Oleh
Ilma Syahfiani
1704101010096
Oleh
Ilma Syahfiani
1704101010096
1
2
meter, pengerjaan metode ini juga sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang
tinggi (Hardiyatmo, 2020).
Akan tetapi, metode preloading ini kurang efektif karena membutuhkan
waktu yang sangat lama untuk proses konsolidasinya, sehingga membutuhkan
metode pendukung untuk mempercepat proses konsolidasi tanah lunak. Metode
pendukung yang cocok adalah metode drainase vertikal (vertical drain). Metode
ini dapat mempercepat konsolidasi untuk tanah lempung yang memiliki butir
halus, dikarenakan metode ini dapat memberikan lintasan air pori yang lebih
pendek sehingga kecepatan proses konsolidasi beberapa kali lebih cepat
(Hardiyatmo, 2013).
Drainse vertikal terbagi atas dua tipe yaitu drainase pasir vertikal (sand
drain) dan drainase vertikal pracetak (prefabricated vertical drain, PVD). Tipe
yang digunakan dalam proyek ini adalah tipe prefabricated vertical drain (PVD)
karena lebih ekonomis dan pemasangan yang lebih mudah. Dalam pemasangan
PVD, ada gangguan tanah yang terjadi sehingga kofiesien konsolidasi tanah
lempung di sekitar PVD berkurang. Pengaruh gangguan tanah ini disebut
pengotoran (smear) (Hardiyatmo, 2020).
Oleh karena itu, dalam Tugas Akhir ini akan dilakukan perencanaan
mengenai perbaikan tanah dasar pada lokasi proyek pembangunan dengan
alternatif metode preloading untuk timbunan yang kemudian akan
dikombinasikan dengan metode Prefabricated Vertical Drain (PVD) dengan
memperhatikan pengaruh smear zone pada saat pesangannya.
1.3. Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini, adalah untuk merencanakan alternatif
perbaikan tanah menggunakan kombinasi preloading dan PVD dengan
memperhatikan pengaruh smear zone untuk tanah lunak pada Proyek
Pembangunan Tol Tebing Tinggi – Inderapura.
1.4. Manfaat
Hasil dari tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
perencanaan perbaikan tanah menggunakan kombinasi preloading dan PVD
untuk tanah lunak pada studi kasus lainnya.
5
6
Untuk konsistensi tanah lunak berdasarkan nilai N-SPT dapat dilihat pada
tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hubungan Antara Harga N-SPT dengan Konsistensi Tanah
Taksiran harga
Konsistensi tanah
SPT, harga N
Sangat Lunak (very soft) 0–2
Lunak (soft) 2–5
Agak kaku (medium stiff) 5 – 10
Kaku (stiff) 10 – 20
Sangat kaku (very stiff) 20 – 30
Keras (hard) > 30
(Sumber : Budi, 2011)
2.3. Konsolidasi
Hardiyatmo (2007) menyatakan bahwa konsolidasi adalah suatu proses
dari tanah jenuh berpermeabilitas rendah yang diberi pembebanan sehingga
berkurangnya volume dan rongga pori tanah, dimana prosesnya dipengaruhi oleh
kecepatan terperasnya air pori keluar dari rongga tanah.
𝑆 = (1 − 𝜇 )𝐼 (2.1)
dengan :
𝐵 = Lebar timbunan (m)
𝐼 = Faktor pengaruh
𝑞 = Beban total (kN/m2)
𝐸 = Modulus elastis tanah (kN/m2)
𝜇 = Angka poisson
𝑆 = Penurunan segera (m)
Gambar 2.3 Faktor pengaruh penurunan di sudut luasan segi empat fleksibel
(Sumber : Terzaghi, 1943 )
× ∆
𝑆 = log (2.2)
10
dengan :
𝐶 = Indeks kompresi tanah
𝑃 = Tekanan overburden efektif (kN/m2)
∆𝑃 = Tambahan tegangan vertikal (kN/m2)
𝑒 = Angka pori
𝐻 = Tebal lapisan tanah (m)
𝑆 = Penurunan primer (m)
𝑃 = 𝛾′ × 𝐻 (2.3)
dengan :
𝑃 = Tegangan overburden efektif (kN/m2)
𝛾′ = Berat volume tanah efektif (kN/m3)
𝐻 = Tebal lapisan tanah (m)
∆𝑃 = 2 × 𝑞 × 𝐼 (2.4)
𝑞 =𝛾 ×𝐻 (2.5)
dengan :
∆𝑃 = Tambahan tegangan vertikal (kN/m2)
𝑞 = Beban timbunan (kN/m2)
𝛾 = Berat volume tanah timbunan (kN/m3)
𝐻 = Tebal lapisan tanah (m)
𝐼 = Faktor pengaruh
11
dengan :
𝐶 = Indeks kompresi tanah
𝐿𝐿 = Batas cair (%)
𝑆 =𝑆 +𝑆 +𝑆 (2.7)
dengan :
𝑆 = Penurunan total (m)
𝑆 = Penurunan segera (m)
𝑆 = Penurunan konsolidasi primer (m)
𝑆 = Penurunan konsolidasi sekunder (m)
𝑈 = , , (2.8)
dengan :
𝑈 = Derajat konsolidasi arah vertikal
𝑇 = Faktor waktu vertikal
×
𝑇 = (2.9)
dengan :
t = Waktu Konsolidasi (hari)
𝑇 = Faktor waktu vertikal
𝐻 = Tinggi timbunan total
𝐶 = Koefisien Konsolidasi vertikal (m2/hari)
Koefisien konsolidasi vertikal (𝐶 ) biasanya akan berkurang dengan
bertambahnya batas cair (LL) dari tanah. Rentang dari variasi harga 𝐶 untuk
suatu batas cair tanah tertentu adalah agak lebar. Koefisien konsolidasi vertikal
(𝐶 ) menentukan kecepatan pengaliran air pada arah vertikal dalam tanah. Pada
umumnya konsolidasi berlangsung satu arah saja yaitu arah vertikal. Koefisien
konsolidasi sangat berpengaruh terhadap kecepatan konsolidasi yang akan terjadi.
Nilai koefisien konsolidasi vertikal (𝐶 ) dapat dicari dengan interpolasi linier
pada nilai-nilai di Lampiran B.2.1.
Pada tanah yang berlapis nilai 𝐶 yang digunakan yaitu nilai
𝐶 yang dirumuskan pada persamaan 2.10.
( ⋯ )
𝐶 = (2.10)
⋯
dengan :
𝐶 = Koefisien Konsolidasi gabungan (m2/hari)
𝐶 = Koefisien Konsolidasi Lapisan tanah ke-1 (m2/hari)
13
Gambar 2.4 Tinggi timbunan rencana dan tinggi timbunan total yang dibutuhkan
(Sumber : Hardiyatmo, 2020)
14
𝐻 =𝐻 +𝐻 +𝑆 (2.11)
𝐻 = (2.12)
𝐻 =𝐻 +𝑡 (2.13)
dengan :
𝐻 = Tinggi timbunan total yang dibutuhkan (m)
𝐻 = Tinggi timbunan preloading (m)
𝐻 = Tinggi timbunan dari dasar perkerasan sampai tanah asli (m)
𝐻 = Tinggi timbunan rencana (m)
𝑆 = Penurunan total (m)
𝑞 = Beban perkerasan (kN/m2)
𝑞 = Beban lalu lintas (kN/m2)
𝑡 = Tebal total lapis perkerasan (m)
Inti
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.6, pengaliran air dari drainase vertikal yang
dibangun pada lapisan tanah lunak akan menuju ke arah lapisan lolos air yang
berada diatas.
Gambar 2.6 Timbanan dengan beban ekstra dan drainase pasir vertikal
Sumber : Hardiyatmo, 2020
𝐶 = (1 𝑠/𝑑 4 ) × 𝐶 (2.14)
dengan :
𝐶 = Koefisien konsolidasi arah radial (m2/hari)
𝐶 = Koefisien konsolidasi arah vertikal (m2/hari)
𝑡= 𝐹(𝑛) ln (2.15)
×
𝑈 = 1 − 𝑒𝑥𝑝 ( ) (2.16)
dengan,
×
𝑇 = (2.17)
dengan :
𝑇 = Faktor waktu horizontal
𝐶 = Koefisien konsolidasi arah horizontal (m2/hari)
𝐷 = Diameter jangkauan kerja PVD (m)
𝑡 = Waktu ke-n (hari)
𝑈 = Derajat konsolidasi arah radial
𝐹(𝑛) = Faktor hambatan
𝐷 = Diameter lingkaran ekivalen PVD (m)
a = Lebar tampang PVD (mm)
b = Tebal tampang PVD (mm)
𝑈 = 1 − (1 − 𝑈 )(1 − 𝑈 ) (2.20)
dengan :
𝑈 = Derajat konsolidasi rata-rata
𝑈 = Derajat konsolidasi arah vertikal
𝑈 = Derajat konsolidasi arah radial
Dapat dilihat pada Gambar 2.7 penurunan tanah dengan drainase vertikal
dan tanpa menggunakan drainase vertikal terhadap waktu sebagai berikut ini.
17
Dalam Hardiyatmo (2020), ukuran tipe drainase vertikal dan bahan yang
digunakan dirangkum dalam Lampiran B.2.2.
1. Jarak antar PVD
Menurut Hardiyatmo (2020), Jarak PVD yang pernah digunakan adalah
antara 1,2 sampai 4 meter. Namun dalam pratik, jarak PVD yang lebih besar
dari 2 meter umumnya jarang. Falenius menyarankan jarak drainase vertikal
sebagai berikut :
Untuk lempung homogen : 1 sampai 1,6 m
Lempung berlanau : 1 sampai 1,8 m
Tanah – tanah yang lebih kasar : 1,5 sampai 2 meter
2. Panjang PVD
Menurut Hardiyatmo (2020), panjang PVD sama dengan panjangnya lintasan
drainase efektif dengan panjang maksimum ≤ 60 meter. Jika drainse terjadi
dua arah :
𝐿 = 2𝐻 (2.21)
dengan :
𝐿 = Panjang lintasan drainase efektif (m)
𝐻 = Panjang drainase vertikal PVD (m)
18
𝜋𝑑 = 2(𝑎 + 𝑏) (2.22)
( )
𝑑 = (2.23)
dengan :
𝑑 = diameter PVD (m)
𝑎 = panjang PVD,(m)
𝑏 = lebar PVD (m)
4. Pola PVD
Pada penggunaan drainase vertikal, pola pemasangan yang digunakan ada 2
tipe yaitu susunan bujur sangkar dan segitiga sama sisi.
19
Menurut Hardiyatmo (2020), untuk kedua pola susunan luas zona yang
terdrainase oleh sebuah PVD adalah 1/4𝜋𝐷 .
dengan :
D = Diameter pengaruh drainase (m)
S = Jarak PVD (m)
Menurut Hardiyatmo (2020), Michael (2020) dan Juniarso (2011), pola
pemasangan segitiga lebih efektif dalam mempercepat konsolidasi tanah
dengan menghasilkan penurunan yang lebih seragam sehingga lebih banyak
digunakan.
5. Smear Zone
Hardiyatmo (2020), akibat gangguan tanah saat pemasangan PVD, koefisien
konsolidasi lempung disekitar kolom drainase vertikal dapat berkurang.
Pengaruh gangguan tanah ini disebut pengotoran (smear). Skema gangguan
dapat dilihat pada gambar 2.10.
20
Gambar 2.10 Skema drainase vertikal denggan tanahan dan gangguan tanah
(Sumber : Hardiyatmo, 2020)
= 5 𝑠/𝑑 20 (2.25)
dengan :
𝑘 = Koefisien permeabilitas horizontal
𝑘 = Koefisien permeabilitas smear zone
dengan :
𝑑 = diameter smear zone,
𝑑 = diameter mandrel, dan
𝐴 = luasan ukuran mandrel.
21
maka,
×
𝑈 = 1 − 𝑒𝑥𝑝 ( ) ( ) (2.29)
𝐹(𝑠) = − 1 ln (2.30)
dengan :
𝑡 = Waktu ke-n (hari)
𝐷 = Diameter pengaruh drainase (m)
𝐶 = Koefisien konsolidasi arah horizontal (m2/hari)
𝐹(𝑠) = Faktor smear zone
𝐹(𝑛) = Faktor jarak vertical drain
𝑈 = Derajat konsolidasi arah radial
𝑘 = Koefisien permeabilitas horizontal
𝑘 = Koefisien permeabilitas smear zone
𝑑 = Diameter smear zone (m)
𝑑 = Diameter mandrel (m)
23
24
4. Gambar Existing
5. Spesifikasi Material PVD
6. Data Material Tanah Timbunan
Persamaan 2.25.
14. Menghitung Faktor smear zone (𝐹(𝑠)) menggunakan Persamaan 2.30.
15. Menghitung derajat konsolidasi arah radial (𝑈 ) menggunakan Persamaan
2.29.
16. Menghitung derajat konsolidasi rata – rata (𝑈) menggunakan Persamaan 2.20.
17. Mendapatkan waktu konsolidasi (𝑡) dengan mengulangi perhitungan hingga
nilai derajat konsolidasi vertikal (𝑈) sebesar 0,9.
BAB IV
RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Pada Tugas Akhir ini, akan ditampilkan hasil dari perhitungan pada setiap
tahapnya yaitu sebagai berikut :
1. Data sekunder yang telah dikumpulkan dan analisis klasifikasi jenis tanah
berdasarkan data.
2. Hasil perhitungan jumlah beban yang bekerja pada jalan.
3. Hasil perhitungan tinggi timbunan dan preloading yang direncanakan.
4. Hasil perhitungan penurunan total yang terjadi akibat beban jalan dan
timbunan.
5. Hasil perhitungan waktu konsolidasi tanpa PVD pada setiap jarak yang
direncanakan dan grafik hubungan waktu konsolidasi setiap jarak terhadap
derajat konsolidasinya.
6. Hasil perhitungan waktu konsolidasi dengan PVD tanpa memperhatikan efek
dari smear zone pada setiap jarak yang direncanakan dan grafik hubungan
waktu konsolidasi setiap jarak terhadap derajat konsolidasinya.
7. Hasil perhitungan waktu konsolidasi dengan PVD dengan memperhatikan
efek dari smear zone pada setiap jarak yang direncanakan dan grafik
hubungan waktu konsolidasi setiap jarak terhadap derajat konsolidasinya.
8. Grafik perbandingan antar waktu konsolidasi tanpa PVD, waktu konsolidasi
dengan PVD tanpa smear zone, dan waktu konsolidasi PVD dengan smear
zone terhadap derajat konsolidasinya pada setiap jarak yang direncanakan.
3.2. Pembahasan
Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas tentang klasifikasi jenis tanah yang
akan direncanakan menggunakan PVD pada lokasi proyek berdasarkan data yang
telah didapatkan. Data tersebut dikorelasikan dengan teori – teori yang ada terkait
klasifikasi jenis tanah. setelahnya, akan dilihat dampak yang terjadi terhadap
konstruksi akibat dari jenis tanah yang ada di lokasi proyek tersebut.
29
30
Kemudian akan dibahas tentang hasil tinggi timbunan dan beban awal
prealoding yang telah direncanakan dengan penurunan yang terjadi. Akan
dibandingkan hasil dari waktu konsolidasi tanpa PVD, waktu konsolidasi dengan
PVD tanpa smear zone, dan waktu konsolidasi dengan PVD dengan smear zone
pada setiap jarak yang direncanakan. Dari hasil perbandingan tersebut akan dilihat
bagaimana pengaruh PVD terhadap percepatan waktu konsolidasi dengan
mengkombinasikan metode preloading secara bersamaan dalam penggunaannya.
Lalu akan dilihat apakah efek smear zone dari proses pemasangan PVD tersebut
berpengaruh besar untuk menghambat fungsi dari PVD sebagai metode yang
mempercepat waktu konsolidasi tanah. Setelah itu, akan dilihat jarak yang paling
efektif untuk perencanaan PVD tersebut.
BAB V
RENCANA KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Dalam Tugas Akhir ini akan disimpulkan perencanaan pada jarak manakah
yang paling efektif dalam penggunaan PVD ini dan bagaimana pengaruh dari efek
smear zone selama proses pemasangan terhadap penggunaan PVD.
3.2. Saran
31
LAMPIRAN A
Gambar A.2.2 : Jenis perbaikan tanah yang cocok, yang disesuaikan dengan
ukuran butir tanah (U.S. Army,1999)
Sumber : Hardiyatmo, 2020
LAMPIRAN A
MULAI
Perumusan Masalah
Berupa Tanah lunak
Studi Literatur
Kesimpulan
SELESAI