Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

METODOLOGI PENELITIAN
DAN STATISTIKA

OLEH:

ZULFIKAR AHMAD

STB : 001109202020

KELAS MTS-A

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
Pendahuluan

Penggunaan Bambu sebagai bahan konstruksi pengganti besi. dalam hal ini material
bambu sendiri belum memiliki SNI atau standar untuk digunakan sebagai material
pengganti besi tersebut. Dalam ilmu teknologi bahan, bambu sendiri dekenal sebagai
material organik, dimana material organik Ketika dikombinasikan dengan beton dapat
mempengaruhi pengikatan dan menurunkan nilai kekuatan dari struktur bangunan
tersebut.

Kode Etik Profesi

Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial,
namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam
kategori norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara,
tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik
agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.
Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

Prinsip - Prinsip Etika Profesi


1) Tanggung jawab, terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. Dan
dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2) Keadilan, prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
3) Otonomi, prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.

Pelanggaran kode etik profesi


Seorang Profesional Engineer harus menerapkan sikap – sikap seperti gambar dibawah
ini:

Dan bentuk pelanggaran dalam kasus ini yaitu:


1. Tidak menerapkan ilmu pengetahuan dan tidak mengacu pada standar – standar
yang berlaku. Sehingga dalam perencanaan pekerjaan, penggunaan material
bambu ini tidak memiliki acuan standar berupa SNI untuk di terapkan ke
pekerjaan, maka dampak yang terjadi bangunan tersebut rubuh.
2. Tidak tegasnya kepemimpinan yang dijalankan sehingga acuan standar – standar
tidak di pedulikan, sehingga pekerjaan ini dapat di tenderkan dan di kerjakan oleh
penyedia jasa atau kontraktor.
3. Tidak berkolaborasi antara pihak penyedia jasa dan pihak konsultan sehingga
pekerjaan ini jalan tanpa adanya kolaborasi yang baik antara dua pihak.
Kesimpulan
1. Dalam merencanakan suatu pekerjaan, perlu dilihat aspek aspek pendukungnya
seperti standar standar yang berlaku sebagai acuan dasar untuk merencanakan
dan mengerjakan proyek tersebut.
2. Perlu ketegasan antara direksi yang terkait dengan pihak pelaksana dan konsultan
untuk mengerjakan pekerjaan tersebut dan memberikan sanksi terhadap
pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi.

Anda mungkin juga menyukai