Anda di halaman 1dari 52

Geoteknik

Timbunan diatas tanah lunak dan


Gambut
DR. Ir. M Eddie Sunaryo M.Sc.
Peneliti Geoteknik

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M
BAD AN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jl. Jend A.H Nasution No. 264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7802251 Fax. 7802726 Bandung 40294 e-mail:pusjal@melsa.net.id
Fungsi Jalan
Fungsi Jalan prasarana umum untuk
memperlancar assessibilitas dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
pertumbuhan sektor usaha, maka :
SLIDING
1. Harus dapat diakses dengan nyaman, cepat dan
aman

2. Kuat dan dapat melayani alam jangka waktu lama


dengan hambatan yang minimal

3. Dapat menampung pertumbuhan volume lalu


FLOODING lintas dengan kecenderungan pola beban yang
meningkat sesuai umur disain rencananya
2
Kinerja Jalan
Penyelidikan refer to eg BS1377:
• Compaction
• Strength Test and CBRs
• Consolidation and Durability
• Chemical and electro chemical
Kondisi Fungsional dan
Struktural
• Index Test
• Classification
Parameter Kekuatan • A wide range of site based in
Konstruksi Jalan
situ testing including plate
Respon Perkerasan bearing tests and sand
Terhadap Beban Lalu
Lintas
replacement densities.
3
Kondisi Fungsional dan
Struktural

SEMARANG RAINFALL YEARLY

1. kondisi fungsional : kerataan dan kekesatan


permukaan perkerasan,
2. kondisi struktural menyangkut kemampuan
(dinyatakan dalam satuan waktu atau jumlah
lalu-lintas) dalam mempertahankan kondisi
fungsionalnya pada tingkat yang layak.
4
Tanah Dasar
modulus reaksi subgrade < (k) 20000 kN/m3
atau CBR > 2 %.
• Persyaratan Tanah Dasar
• Untuk mengantisipasi berbagai kondisi kelas jalan,
• jenis tanah dasar/subgrade setempat, mampu mendukung
karakteristik kendaran yang lewat sesuai dengan Klas Jalan
• Beban Kendaraan,
• Kelas jalan : Mewakili kelas jalan MST 10 Ton atau
kelas MST 8 Ton
• Kendaraan Berat ????
5
Konstruksi Timbunan Jalan
Jenis Timbunan: diatas tanah dasar
1. Timbunan biasa  3% di bawah w optimum
2. Timbunan pilihan  1% di atas w optimum

3. Timbunan pilihan di atas rawa Berat Isi


Kering (d) Garis jenuh
(ZAV)

4. Timbunan pilihan di atas tanah d

rawa gambut
maksimum

• Ketebalan < 2m 3% 1%

• Ketebalan 2 – 4m Kadar Air


• Ketebalan ≥ 4mc w optimum
(w)

Peninggian
(Bahan Timbunan)

6
Perilaku Kareakteristik Lalu Lintas di Jalan
Arteri

Karakteristik
Lalu lintas II B

Lajur cepat Lajur lambat

7
Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Lereng
dan Timbunan Jalan
Faktor Pemicu Longsoran : source of Disasters

The identified sites as Forest Burning and


Illegal Logging Evidence 2009

Zonation of earthquake maps


PGA Map of Indonesia

PGA is set up refer to the return period of 475 years, subduction source and fault background, analyzed using
PSHA-07,09
PGA Map of Indonesia

PGA is set up refer to the return period of 475 years, subduction source and fault background, analyzed using
PSHA-07,09
Fenomena Kerusakan Bangunan pada daerah soft Sedimen Contoh
Gempa Yogya

Liqufaction akibat
Bantul naiknya tegangan air
pori
Fenomena Kerusakan Bangunan gedung
Bangunan Gedung Bertingkat dapat mengalami
mengalami
1. Keruntuhan akibat runtuh Pondasi Tiangnya
2. Keruntuhan akibat momen guling

Bangunan
mengalami
keruntuhan
lantai
Fenomena Kerusakan Bangunan akibat
keruntuhan Pondasi

Hotel Ambacang; mengalami keruntuhan Pondasi Bangunan


Bangunan yang didirikan diatas timbunan pada lapisan tanah pasir lanauan dan bersisipan
dengan lapisan batu lempung dan dipicu adanya gempa dapat mengalami keruntuhan akibat
pencairan tanah karena tegangan air pori naik akibat getaran.
Type of crack on the Approach Bridge
KM 73+000 s/d KM 94+200 on
the Approach Bridge
Embankment

Longitudinal
Cross-sectional
Crack
Type of crack on the Approach Bridge
KM 73+000 s/d KM 94+200 on
the Main Body of Road
Embankment

Longitudinal
Cross-sectional
Crack
Site Location Martadinata
Road Jakarta
Pre Analized failure
Dugaan Faktor penyebab
1. Drilling - Soil Stratigraphy 14. Sea Water Intrusion
2. Batimetry Maps 14. Gravity Well Pump
3. Situation Maps 15. Decreasing Strength salt water
4. Tidal sea Level 16. Strength Losses of saturated
5. Flooding Level Sandy Clay layer Sediment
6. Gradient Flows 17. Settlement / creeping of Soft
7. Shear Strength Soils
8. Lateral Movement
9. Traffic / cyclic Loading
10.Fill Embankment
11.Pavement Condition
12.Sea Wave (day and night)
13.Liquefy Zone (sandy Clay)
Predicted Cases :
Concluded temporary from a number of issues: News, Experts and
Other Stakeholders :
1) Intrusion of sea water
2) Sea Water Erosion (Abrasion) – ministry of PU, Iman Sadisun –
Geologi ITB
3) Bearing Capacity Failure of Embankment (soft Soil)
4) The rising up of water river as Flooding Impact and Heavy Rain in
recently occurrences
5) Lowering tidal sea water level
6) Cyclic Loading:
1) heavy Traffic and its Resonance due to traffic jam
2) Fluctuation of Water Level (Flooding/heavy rain/river and sea water leves)
7) Structure Collapse
Rise up Sea Level
Other Cases
Drawdown Sea level
Flooding
Traffic Loading
Steady
wave
Gradient
Tidal Sea Flows
Failure
Liquefy Zone
Intrusion
Soft Soil Layers
Road Failure at Other Country (USA)

Container Bay’s Failure

Road Failure at Martadinata (Indonesia)


Longsoran pada
Oprit Timbunan Tinggi
Soal : Longsoran pada
Oprit Timbunan Tinggi
Lokasi Jembatan Tambak Boyo
JAWABAN : Longsoran pada
Oprit Timbunan Tinggi

Timbunan
Oprit

- 0.00 m

- 17.00 m

- 26.00 m
Keruntuhan Tanah akibat Gempa
• Longsoran aliran (pada batuan sedimen yang berupa
lereng)
• keruntuhan lateral pondasi infrastruktur pada lapisan
tanah berupa sedimen sungai, sehingga merusak
bangunan utilitas disekitarnya: foundations, pipelines,
railroads, and retaining walls.
• Keruntuhan tanah dasar akibat proses pencairan
tanah: naiknya tegangan air pori akibat getaran gempa.
• Penurunan pada terrain lapisan tanah karena
mengalami pemadatan akibat getaran dan air keluar
(tekanan air pori naik).
Foto lokasi pembenihan udang di bontang

Jalan Menggunakan
CONBLOK

Timbunan menggunakan
Pasir Lokal setinggi 3 m
Foto lokasi pembenihan udang di bontang

Sistim Drainase dan


konstruksi tambok
penahan, antara
timbunan dan rawa

Bangunan Gedung untuk


tempat pembenihan
udang
RAWA_RAWA Timbunan Pasir RAWA_RAWA

Foto lokasi pembenihan udang di bontang


SPT (Standard Penetration Test)
• IS:2131 – 1981 Method for Standard
Penetration Test for Soils.
• Most important and most commonly used
field test
• Typical equipment: drill rig, split spoon
sampler, hammering equipment, casing pipe.
• Procedure:
SPT Procedure
1. Drive a section of casing pipe.
2. Complete wash boring and clean the hole
3. Replace driving bit by split spoon sampler at the bottom end of the driving
rod
4. Drive the sampler by dropping a hammer of 63.5kg weight through a
height of 75 cm
5. The number of blows required to penetrate three successive lengths of 15
cm are noted.
6. The first 15 cm drive is considered as seating load and is ignored. The total
number of blows required to penetrate the remaining 30 cm is called the
blow count or penetration number N.
7. Raise the sampler to the surface, open it and extract the sample.
8. Drive the next length of casing and repeat the process until required depth
is reached.
9. At the end of the borehole, note the gwt after it stabilizes and then backfill
the borehole.
Corrections to N value
• Overburden Correction applied to N value
based on chart by Peck, et. al. (varies from
0.45 to 2)
– N’=Cn * N where Cn is correction factor
• Correction due to dilatancy for fine sand and
silt below gwt having N’ > 15
– N” = 15 + 0.5*(N’-15)
Correlations between N values and soil
properties
Relative
N Compactness fo
Density (%)

0 to 4 Very Loose 0-15 < 28


4 to 10 Loose 15 - 35 28 -30
10 to 30 Medium Dense 25 - 65 30 -36
> 50 Very Dense > 85 > 41
Correlations between N values and soil
properties

Consistency N qu (kPa)
Very Soft 0 to 2 < 25
Soft 2 to 4 25 to 50
Medium Stiff 4 to 8 50 to 100
Stiff 8 to 12 100 to 200
Very Stiff 15 to 30 200 to 400
Hard > 30 > 400
Other test methods
• DCPT – Dynamic cone penetration test IS:4968
-1976 (Method for subsurface sounding for
soils: Parts I and II)
• CPT – Static Cone Penetration Test (Method for
subsurface sounding for soils: Part 3 Static
cone penetration test)
• Plate Load Test (Method of Load Test on Soils)
Stabilitas Timbunan Jalan di Atas Tanah Lunak
(Lempung Organik)
• Berdasarkan pola keruntuhan pondasi
Tinggi kritis yang
diperhitungkan
terhadap
kemampuan nilai
kohesi tanah lunak

settlement
Stabilitas Timbunan Jalan di Atas Tanah Lunak
(lempung organik)
• Berdasarkan keseimbangan gaya horizontal
menurut Salencon
Tinggi Kritis yang
diperhitungkan
terhadap
kemampuan
bekerjanya beban
gaya horizontal
menurut Salencon
Problem keruntuhan timbunan di atas tanah
lunak (tanah gambut)
• Mengakibatkan tanah lunak dibawah timbunan jalan akan
terdesak keluar
Gelegar Jembatan Terdorong
1. Tekanan Pasif cukup mengimbangi
2. Timbunan Tinggi melebihi Batasnya
Beberapa Tipe Inovasi Teknologi pada
Timbunan diatas tanah bermasalah
• Ground Improvement:
– Driven Pile and Bore Pile
– PVD, Stone and Sand Column
– Jet Grouting and Solidification
• Soil Stabilization and Solidification
– Subgrade / sub-base, base improvement
– Replacement Method
• Soil Strengthening and Reinforcing
– Base Embankment
– Embankment Slope
• Light Weight Materials
– Peat Bag and Stabilization
– EPS (Expanded Poly-styrene)
– Foamed Mortar
• Road Foundation Improvement
– Pile Corduroy
– Geosyntetic Technology (geogrid, geotextile,)
– Combination of Slab + Short Pile, e.g. Cakar Ayam
Alternatif Teknologi
Penanganan dalam
meningkatkan Stabilitas
Timbunan
Aplikasi:
1. Jalan Lingkar Semarang (PVD)
2. Jalan di Kalimanatan pada tanah
lunak / gambut (cerucuk)
3. Jalan Kalimantan (penggantian
Material)

Untuk tanah lunak Untuk tanah lunak dalam,


dangkal, dengan dengan menerapkan
penggantian material Tiang Pancang, Vertikal
atau stabilisasi drain (PVD, sand / stone
dangkal coloumn), counterweight
dan stabilisasi dalam
Macam dari Material Ringan yang sudah
Digunakan (Biaya),
FK : Penurunan dan
Stabilitas

FK = 1
Alternatif Teknologi
Penanganan dalam
meningkatkan
Stabilitas Timbunan

Aplikasi:
1. Jalan minyak di sumatera
2. Jalan akses hph
3. Jalan lama diKalimantan
Untuk mengatasi stabilitas terhadap longsoran dapat (jalan ke airport Kalteng)
diterapkan sistim corduroy atau galar serta
kemungkinan menerapkan geosintetis yang berfungsi
sebagai: separator, drainase dan kekuatan
(reinforcement)
Alternatif Teknologi
Penanganan dalam
meningkatkan Stabilitas
Timbunan

Material ringan >


shredded tires

Foam Mortar
Penerapan Foam Mortar
• Penurunan yang berkembang menjadi
keruntuhan timbunan dapat di-minimal-kan
• Tinggi timbunan dapat dinaikkan melebihi tinggi
kritisnya karena perubahan density material
timbunan, maka density standar dari 1.80 t/m3
menjadi 0.90 – 1.20 t/m3.
• Material timbunan dapat mempunyai Daya
dukung yang cukup tinggi, yaitu :
– dapat disesuaikan sebagai lapisan subgrade
– pondasi perkerasan jalan.
Penerapan Foam Mortar
• Sebagai perkerasan jalan maka akan mempunyai
berat isi beton antara 1200 - 1900 kg/m3, sedang
beton normal > 2400 kg/m3.
• Penerapan material mortar beton ringan untuk
mengatasi permasalahan longsoran timbunan
didaerah pegunungan pada pelebaran jalan dan
telah banyak digunakan di Jepang (MIKI, H., 2000).
• Pemanfaatan mortar beton ringan untuk
memperoleh daya dukung yang tinggi digunakan
untuk meningkatkan stabilitasnya yaitu dengan
memasang tulangan (MIYATA, Y., 2000).
Hasil penerapan Foam Mortar
• Foam Beton Mortar untuk menangani permasalahan penurunan oprit
jembatan Kedaton KM 21+000 Cirebon, Balai Geoteknik Jalan (2007,
2008 dan 2009).
• Sebelumnya telah dikaji dalam skala laboratorium pada tahun 2007
dan menunjukkan hasil yang sangat baik dimana density mortar
beton ringan dapat turun secara signifikan
• Kelebihan material ringan foam mortar:
– Self compacted atau memadat sendiri sesuai dengan ketentuan
mortar beton, dibentuk dari material lokal (standar atau
substandar) dicampur semen dan foam.
– Memiliki karakteristik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
perencanaan (unit weight dan unconfined compressive strength)
Penerapan Foam Mortar
• Dasar pertimbangan
– Oprit jembatan Kedaton dari tahun ke tahun selalu dilakukan
overlay atau pelapisan ulang
– Permasalahan penurunan yang terus
Kondisi Oprit Jembatan Kedaton
sebelum di tanggulangi (sumber:
Balai Geoteknik Jalan, 2007)

Hasil analisa terjadinya deformasi


pada abutmen jembatan kedaton
yang mendorong balok girdernya
(Eddie Sunaryo, 2007)
Hasil penerapan Foam Mortar
• Kondisi permukaan oprit Jembatan Kedaton
Kondisi permukaan
oprit Jembatan
Kedaton selalu di
overlay tiap tahun

Kondisi permukaan
oprit Jembatan
Kedaton pada
bulan Nov 2008

Kondisi permukaan
oprit Jembatan
Kedaton pada
bulan Mei 2012
Kesimpulan
• Karakterstik tanah problematik
– Soft soil
– Tanah ekspansif
– Tanah gambut
– Residual – batuan serpih dan lapisan clayshale (pegunungan)
• Investigasi (lapangan dan laboratorium)
• Analisa Stabilitas (tinggi timbunan kritis dan mekanisme
keruntuhan)
– Penurunan
– Longsoran
• Inovasi Penaggulangan
Penggantian
material

biaya
Beban kontra

Beban Bertahap /
Timb Bahan Ringan

Penyalir tegak (tiang


pasir / batu) dan atau

Tanah Lunak
beban Berlebih
Penyalir tegak (vertikal
drain) atau Timbunan
Bahan Ringan
Problematik)

Tiang Pancang dan atau


Timb Bahan Ringan

Plat Tiang (Pile


Tanah Gambut

Slab)
Tebal lapisan

Tipe Konstruksi vs biaya vs jenis dan tebal tanah bermasalah

Jembatan
Konstruksi Penanganan Peningkatan Stabilitas Jalan (Tanah
Sekian dan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai