angka rapat kayu. Rata-
rata besarnya :
Tangensial 4 s/d 14 %
Radial 2 s/d 8 %
Aksial 0,1 s/d 0,2 %
Volumetrik 7 s/d 21 %
1.5 Sifat Mekanis Bahan Kayu
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat mekanis bahan kayu adalah :
1) Berat jenis

7
2) Kadar lengas
3) Kecepatan pertumbuhan
4) Posisi cincin tahun
5) Mata kayu
6) Retak-retak
7) Kemiringan arah serat
8) Batang pohon kayu mati atau hidup
9) Pengeringan kayu alami atau oven
10) Pengawetan
11) Waktu pembebasan

1.6 Kekuatan Kayu


1.6.1 Kuat acuan berdasarkan pemilahan secara visual
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang
baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis,
maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kerapatan ρ pada kondisi basah (berat dan volum diukur pada kondisi basah,
tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30%) dihitung dengan mengikuti prosedur
baku. Gunakan satuan kg/m3 untuk ρ.
b. Kadar air, m% (m < 30%), diukur dengan prosedur baku.
c. Hitung berat jenis pada m% (Gm) dengan rumus:

( )

d. Hitung berat jenis dasar (Gb) dengan rumus:

dengan

e. Hitung berat jenis pada kadar air 15% (G15) dengan rumus:

Tabel 1.2 Estimasi kuat acuan berdasar atas pada berat jenis pada kadar air 15
% untuk kayu berserat lurus tanpa cacat kayu
Kuat Acuan Rumus estimasi

8
Modulus Elastisitas Lentur, Ew (MPa) 16.000 G0.7
G adalah berat jenis kayu pada kadar air 15%
Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan / atau mempunyai cacat kayu, estimasi
nilai modulus elastiitas lentur acuan dari Tabel diatas harus direduksi dengan mengikuti
ketentuan pada SNI 03-3527-1994 UDC 691.11 tentang “Mutu Kayu Bangunan”, yaitu
dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastiits lentur acuan dari Tabel dibawah
tersebut dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel berikut yang bergantung pada
Kelas Mutu kayu. Kelas Mutu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel Kelas Mutu
Tabel 1.3 Berat Jenis Beberapa Kayu Indonesia
No. Nama perdagangan Nama botanis Berat Jenis Kayu

1. Akasia Acacia mangium 0.52 (0.47-0.58)


2. Bungur Lagerstroemia speciosa 0.69 (0.58-0.81)
3. Damar Agathis alba 0.48 (0.43-0.54)
4. Durian Durio zibethinus 0.57 (0.42-0.69)
5. Jabon Anthocephalus cadamba 0.42 (0.29-0.56)
6. Jati Tectona grandis 0.67 (0.62-0.75)
7. Karet Hevea brasiliensis 0.59 (0.47-0.73)
8. Kayu afrika Maesopsis eminii 0.41 (0.34-0.48)
9. Kayu manis Cinnamomum purrectum 0.63 (0.40-0.86)
10. Laban Vitex pubescens 0.81 (0.72-0.87)
11. Mahoni Swietenia macrophylla 0.61 (0.53-0.67)
12. Matoa Pometia pinnata 0.77 (0.50-0.99)
13. Meranti Shorea sp 0.63 (0.47-0.83)
14. Mindi Melia excelsa 0.53 (0.48-0.57)
15. Pasang Quercus lineata 0.96 (0.90-1.10)
16. Balobo Diplodiscus sp 0.73 (0.67-0.73)
17. Puspa Schima wallichii 0.62 (0.45-0.72)
18. Rasamala Altingia excelsa 0.81 (0.61-0.90)
19. Saninten Catanopsis argentea 0.73 (0.55-0.85)
20. Sengon Paraserianthes falcataria 0.33 (0.24-0.49)
21. Sengon buto Enterolobium cyclocarpum 0.49 (0.39-0.57)
22. Sonokeling Dalbergia latifolia 0.83 (0.77-0.86)
23. Sonokembang Pterocarpus indicus 0.65 (0.49-0.84)
24. Sukun Artocarpus altilis 0.33 (0.24-0.54)
25. Sungkai Peronema canescens 0.63 (0.52-0.73)
26. Suren Toona sureni 0.39 (0.27-0.67)
27. Tusam Pinus merkusii 0.55 (0.40-0.75)
28. Waru Hibiscus tiliaceus 0.54 (0.36-0.64)
29. Waru gunung Hibiscus macrophyllus 0.40 (0.36-0.56)
30. Nyamplung Calophyllum inophyllum 0.69 (0.56-0.79)

9
1.6.2 Nilai Koreksi Kelas Mutu Kayu
Tabel 1.4 Nilai Rasio Tahanan
Kelas Mutu Nilai Rasio Tahanan
A 0,80
B 0,63
C 0,50

1.6.3 Cacat Kayu


Tabel 1.5 Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu
Macam Cacat Kelas Mutu A Kelas Mutu B Kelas Mutu C
Mata kayu:
Terletak di muka 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu ½ lebar kayu
lebar
Terletak di muka 1/8 lebar kayu /6 lebar kayu ¼ lebar kayu
sempit
Retak 1/5 tebal kayu 1/6 tebal kayu ½ tebal kayu

Pingul 1/10 tebal atau lebar 1/6 tebal atau lebar ¼ tebal atau lebar
kayu kayu kayu

Arah serat 1 : 13 1:9 1:6

Saluran damar 1/5 tebal kayu 2/5 tebal kayu ½ tebal kayu
eksudasi tidak
diperkenankan

Gubal Diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan

Lubang serangga Diperkenankan asal Diperkenankan asal Diperkenankan


terpencar dan terpencar dan asal terpencar dan
ukuran ukuran ukuran dibatasi dan
dibatasi dan tidak dibatasi dan tidak tidak ada tanda-
ada tanda-tanda ada tanda-tanda tanda serangga
serangga hidup serangga hidup hidup
Cacat lain (lapuk, Tidakdiperkenankan
hati Tidak diperkenankan Tidak iperkenankan
rapuh, retak
melintang)

Contoh 1.

10
Sebatang balok kayu ukuran 6/12 panjang 3 m, ditimbang beratnya 11 kg, dan diukur
kadar air 23 %, hitung modulus elastisitas lentur kayu tersebut.

Penyelesaian :

Kerapatan kayu = = 509,25 kg/m3

Kadar air, m =23 % < 30 % (OK !)

Berat jenis, pada kadar air 19 %

= 0,4140 kg/m3
( )

Berat jenis dasar (Gb) :

= = 0,2333

Berat jenis pada kadar air 15 % (G15)

=0,6983

Modulus elastisitas lentur (Ew)

Ew = 16000 xG0,7 = 16000x0,69830,7 = 12443,69 MPa

Contoh Soal .2

Sebatang balok kayu ukuran 5/10 panjang 3 m, beratnya 12 kg. bila kadar air kayu
tersebut 19 %, mata kayu pada mata lebar diameter 1 cm. Hitung modulus elastisitas
lenturnya.

Penyelesaian:

Kerapatan kayu = = 800 kg/m3

Kadar air, m =19 % < 30 % (OK !)

Berat jenis, pada kadar air 19 %


= 0,6722 kg/m3
( )

Berat jenis dasar (Gb) :

11
= = 0,3667

Berat jenis pada kadar air 15 % (G15)

=2,00

Modulus elastisitas lentur (Ew)

Ew = 16000 xG0,7 = 16000x20,7 = 25992 MPa

Mutu kayu, d mata kayu 1 cm = 1/10 < 1/6 B. maka kayu termasuk kelas Mutu A.

Faktor koreksi nilai rasio tahanan = 0,8

Modulus elastisitas lentur terkoreksi (Ew‟ ) = 0,8 x 25992 = 20793,6 MPa.

12
LAMPIRAN PENGUJIAN KAYU

1. Mutu dan Kadar Air Kayu

1.1. Referensi

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia PKKI NI5 dan ASTM D4442‐07 Standard Test
Methods for Direct Moisture Content Measurement of Wood and WoodBase Materials.
Mutu kayu akan dievaluasi berdasarkan PKKI NI5, adapun benda uji untuk kadar air
kayu akan dievaluasi berdasarkan kedua peraturan itu. Oleh sebab itu pelaksanaan harus
dilakukan secara seri, memakai prosedur PKKI terlebih dahulu (pengeringan alami) dan
setelah itu dievaluasi ulang memakai prosedur ASTM (pakai oven).

1.2. Maksud dan tujuan

Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menentukan mutu jenis kayu yang
didasarkan pada hasil pengamatan terhadap cacat‐cacat kayu sesuai PKKI Bab II dan
sekaligus menentukan kadar air kayu berdasarkan PKKI dan membandingkannya
dengan cara ASTM. Kadar air kayu berpengaruh pada kekuatan kayu jika digunakan
sebagai elemen struktur. Jadi penting sebagai evaluasi pertama dalam menentukan tepat
atau tidaknya bahan material kayu tersebut sebagai elemen konstruksi.

1.3. Daftar Peralatan yang diperlukan

Pengujian kadar air menurut PKKI NI‐5 hanya mengandalkan kondisi alami, oleh
karena itu diperlukan tempat yang bersih dan kering untuk pengeringannya karena perlu
waktu sampai beberapa hari. Sedangkan pengujian kadar air menurut ASTM D4442‐07
perlu oven khusus yang dapat mempertahankan suhu sekitar 103 ± 2⁰ C secara
konsisten. Oven juga sebaiknya diperlengkapi ventilasi.

1.4. Jumlah dan ukuran benda uji

Pada ASTM D4442‐07 tidak ada petunjuk tentang jumlah, oleh karena itu mengikuti
petunjuk dari PKKI NI5, yaitu sekurang‐kurangnya dipakai lima (5) benda uji yang
diambil dari kayu minimum sejarak 60 cm dengan ketebalan benda uji 2 cm.

13
Gambar 1.1 Dimensi Benda Uji Kadar Air Kayu (PKKI NI-5)

Catatan : sebelum dilakukan pemotongan seperti di atas, maka kayu utuh harus terlebih
dahulu dievaluasi untuk penggolongan mutunya.

1.5. Pelaksanaan

1.5.1. Umum

Ini adalah praktikum pertama kali, yaitu mengevaluasi mutu kayu yang baru tiba. Catat
kondisi kayunya, ukurannya : potongan dan panjang. Jadi dibuat sebelum kayu
dipotong untuk pengujian kadar air. Ini adalah evaluasi berdasarkan penampakan luar
(visual) untuk menentukan mutu kayu berdasarkan PKKI NI‐5 Bab II. Dalam hal ini
ditentukan apakah kayu mutu A atau B.

14
Gambar 1.2 Petunjuk evaluasi penggolongan mutu kayu (PKKI NI-5)

Ada dua petunjuk untuk pengujian kadar air pada kayu, yaitu PKKI NI‐5 (Indonesia)
dan ASTM D4442 (Amerika / International). Karena PKKI NI‐5 dipublikasikan pada
era tahun 60‐an, maka pelaksanaannya relatif sederhana, dalam hal ini tidak perlu alat
khusus. Adapun ASTM D4442 relatif lebih detail, tetapi untuk itu diperlukan alat
khusus, yaitu oven . ASTM juga dipilih karena paling up-to-dated . Release terbaru
ASTM D4442 adalah tahun 2007.

1.5.2. Petunjuk PKKI NI-5

15
Petunjuk berdasarkan PKKI NI‐5 masih dipakai karena relatif sederhana dan lugas,
yaitu setelah selesai dilakukan pemotongan kayu menjadi potongan benda uji kayu
setebal 2 cm, dan sebanyak 5 buah, harus segera ditimbang.
Selanjutnya dilakukan penimbangan tiap‐tiap hari secara berturut‐turut, selama
seminggu. Data hasil penimbangan dibuat dalam suatu tabulasi, bila berat penimbangan
dari setiap benda uji menunjukkan angka‐angka yang tetap atau naik turun tetapi
bersifat konstan, maka kayu dapat dianggap kering udara. Pada umumnya kayu‐kayu di
Indonesia, yang kering udara mempunyai kadar lengas (kadar air) antara 12 – 18% atau
rata‐rata 15%. Praktikum yang dilakukan ini tentu saja dapat digunakan apakah
pernyataan tersebut masih valid.
Jika berat benda uji masih menunjukkan angka yang terus menerus berkurang, maka
kayu belum dapat dianggap kering udara (masih basah). Itu berarti masih diperlukan
pengeringan kembali. Belum bisa dipakai untuk perhitungan kelengasan.
Untuk menentukan secara kasar, apakah kadar lengas kayu sudah di bawah 30% atau
belum, dapat digunakan rumus pendekatan sebagai berikut:

x = kadar lengas kayu dalam prosen


Gx = berat benda uji mula‐mula (sesaat setelah dipotong).
Gku = berat benda uji setelah kering udara.

1.5.3. Petunjuk ASTM D4442


Jika pada pengujian PKKI tidak diperlukan pengeringan secara khusus, yaitu hanya
mengandalkan pengeringan alami, maka tentunya perlu waktu yang cukup lama.
Adapun pengujian menurut ASTM D4442 akan lebih cepat karena pengeringannya
dapat dibantu dengan oven. Dalam hal ini, pengujian ASTM dikerjakan setelah
pengujian PKKI, yaitu agar dapat dibandingkan antara kedua metode tersebut dengan
tetap memakai jumlah sampel yang sama. Jadi benda uji kering udara dimasukkan
dalam oven untuk mendapatkan benda uji kering oven.

Ada beberapa metode yang dapat dipilih pada ASTM D4442, dalam hal ini dipilih
Metoda A karena dianggap paling akurat, dan berguna untuk keperluan riset. Pada
peraturan tersbut, kadar lengas kayu atau disebut juga moistuire content (MC). Tidak

16
ada persyaratan khusus tentang ukuran benda uji, oleh karena itu ukuran benda uji
sebelumnya (sesuai PKKI NI5) dapat dipakai kembali. Jadi perbedaannya yang ada
adalah bahwa pengeringannya memakai oven.

x 100 ……………………………………………(ASTM D4442)

MC = kadar lengas kayu dalam prosen


A = massa orisinil, g
B = massa kering oven, g

17
2. Berat Jenis Kayu

2.1. Referensi

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia PKKI NI5 dan ASTM D2395‐07 Standard Test
Methods for Specific Gravity of Wood and Wood‐Based Materials.

2.2. Maksud dan tujuan

Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menentukan mutu jenis kayu yang
didasarkan pada hasil pengamatan terhadap cacat‐cacat kayu sesuai PKKI Bab II.
Setelah diperoleh petunjuk mutu kayu, selanjutnya dapat dicari berat jenis (specific
gravity) kayu, yang merupakan parameter penting menentukan kelas kuat kayu.

2.3. Daftar Peralatan yang diperlukan

Dalam mendapatkan data untuk menentukan mutu dan berat jenis kayu, diperlukan
peralatan dan fungsinya sebagai berikut:
1. Digital camera : untuk merekam cacat visual yang menentukan mutu, juga
membuat dokumentasi langkah‐langkah kerja yang dilakukan, khususnya untuk
menentukan apakah prosedur kerja yang dilaksanakan telah benar.
2. Timbangan.
3. Pengujian berat jenis kayu menurut ASTM D2395 memerlukan oven yang dapat
mempertahankan suhu sekitar 103 ± 2⁰ C dan ada ventilasinya.
2.4. Jumlah dan ukuran benda uji

Mengikuti petunjuk PKKI, sekurang‐kurangnya digunakan sepuluh (10) benda uji


berukuran 1 x 8 x 10 cm3 . Adapun ASTM D2395 tidak memberikan suatu persyaratan
berkaitan ukuran benda uji, jadi untuk itu petunjuk dari PKKI dapat digunakan.

2.5. Pelaksanaan

2.5.1. Mutu Kayu

Kayu utuh dari perdagangan sebelum dipotong‐potong menjadi benda uji dilakukan
pengamatan secara visual terhadap cacat‐cacat kayu yang ada dan mendatanya untuk
menentukan mutu kayu, kelas A atau B sesuai daftar PKKI NI‐5.

2.5.2. Berat jenis kayu

18
Setelah dilakukan pemotongan sesuai ukuran yang ditentukan, mengikuti petunjuk
PKKI, setelah dikeringkan dalam udara sehingga beratnya tetap, maka benda‐benda uji
itu dapat ditentukan berat jenisnya. Untuk perhitungan, sebagai berat jenis kayu diambil
angka rata‐rata dari benda‐benda uji tersebut, dengan catatan bahwa perbedaan antara
berat jenis tertinggi dan terendah tidak boleh lebih dari 100% berat jenis terendah. Jika
perbedaan tersebut lebih dari 100% maka harus diambil nilai berat jenis yang terendah.
Menurut ASTM D2395 berat jenis atau specific gravity adalah rasio massa kering oven
dari suatu benda uji terhadap massa volume air yang sama pada volume benda uji pada
kadar air tertentu.
Adapun perhitungannya menurut ASTM sebagai berikut :

19
20
3. Tegangan Tekan Sejajar Arah Serat

3.1. Referensi

ASTM D143‐09 Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber

3.2. Maksud dan tujuan

Untuk meneliti kekuatan tekan maksimum kayu pada arah sejajar arah seratnya. Ini
diperlukan khususnya untuk kayu yang akan digunakan sebagai struktur kolom.

3.3. Daftar Peralatan yang diperlukan

Untuk menguji kuat tekan benda uji sampai runtuh diperlukan mesin uji universal
(Universal Testing Machine), karena Jurusan Teknik Sipil belum memilikinya maka
akan digunakan UTM di laboratorium teknik industri UPH.

3.4. Jumlah dan ukuran sampel uji

Tidak ada petunjuk dari PKKI, oleh karena itu digunakan petunjuk dari ASTM D143.
Benda uji kayu untuk uji tekan sejajar arah serat berukuran 50 x 50 x 200 mm 3 (ukuran
primer), alternatif lain adalah 25 x 25 x 100 mm3 (ukuran sekunder).
Ukuran primer lebih diutamakan, tetapi karena keterbatasan alat uji desak dengan
kapasitas maksimum 50 kN atau 5 ton, maka untuk ukuran 50 x 50 cm2 akan diperoleh
tegangan maksimum 200 kg/cm2, itu berarti hanya mampu menguji kayu kelas kuat IV
dan V. Oleh karena itu dipilih ukuran 25 x 25 x 100 mm3 sehingga tegangan
maksimum yang terjadi adalah 800 kg/cm2, sehingga diharapkan semua kelas kuat kayu
dapat diuji sampai kondisi runtuh.
Tentang jumlah benda uji, tidak ada ketentuan khusus di ASTM, karena asumsinya
akan dievaluasi mengikuti persyaratan statistik. Adapun data sampel yang baik untuk
diolah secara statistik adalah 20 buah, agar dapat diperoleh distribusi normal. Dalam
praktikum ini, fokusnya adalah sebagai pembelajaran, oleh karena itu jumlah benda uji
yang perlu dibuat ada 6 (enam) buah, dimana 5 (lima) buah diuji tekan sampai runtuh,
dan satu (1) buah benda uji akan disimpan sebagai dokumentasi. Untuk itu benda uji
tersebut sebelum disimpan (sebagai dokumentasi) perlu diberi label (dengan kertas
stiker) yang berisi [1] nama kayu, [2] berat jenis, dan [3] kuat tekan rata‐rata searah
serat. Jumlah pengujian sebanyak 5 (lima) adalah sekedar untuk mengakomodasi
adanya variasi kondisi kayu yang merupakan produk alam.

21
3.5. Pelaksanaan
Benda uji ditempatkan pada mesin uji tekan kapasitas 50 kN (minimum) dengan posisi
berdiri seperti kolom. Tumpuan atas dan bawah perlu pelat bearing khusus.

22
Gambar 3.1 Hasil uji tekan searah serat

23
Mesin tekan UTM digerakkan dengan kecepatan 0.003 in./in. (mm/mm) secara
kontinyu sampai runtuh. Proses pembebanan dan hasilnya direkam sebagai kurva
beban‐deformasi. Berdasarkan kurva tersebut dapat dievaluasi titik dimana kurva masih
berupa liner dan mulai mengalami non‐linier sekaligus beban runtuhnya. Bentuk
keruntuhan dari setiap benda uji perlu didokumentasi sebagai bahan evaluasi sesuai
ASTM untuk mengetahui apakah keruntuhan sesuai rencana atau tidak. Jika tidak, hasil
pengujian tidak bisa dipakai.

24
Gambar 3.2 Evaluasi tipe keruntuhan tekan kayu (ASTM D143-09)

25
4. Tegangan Tekan Tegak Lurus Arah Serat

4.1. Referensi

ASTM D143‐09 Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber

4.2. Maksud dan tujuan

Kayu adalah material orthotropik, yang berbeda sifat mekaniknya jika dibeban pada
orientasi yang berbeda terhadap arah serat kayunya. Jadi jika sebelumnya adalah
kekuatan kayu searah serat, maka pengujian kedua dilakukan untuk arah yang tegak
lurusnya. Tentu saja dalam hal ini, kayunya harus diambil dari sumber yang sama.

4.3. Daftar Peralatan yang diperlukan

Sama seperti pengujian sebelumnya, yaitu memerlukan mesin uji tekan universal atau
UTM (Universal Testing Machine), kecepatan tekan 0.012 in. (0.305 mm)/min.
Metal bearing berukuran lebar 50 mm ketebalan tertentu (30 mm), dimana jika dipasang
pengukuran displacement tambahan dapat diletakkan di metal tersebut.

Gambar 4.1 Konfigurasi uji tekan tegak lurus arah serat

26
4.4. Jumlah dan ukuran sampel uji

Tidak ada petunjuk dari PKKI, oleh karena itu digunakan petunjuk dari ASTM D143.
Benda uji kayu untuk uji tekan tegak lurus arah serat berukuran 50 x 50 x 150 mm3
Jumlah benda uji sesuai dengan uji sebelumnya yaitu dibuat 6 (enam) buah, dan diuji
sampai rusak sebanyak 5 (lima) , adapun 1 (satu) dibuat sebagai dokumentasi.
4.5. Pelaksanaan

Pembebanan diberikan do permukaan kayu pada arah radial memakai plat bearing
berukuran lebar 50 mm dan tebal 30 mm, ukuran lebar secara persis harus dicatat.

Bentuk pencatatan dari tiap‐tiap sampel dapat meniru format ASTM sebagai berikut.

27
Gambar 4.2 Hasil uji tekan tegak lurus serat

5. Tegangan Tarik Sejajar Arah Serat


5.1. Referensi
ASTM D143‐09 Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber

28
5.2. Maksud dan tujuan
Kayu adalah material orthotropik, yang berbeda sifat mekaniknya jika dibeban pada
orientasi yang berbeda terhadap arah serat kayunya. Jadi jika sebelumnya adalah
kekuatan kayu tekan searah serat, maka pengujian ini akan mengevaluasi kekuatan kayu
tarik searah serat. Tentu saja dalam hal ini, kayunya diambil dari sumber sama.
5.3. Daftar Peralatan yang diperlukan
Sama seperti pengujian sebelumnya, yaitu memerlukan mesin uji tekan universal atau
UTM (Universal Testing Machine), kecepatan tekan 0.05 in. (1 mm)/min.

Gambar 5.1 Konfigurasi bentuk grip dan benda uji tarik sejajar serat
5.4. Jumlah dan ukuran sampel uji
Tidak ada petunjuk dari PKKI, oleh karena itu digunakan petunjuk dari ASTM D143.
Benda uji kayu untuk uji tarik sejajar serat punya bentuk yang unik, sebagai berikut :

29
Gambar 5.2 Dimensi benda uji tarik sejajar arah serat

Jumlah benda uji sesuai dengan uji sebelumnya yaitu dibuat 6 (enam) buah, dan diuji
sampai rusak sebanyak 5 (lima) , adapun 1 (satu) dibuat sebagai dokumentasi.

30
Gambar 5.3 Hasil uji tarik sejajar arah serat

31
6. Tegangan Tarik Tegak Lurus Arah Serat
6.1. Referensi
ASTM D143‐09 Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber
6.2. Maksud dan tujuan
Kayu adalah material orthotropik, yang berbeda sifat mekaniknya jika dibeban pada
orientasi yang berbeda terhadap arah serat kayunya. Jadi jika sebelumnya adalah
kekuatan kayu tarik searah serat, maka pengujian ini akan mengevaluasi kekuatan kayu
tegak lurus arah serat. Material kayunya harus diambil dari sumber sama.
6.3. Daftar Peralatan yang diperlukan
Sama seperti pengujian sebelumnya, yaitu memerlukan mesin uji tekan universal atau
UTM (Universal Testing Machine), kecepatan tekan 0.05 in. (1 mm)/min.

Gambar 6.1 Konfigurasi bentuk grip dan benda uji tarik tegak lurus serat

32
6.4. Jumlah dan ukuran sampel uji

Tidak ada petunjuk dari PKKI, oleh karena itu digunakan petunjuk dari ASTM D143.
Benda uji kayu untuk uji tarik sejajar serat punya bentuk yang unik (Gambar 6.2).

Lubang cerukan dibuat dengan membor terlebih dahulu kayu utuh, baru dipotong.

Gambar 6.2 Dimensi benda uji tarik tegak lurus arah serat

Jumlah benda uji sesuai dengan uji sebelumnya yaitu dibuat 6 (enam) buah, dan diuji
sampai rusak sebanyak 5 (lima) , adapun 1 (satu) dibuat sebagai dokumentasi. Kuat
tarik tegak lurus rata‐rata hasil pengujian selanjutnya dituliskan pada sampel yang
dibuat dokumentasi tersebut.

7. Tegangan Geser Searah Serat


7.1. Referensi
ASTM D143‐09 Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber
7.2. Maksud dan tujuan
Kekuatan geser searah kayu, dan juga kuat tarik tegak lurus serat, yang merupakan
bagian lemah umumnya akan menentukan kekuatan sambungan kayu. Oleh karena itu
perlu mengetahui kekuatan ultimate kayu yang diuji.
7.3. Daftar Peralatan yang diperlukan
Pengujian geser memerlukan mesin uji tekan universal atau UTM (Universal Testing
Machine), kecepatan tekan 0.024 in. (0.6 mm)/min dan alat geser khusus berikut.

33
Gambar 7.1 Konfigurasi alat geser khusus

7.4. Jumlah dan ukuran sampel uji

Tidak ada petunjuk dari PKKI, oleh karena itu digunakan petunjuk dari ASTM D143.
Benda uji kayu untuk uji geser sejajar serat punya bentuk yang unik (Gambar 7.2).

34
Gambar 7.2 Dimensi benda uji tarik tegak lurus arah serat

Jumlah benda uji sesuai dengan uji sebelumnya yaitu dibuat 6 (enam) buah, dan diuji
sampai rusak sebanyak 5 (lima) , adapun 1 (satu) dibuat sebagai dokumentasi.

7.5. Pelaksanaan

Kuat geser sejajar arah serat diperoleh dari pengujian kuat maksimum, tanpa perlu
menggambar kurva beban‐lendutan. Hasilnya dicata pada tabulasi berikut.

Gambar 7.3 Perekaman hasil uji geser sejajar arah serat

Rata‐rata hasil pengujian selanjutnya dituliskan pada sampel yang dibuat dokumentasi
tersebut.

35
BAB II
DASAR- DASAR PERENCANAAN STRUKTUR KAYU
GERGAJIAN
2.1 Persyaratan Umum
Setiap komponen struktur atau sambungan kayu harus mempunyai ukuran dan
kapasitas cukup untuk memikul beban tanpa melampaui nilai desain terkoreksi yang
ditetapkan.
Nilai desain acuan dan koreksi nilai desain untuk produk kayu didasarkan atas
metode yang disebutkan di dalam masing-masing Pasal produk kayu SNI 7973-2013,
Pasal 4 sampai Pasal 9 berisi persyaratan desain untuk berturut-turut: Kayu gergajian,
glulam struktural, tiang dantiang pancang, balok kayu I prapabrikasi, kayu komposit
struktural, dan panel kayu struktural. Pasal 10 sampai Pasal 13 berisi persyaratan desain
untuk sambungan. Nilai desain acuan adalah untuk durasi beban normal pada kondisi
kadar air yang ditetapkan.

2.2 Prosedur Desain


Spesifikasi perencanaan menurut SNI 7973-2013 memberikan persyaratan
untuk desain produk kayu yang disebutkan dengan menggunakan metode sebagai
berikut:
(a) Desain Tegangan Izin (DTI)
(b) Desain Faktor Beban Ketahanan (DFBK)
Desain harus dibuat dengan mengikuti persyaratan untuk Desain Tegangan Izin
(DTI) atau Desain Faktor Beban Ketahanan (DFBK)

2.3 Definisi Kayu Gergajian


Menurut SNI -2013, kayu gergajian struktural terdiri atas klasifikasi kayu yang
dikenal dengan “Dimensi”, “Balok dan Balok Memanjang”, “Tonggak dan Timbers”
dan “Papan”, dengan nilai desain yang ditetapkan untuk masing-masing mutu.
“Dimensi” merujuk pada kayu dengan tebal nominal 50,8 mm sampai 101,6
mm, dan lebar nominal 50,8 mm atau lebih. Kayu dimensi lebih lanjut dikelompokkan
menjadi Rangka Ringan Struktural, Rangka Ringan, Penopang, serta Balok Anak dan
Papan.

36
a. “Balok dan Balok Memanjang” merujuk pada kayu dengan penampang
persegi panjang dengan tebal nominal 127 mm atau lebih, dengan lebar 50,8 mm
atau lebih, lebih besar daripada tebalnya, dan dipilah terhadap kekuatan lentur
apabila dibebani di muka sempit.
b. “Tonggak dan Timbers” merujuk pada kayu dengan penampang persegi
atau hampir persegi dengan ukuran nominal 127 mm x 127 mm atau lebih besar,
dengan lebar tidak lebih dari 50,8 mm lebih besar daripada tebalnya, yang
dipilah terutama untuk digunakan sebagai tiang atau kolom yang memikul beban
longitudinal.
c. “Dek” merujuk pada kayu dengan tebal nominal 50,8 mm sampai 101,6
mm, berlidah dan bertakikan untuk sambungan di muka sempit, dan ditujukan
untuk dipakai sebagai atap, lantai, atau membran dinding. Dek dipilah untuk
penggunaan dalam arah sumbu lemah, dengan muka lebar dek mengalami
kontak dengan komponen struktur pemikulnya, sebagaimana biasanya dipasang.
2.4 Kondisi Layan Kadar Air Kayu
Nilai desain acuan kayu yang ditetapkan, berlaku pada kayu yang akan
digunakan pada kondisi layan kering seperti pada struktur tertutup, di mana kadar air
tidak melebihi 19%.. Untuk kayu yang digunakan pada kondisi di mana kadar air kayu
melebihi 19%, untuk periode waktu lama, nilai desain harus dikalikan dengan faktor
layan basah, CM.

2.5 Ukuran Kayu


a. Ukuran-ukuran kayu dalam spesifikasi yang digunakan adalah ukuran nominal.
Perhitungan untuk menentukan ukuran komponen struktur didasarkan atas
dimensi neto (ukuran aktual) dan bukan ukuran nominal. Ukuran bersih yang
dibutuhkan perhitungan adalah sebagai ukuran neto minimum untuk dimensi
nominal yang berkaitan.
b. Untuk kayu dengan ukuran nominal 101,6 mm atau lebih kecil, ukuran neto
kering harus digunakan di dalam semua perhitungan kapasitas struktural,
bagaimanapun kadar air pada saat dilaksanakan atau digunakan.

37
c. Untuk kayu berukuran 127 mm dan lebih besar, ukuran neto basah harus
digunakan di dalam perhitungan kapasitas struktural, tanpa memperhatikan
kadar air pada saat dilaksanakan atau digunakan.
d. Apabila desain didasarkan atas ukuran kasar atau ukuran khusus, kadar air dan
b. ukuran yang digunakan dalam desain harus secara jelas ditunjukkan di dalam
gambar atau Spesifikasi.

2.6 Nilai Desain Acuan


Nilai desain acuan untuk kayu yang dipilah secara visual dan kayu dimensi
yang dipilah secara mekanis dicantumkan di dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Nilai Desain dan Modulus Elastisitas Lentur Acuan
Kode mutu Modulus Elastisitas Nilai Desain Acuan (Mpa)
Acuan (MPa)
E Emin Fb Ft Fc Fv Fc
E25 25000 12500 26.0 22.9 18.0 3.06 6.11
E24 24000 12000 24.4 21.5 17.4 2.87 5.74
E23 23000 11500 23.2 20.5 16.8 2.73 5.46
E22 22000 11000 22.0 19.4 16.2 2.59 5.19
E21 21000 10500 21.3 18.8 15.6 2.50 5.00
E20 20000 10000 19.7 17.4 15.0 2.31 4.63
E19 19000 9500 18.5 16.3 14.5 2.18 4.35
E18 18000 9000 17.3 15.3 13.8 2.04 4.07
E17 17000 8500 16.5 14.6 13.2 1.94 3.89
E16 16000 8000 15.0 13.2 12.6 1.76 3.52
E15 15000 7500 13.8 12.2 12.0 1.62 3.24
E14 14000 7000 12.6 11.1 11.1 1.48 2.96
E13 13000 6500 11.8 10.4 10.4 1.39 2.78
E12 12000 6000 10.6 9.4 9.4 1.25 2.50
E11 11000 5500 9.1 8.0 8.0 1.06 2.13
E10 10000 5000 7.9 6.9 6.9 0.93 1.85
E9 9000 4500 7.1 6.3 6.3 0.83 1.67
E8 8000 4000 5.5 4.9 4.9 0.65 1.30

38
E7 7000 3500 4.3 3.8 3.8 0.51 1.02
E6 6000 3000 3.1 2.8 2.8 0.37 0.74
E5 5000 2500 2.0 1.7 1.7 0.23 0.46

2.6.1 Koreksi pada Nilai Desain Acuan


a. Umum
Nilai desain acuan (Fb, Ft, Fv, Fc , Fc, E, Emin) dari Tabel 2.1 harus dikalikan
dengan faktor-faktor koreksi yang ditetapkan di Tabel 2.2 untuk menentukan nilai
desain terkoreksi (Fb‟, Ft‟, Fv‟, Fc ‟, Fc‟, E‟, Emin‟)
Tabel 2.2 Keberlakuan faktor-faktor koreksi untuk kayu gergajian
Hanya DTI

DTI dan DFBK Komponen Hanya DFBK


Faktor Penggunaan rebah

Faktor Kekakuan Tekuk


Faktor Stabilitas Kolom
Faktor Stabilitas Balok

Faktor Koversi Format


Faktor Durasi Beban
Faktor Layan Basah

Faktor Luas Tumpu

Faktor Efek Waktu


Faktor Temperatur

Faktor Ketahanan
struktur berulang
Faktor Tusukan
Faktor Ukuran

Faktor

Fb‟= Fb x CD CM Ct CL CF Cfu Ci Cr - - - 2,54 0,85

Ft‟ = Ft x CD CM Ct - CF - Ci - - - - 2,70 0,80

Fv‟ = Fv x CD CM Ct - - - Ci - - - - 2,88 0,75 Λ

Fc = Fc x - CM Ct - - - Ci - - - Cb 1,67 0,90 -

Fc„= Fc x CD CM Ct - CF - Ci - CP - - 2,40 0,90 Λ

E‟ = E x - CM Ct - - - Ci - - - - - - -

Emin‟=Emin x - CM Ct - - - Ci - - CT - 1,76 0,85 -

39
b. Faktor Durasi Beban, CD (hanya DTI)

Kayu mempunyai sifat mampu memikul beban maksimum jauh lebih besar
untuk durasi pembebanan singkat dibandingkan dengan durasi pembebanan lama. Nilai
desain acuan berlaku untuk durasi beban normal. Durasi beban normal
merepresentasikan beban yang secara penuh menimbulkan tegangan di suatu komponen
struktur hingga mencapai nilai desain izin dengan pemberian beban desain untuk durasi
kumulatif kurang lebih sepuluh tahun. Apabila durasi kumulatif beban maksimum
penuh tidak melebihi periode waktu yang ditentukan, maka semua nilai desain acuan
kecuali modulus elastisitas, E, modulus elastisitas untuk stabilitas balok dan kolom,
Emin, dan tekan tegak lurus serat, Fc , yang didasarkan atas limit deformasi harus
dikalikan dengan faktor durasi beban yang sesuai, CD, dari Tabel 2.3 untuk
memperhitungkan perubahan kekuatan kayu terhadap durasi beban.

Faktor durasi beban, CD, untuk beban durasi tersingkat di dalam kombinasi
beban harus berlaku untuk kombinasi beban tersebut. Semua kombinasi beban yang
berlaku harus dievaluasi untuk menentukan kombinasi beban kritis. Desain komponen
struktur dan sambungan harus didasarkan atas kombinasi beban kritis.

Faktor durasi beban, CD, di dalam Tabel 2.3 tidak bergantung pada faktor
kombinasi beban, dan keduanya harus digunakan di dalam perhitungan desain

Tabel 2.3 Faktor Durasi Beban yang Sering Digunakan, CD1

Durasi Beban CD Beban Desain Tipikal

Permanen 0,9 Beban Mati

Sepuluh Tahun 1,0 Beban Hidup Hunian

Tujuh Hari 1,25 Beban Pelaksanaan

Sepuluh Menit 1,6 Beban Gempa/Angin

Impak2 2,0 Beban Impak


1
Faktor durasi beban tidak berlaku pada modulus elastisitas acuan, E, modulus
elastisitas untuk stabilitas balok dan kolom, Emin, dan nilai desain tekan acuan tegak
lurus serat, Fc , yang didasarkan atas limit deformasi.

40
2
Faktor durasi beban yang lebih besar daripada 1,6 tidak berlaku pada komponen
struktur yang diawetkan dengan proses tekanan menggunakan bahan pengawet larut air,
atau bahan kimiawi hambat api. Faktor durasi beban impak tidak berlaku pada
sambungan.

c. Faktor Layan Basah, CM


Nilai desain acuan kayu yang ditetapkan di sini berlaku pada kayu yang akan
digunakan pada kondisi layan kering seperti pada struktur tertutup, di mana kadar air
tidak melebihi 19%, bagaimanapun kadar air pada saat dilaksanakan. Untuk kayu yang
digunakan pada kondisi di mana kadar air kayu melebihi 19%, untuk periode waktu
lama, nilai desain harus dikalikan dengan faktor layan basah, CM, yang ditetapkan di
dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Faktor Layan Basah, CM

Fb Ft Fv Fc┴ Fc E dan Emin

0,85* 1,0 0,97 0,67 0,8** 0,9


*apabila Fb < 8 MPa, CM = 1,0
**apabila Fc < 5,2 MPa, CM = 1,0

d. Faktor Temperatur, Ct
Nilai desain acuan harus dikalikan dengan faktor temperatur, Ct, di dalam
Tabel 2.5 untuk komponen struktural yang akan mengalami pengeksposan tetap pada
temperatur tinggi sampai 65oC.
Tabel 2.5 Faktor Temperatur, Ct

Nilai Desain Kondisi Kadar Ct


Acuan Air Layan1
T<38o C 38oC<T<52oC 52oC<T<65oC

Ft, E, Emin Basah atau 1,0 0,9 0,9


Kering
Fb, Fv, Fc, dan Kering 1,0 0,8 0,7
Fc Basah 1,0 0,7 0,5
1
Kondisi basah dan kering untuk kayu gergajian, glulam struktural, balok kayu I
prapabrikasi, kayu komposit struktural, dan panel kayu struktural ditetapkan berturut-
turut di SNI 4.1.4, 5.1.5, 7.1.4, 8.1.4, dan 9.3.3.

41
e. Faktor Stabilitas Balok, CL
Apabila tinggi komponen struktur lentur tidak melebihi lebarnya, d < b,
tumpuan lateral tidak diperlukan dan CL = 1,0.
Apabila komponen struktur lentur kayu gergajian persegi panjang ditumpu
lateral dengan mengikuti ketentuan SNI (pasal4.4.1), maka CL = 1,0.
Apabila tepi tekan komponen struktur lentur ditumpu di seluruh panjangnya
untuk mencegah peralihan lateral, dan ujung-ujung tumpu mempunyai tumpuan lateral
untuk mencegah rotasi, maka CL = 1,0.
Apabila tinggi komponen struktur lentur melebihi lebarnya, d > b, maka
tumpuan lateral harus diberikan di titik-titik tumpu untuk mencegah rotasi dan/atau
peralihan lateral di titik-titik tersebut.

f. Faktor Ukuran, CF
Nilai desain lentur, tarik, dan tekan sejajar serat acuan untuk kayu dimensi
yang tebalnya 50,8 mm sampai 101,6 mm yang dipilah secara visual harus dikalikan
dengan faktor koreksi yang ditetapkan yaitu 1,0.
Apabila tinggi komponen struktur lentur kayu gergajian yang tebalnya 127 mm
atau lebih besar melebihi 305 mm dan dipilah secara visual, maka nilai desain lentur
acuan, Fb, di dalam Tabel 2.1 harus dikalikan dengan faktor ukuran berikut:
CF = (305 / d) 1/9 ≤ 1,0
Untuk balok dengan penampang lingkaran dan diameter lebih besar daripada
343 mm, atau untuk balok persegi 305 mm atau lebih besar yang dibebani di bidang
diagonal, faktor ukuran harus ditentukan sesuai 2.3.6.2 berdasarkan balok persegi yang
dibebani ekuivalen secara konvensional yang mempunyai luas penampang sama.
Nilai desain acuan untuk Dek dari semua species yang tebalnya 50,8 mm atau
76,2 mm, kecuali Redwood, harus dikalikan dengan faktor ukuran yang ditetapkan
dalam Tabel 4E.

f. Faktor Penggunaan Rebah, Cfu

42
Apabila kayu yang tebalnya 50,8 sampai 101,6 mm dibebani di muka lebar,
nilai desain lentur acuan, Fb, harus dikalikan dengan faktor penggunaan rebah, Cfu yang
ditetapkan di Tabel 2.6
Tabel 2.6. Faktor Penggunaan Rebah

Tebal (mm)
Lebar (tinggi) (mm)
50 dan 75 100
50 dan 75 1,0 -
100 1,1 1,0
125 1,1 1,05
150 1,15 1,05
200 1,15 1,05
250 dan lebih besar 1,2 1,1

g. Faktor Tusukan, Ci

Nilai desain acuan harus dikalikan dengan faktor tusukan, Ci berikut, apabila
kayu dimensi dipotong sejajar serat pada tinggi maksimum 10,16 mm, panjang
maksimum 9,53 mm, dan densitas tusukan sampai 11840/m2. Faktor tusukan harus
ditentukan dengan pengujian atau dengan perhitungan menggunakan penampang
tereduksi untuk pola tusukan yang melebihi batas-batas tersebut.

Tabel 2.7 Faktor Tusukan, Ci

Nilai desain Ci

E, Emin 0,95

Fb, Ft, Fc, Fv 0,80

Fc 1,00

h. Faktor Komponen Struktur Berulang, Cr


Nilai desain lentur acuan, Fb, di dalam Tabel 4A, 4B, 4C, dan 4F untuk kayu
dimensi yang tebalnya 50,8 mm sampai 101,6 mm harus dikalikan dengan faktor
komponen struktur berulang, Cr = 1,15 apabila komponen struktur tersebut digunakan
sebagai joist, batang pada rangka batang, gording, dek, balok lantai, atau komponen
struktur serupa yang satu sama lain berkontak atau berjarak tidak lebih dari 610 mm as
ke as, banyaknya tidak kurang dari tiga, dan dihubungkan satu sama lain dengan lantai,

43
atap, atau elemen-elemen pendistribusi beban lain yang memadai untuk memikul beban
desain. (Elemen pendistribusi beban adalah sistem yang didesain atau berdasarkan
pengalaman terbukti mampu menyalurkan beban desain ke komponen struktur di
dekatnya, berjarak satu sama lain seperti telah disebutkan di atas, tanpa terjadinya
kelemahan struktural atau defleksi berlebihan. Elemen penutup lantai dengan
penggunaan sambungan lidah-dan-alur, dan penggunaan paku pada umumnya
memenuhi kriteria ini.) Nilai desain lentur di dalam Tabel 4E untuk Dek yang dipilah
secara visual telah dikalikan dengan faktor Cr = 1,15.

i. Faktor Stabilitas Kolom, CP


Nilai desain tekan sejajar serat, Fc, harus dikalikan dengan faktor stabilitas
kolom, CP, yang ditetapkan di 3.7.

j. Faktor Kekakuan Tekuk, CT


Modulus elastisitas acuan untuk stabilitas balok dan kolom, Emin, harus
dikalikan dengan faktor kekakuan tekuk, CT, yang ditetapkan di 4.4.2

k. Faktor Luas Tumpu, Cb


Nilai desain tekan acuan tegak lurus serat, Fc , harus dikalikan dengan faktor
luas tumpu, Cb, yang ditetapkan di 3.10.4.

l. Perlakuan Pengawetan dengan Vakum Tekan


Nilai desain acuan berlaku pada kayu gergajian yang diberi tekanan dengan
proses dan pengawetan yang disetujui (lihat Referensi 30). Faktor durasi beban yang
lebih besar daripada 1,6 tidak berlaku pada komponen struktur yang diberi perlakuan
tekanan dengan pengawet larut air.

m. Faktor Konversi Format, KF (hanya DFBK)


Untuk DFBK, nilai desain acuan harus dikalikan dengan faktor konversi
format, KF, yang ditetapkan di Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Faktor Konversi format, KF (hanya DFBK)
Aplikasi Properti KF

44
Komponen struktur Fb 2,54

Ft 2,70

Fv, Frt, Fs 2,88

Fc 2,40

Fc┴ 1,67

Emin 1,76

Semua sambungan (semua nilai desain) 3,32

n. Faktor Ketahanan, ϕ (hanya DFBK)

Untuk DFBK, nilai desain acuan harus dikalikan dengan faktor ketahanan, ϕ,
yang ditetapkan di Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Faktor Ketahanan, ϕ (Hanya DFBK)

Aplikasi Properti Simbol Nilai

Komponen struktur Fb ϕb 0,85

Ft ϕt 0,80

Fv, Frt, Fs ϕv 0,75

Fc, Fc┴ ϕc 0,90

Emin ϕs 0,85

Sambungan (semua nilai ϕz 0,65


desain)

o. Faktor Efek Waktu, λ (hanya DFBK)

Untuk DFBK, nilai desain acuan harus dikalikan dengan faktor efek waktu, λ,
yang ditetapkan di Lampiran N.3.3.

Tabel 2.10 Faktor Efek Waktu, λ (Hanya DFBK)

45
Kombinasi Beban2 Faktor waktu (λ)

1,4(D+F) 0,6
1,2(D+F) + 1,6(H) + 0,5(Lr atau R) 0.6
1,2(D+F) + 1,6(L+H) + 0,5(Lr atau R) 0,7 jika L dari gudang
0,8 jika L dari ruangan hunian
1,25 jika L dari impak1
1,2D + 1,6(Lr atau R) atau (L atau 0,8W) 0,8
1,2D + 1,6W + L + 0,5(Lr atau R) 1,0
1,2D + 1,0E + L 1,0
0,9D + 1,6W + 1,6H 1,0
0,9D + 1,0E + 1,6H 1,0

46
BAB III

BATANG TARIK

3.1 Pendahuluan

Batang tarik adalah batang yang menerima/ mendukung gaya tarik aksial pada
ujung-ujungnya. Batang tarik merupakan batang yang paling effisien dalam hal
penggunaan material, karena batang tarik merupakan elemen struktur yang memiliki
kestabilan paling tinggi dibanding elemen struktur lain, seperti balok atau kolom
misalnya. Yang perlu diperhatikan dari batang tarik adalah keberadaan ”lubang” akibat
penyambungan. Batang tarik banyak dijumpai pada berbagai konstruksi bangunan sipil,
seperti diilustrasikan pada Gambar 3.1.

Batang tarik Batang tarik

Kuda-kuda kayu jembatan rangka kayu

Gambar 3.1. Contoh batang tarik

3.2 Komponen struktur Tarik

3.2.1 Tarik Sejajar Serat

Gaya atau tegangan tarik sejajar serat aktual harus didasarkan atas luas
penampang neto dan tidak boleh melebihi nilai desain tarik terkoreksi.

3.2.1.1 Luas Penampang Neto

Luas penampang neto diperoleh dengan mengurangi luas penampang bruto


dengan luas terproyeksi semua material yang dihilangkan dengan cara mengebor,
mengalur, memahat, menakik, atau cara lain. Luas penampang neto harus digunakan di
dalam menghitung kapasitas pikul beban komponen struktur, kecuali untuk kolom .
Efek eksentrisitas beban pada komponen struktur di penampang neto harus
diperhitungkan.

47
3.2.1.2 Untuk pembebanan sejajar serat dengan pengencang berseling berupa baut,
baut dorong, pin dorong atau sekrup kunci, pengencang yang bersebelahan harus
dianggap terletak pada penampang kritis yang sama apabila spasi sejajar serat antara
pengencang pada baris-baris yang bersebelahan kurang dari empat kali diameter
pengencang (lihat Gambar 3A).

3.2.1.3 Luas penampang neto pada sambungan cincin belah atau pelat geser harus
ditentukan dengan mengurangi luas penampang bruto dengan luas terproyeksi dari
lubang baut dan alur cincin belah atau pelat geser di dalam komponen struktur (lihat
Gambar 3B). Apabila konektor cincin belah atau pelat geser berselang-seling, maka
konektor yang bersebelahan harus dipandang terjadi di penampang kritis yang sama
apabila spasi sejajar serat antara baris-baris yang bersebelahan kurang dari atau sama
dengan satu diameter konektor (lihat Gambar 3A).

48
3.3 Tarik Tegak Lurus Serat

Desain yang menimbulkan tarik tegak lurus serat sedapat mungkin dihindari.
Apabila tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari, maka perkuatan mekanis yang
mampu menahan semua tegangan tersebut harus digunakan.

3.4 Ketentuan Perencanaan Batang Tarik

Tu ≤ T‟

Dengan: Tu adalah gaya tarik terfaktor,

T‟ adalah tahanan tarik terkoreksi.

Tahanan tarik terkoreksi komponen struktur tarik konsentris (T‟) ditentukan pada
penampang tarik kritis:

T‟ = Ft‟ . An

Dengan: Ft‟ adalah kuat tarik sejajar serat terkoreksi dan

An adalah luas penampang neto.

Contoh Soal :

1. Hitung beban tarik maksimum yang mampu didukung oleh batang kayu panjang 4 m
dengan jenis kayu kode mutu E20 , dimensi kayu 60 mmx100 mm, (Asumsi:
kondisi kering udara dan temperatur normal, kombinasi pembebanan 1,4D)

Data Desain DBFK, Kayu Mutu E20

E20 Ew = 20000 Mpa , Ew’ = 20000 Mpa (lihat Tabel 2.1)

Ft= 17,4 Mpa

Ag= 60 X 100 = 6000 mm2

An= 6000/1,25 = 4800 mm2

49
Faktor Koreksi

KF= 2,7 (lihat Tabel 2.8)

ϕt = 0,8 (lihat Tabel 2.9)

λ = 0,6 (lihat Tabel 2.10)

Kuat tarik sejajar serat Terkoreksi (T‟) :

Ft‟= Ft tabel x KF x ϕt x λ

Ft‟=17,4 x 2,7 x 0,8 x 0,6

Ft‟=22,55 Mpa

Beban tarik maksimum :

T‟= Ft‟ x An

T‟=22, 55 x 4800.

T‟= 108240 N = 108,24 kN.

Beban maksimum 108,24 kN

Soal 2:
P

P
P

½P
½P

Dalam bentuk konstruksi Kuda – Kuda bagian ini adalah


mengalami gaya tarik

Setelah dilakukan analisis mekanika, batang b1 pada kuda-kuda kayu diatas


memikul gaya tarik dengan rincian sebagai berikut:
Akibat beban mati, TD = 40 kN
Akibat beban hidup, TL = 30 kN
Akibat beban angin, TW = 20 kN

50
Panjang batang b1 = 1,75 m. Kuda-kuda terbuat dari kayu dengan E18, kayu mutu A,
kadar air 20 % dan suhu rata-rata 34 o C. Rencanakan dimensi batang b1 pada kuda-kuda
di atas.

Penyelesaian:

Data Desain DTI dan DBFK, Kayu E18, kayu Mutu A

Panjang batang b1, l = 1,75 m = 1750 mm

Kayu E18, Modulus elastis lentur, Ew = 18000 MPa (lihat Tabel 2.1)

Kayu mutu A, maka rasio tahanan = 0,80 (lihat Tabel 1.3)

maka E‟w = 0,80.18000 = 14400 MPa

Kuat tarik sejajar serat, = 11,54 Mpa (lihat

Tabel 2.1, interpolasi)

Gaya tarik perlu, Kombinasi 1, TU = 1,4.TD = 1,4.40 = 56 kN

Kombinasi 2, TU = 1,2.TD + 1,6.TL = 1,2.40+1,6.30 = 96 kN

Kombinasi 3, TU = 1,2.TD + 1,6.Tw + TL

= 1,2.40+1,6.20 + 30 = 110 kN

Maka Tu = 110 kN

Faktor Koreksi

Kadar air 20 % > 19 %, CM= 1 ( lihat Tabel 2.4)

Ct= 1 (<380C, lihat Tabel 2.5)

CF= 1 (faktor koreksi ukuran standar pabrik)

Ci= 0,8 (faktor tusukan, lihat Tabel 2.7)

Kuat tarik sejajar serat Terkoreksi (T’) :

Ft‟= Ft tabel x CM x Ct x CF x Ci

Ft‟=11,54 x 1 x 1 x 1 x 0,8

Ft‟= 9,23 Mpa

51
Dicoba batang kayu 7/14, dengan dimensi b = 70 mm d = 140 mm

Kayu dalam posisi utuh tanpa ada cacat/lubang,

maka Anetto = Abruto = b.d = 70.140 = 9800 mm2

Tahanan tarik terkoreksi, T‟ (persamaan III.2)

T‟ = Anetto x F‟t = 9800 x 9,23 = 90545 N = 90,5 kN

Syarat keamanan batang tarik:

Tu < T‟

110 kN > 90,5 kN ( Ukuran batang perlu diperbesar)

Dicoba batang kayu 10/14, dengan dimensi b = 100 mm d = 140 mm

maka Anetto = Abruto = b.d = 100x140 = 14000 mm2

Tahanan tarik terkoreksi, T‟ (persamaan III.2)

T‟ = Anetto x F‟t = 14000 x 9,23 = 129220 N = 129,20 kN

\ Tu < T‟

110 kN < 129,20 kN ( OK !)

Kesimpulan:

Ukuran batang 100/140 mencukupi untuk batang b1.

Contoh 3:
Kuda-kuda pada contoh 3 dipasang dengan batang
Batang v1 v1 dan v3 seperti pada gambar di samping. Batang
v1 dan v3 memiliki dimensi 2x30/60 dan
disambung dengan batang b1 dengan alat sambung
baut diameter 10 mm
Batang b1

Periksalah, aman atau tidak batang b1 dengan kondisi seperti di atas.

52
Penyelesaian:
2 x 30/60 mm

Baut D 10 mm

100/140 mm

Karena harus dipasang baut, maka batang b1 harus dilubangi untuk


menempatkan alat sambung baut. Keberadaan lubang baut ini merupakan cacat pada
batang b1 yang mengurangi luas penampang batang secara keseluruhan.
Menurut SNI 7973 – 2013, pasal 11.1.3 lubang penuntun baut dibuat dengan ketentuan
sebagai berikut:
Dibuat Dlubang = Dbaut + (0,8 mm-1,59 mm) = 10 + 1,2 = 11,2 mm.
Anetto = Abruto – Alubang = b.d – Dlub.b = 100x140 – 11,2x 100 = 12880 mm2

Tahanan tarik terkoreksi, T‟

T‟ = Anetto x F‟t = 12880x 9,23 = 118882 N = 118,88 kN

Syarat keamanan batang tarik:

Tu < T‟

110 kN < 118,88 kN

Kesimpulan:

Batang b1 masih mampu memikul beban yang ada.

53
Soal Latihan

Kerjakan soal berikut:

1:
Setelah dilakukan analisis mekanika, batang b1
pada kuda-kuda kayu disamping memikul gaya
tarik dengan rincian sebagai berikut:
Akibat beban mati, TD = 30 kN
Akibat beban hidup, TL = 20 kN
Akibat beban angin, TW = 10 kN

Batang b1

Panjang batang b1 = 2,25 m. Kuda-kuda terbuat dari kayu jati, tanpa cacat, kadar air 22
% dan suhu rata-rata 40 o C. Rencanakan dimensi batang b1 pada kuda-kuda di atas.

2. Untuk melaksanakan suatu pekerjaan dibutuhkan balok tarik untuk mendukung gaya tarik
65 kN. Durasi beban pelaksanaan 7 hari. Kayu yang digunakan kayu bangkirai dengan berat
jenis kering udara 0,93. Bila pada batang tarik tersebut terdapat sambungan baut, dengan D
baut 10 mm, tentukan dimensi balok yang aman.

54

Anda mungkin juga menyukai