1. Pertimbangan yang dilakukan yang mendasari dalam pembagian zona
yaitu. pada sistem tata guna tanah di mana satu satuan tata guna tanah didapat dengan membagi wilayah kajian menjadi bagian yang lebih kecil (zona) yang dianggap mempunyai keseragaman tata guna tanah atau berada di bawah suatu administrasi pemerintahan tertentu seperti kelurahan, kecamatan, atau wilayah.
2. Prinsip – prinsip kerja dalam menentukan besaranya jumlah bangkitan
pergerakan.transportasi suatu wilayah yaitu - Bangkitan pergerakan adalah fungsi tata guna lahan. Jumlah bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh suatu zona berbanding lurus dengan tipe dan intensitas tata guna lahan di zona tersebut - Sebaran pergerakan Besarnya pergerakan dari zona A ke zona Bmerupakan fungsi dari tipe dan intensitas tata guna lahan di zona A dan zona B, dan besarnya faktor kemudahan pencapaian (aksesibilitas) zona tujuan (B) dari zona asal. - Pemilihan moda transportasi dan rute Pemilihan moda transportasi antara zona A ke zona B didasarkan pada perbandingan antara berbagai karakteristik operasional moda transportasi yang tersedia (misalnya waktu tempuh, tarif, waktu tunggu, dan lain-lain). Begitu juga halnya rute − pemilihan rute didasarkan pada perbandingan karakteristik operasional setiap alternatif rute untuk setiap moda transportasi yang tersedia.
3. Dalam merencanakan rute angkutan umum pada suatu wilayan hubungan
antara demand and supply yaitu seperti kebutuhan dan ketersediaan angkutan dan rute transportasinya, dimana hal ini menunjang system layanan angkutan pada suatu wilayah. Apabila suatu wilayah memiliki ketersediaan angkutan umum yang tinggi, dan kebutuhan pengguna transportasi itu juga tinggi maka dapat menurunkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi pribadi atau kendaraan pribadi. 4. Pengertian dari klasifikasi rute angkutan umum wilayah a. Rute tetap, pengemudi angkutan umum diwajibkan mengendarai kendaraannya hanya pada jalur rute yang telah ditentukan dan sesuai dengan jadwal waktu yang telah direncanakan sebelumnya. b. Rute dengan batasan koridor, pengemudi diizinkan melakukan deviasi dari rute yang telah ditentukan dengan batasan-batasan tertentu, yaitu : Pengemudi wajib menghampiri (untuk menaikkan dan menurunkan penumpang) beberapa lokasi perhentian tertentu, yang jumlahnya terbatas, misalnya 3 (tiga) atau 4 (empat) perhentian. Diluar perhentian yang diwajibkan tersebut, pengemudi diizinkan melakukan deviasi sepanjang tidak melewati daerah atau koridor yang telah ditentukan sebelumnya. c. Rute dengan deviasi penuh, pengemudi bebas mengemudikan kendaraannya kemanapun dia suka, sepanjang dia mempunyai rute awal dan akhir yang sama. d. Trunk routes. Rute-rute yang merupakan rute yang paling tinggi beban pelayanannya karena demandnya yang tinggi, baik pada jam sibuk maupun jam tidak sibuk, pada rute ini beban yang dilayani sepanjang hari. Karakteristiknya ialah rute yang melayani kegiatan utama, melayani koridor dengan pusat kota frekuwensi tinggi dan jenis kendaraan yang besar. e. Double Feeder Routes. Rute yang hampir sama dengan feeder routes tetapi dia dapat melayani 2 (dua) trunk routes sekaligus, yaitu dengan menhubungkan kedua trunk routes pada kedua ujungnya, sehingga dia melayani dua trunk routes sekaligus dan juga melayani daerah-daerah permukiman diantara kedua ujung trunk routes tersbut. Secara umum karakteristik kelompok ini sama seperti kelompok sebelumnya.
5. Konsep aglomerasi diimplementasikan dalam masterplan wilayah
perkotaanupaya pemusatan suatu hal dalam sebuah kawasan. Contoh bentuk aglomerasi yang ada di wilayah perkotaan adalah pengelompokan penduduk perkotaan atas dasar tingkat sosial seperti kawasan elit, kawasan menengah, dan kawasan kumuh.