Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA TANAH
“Penentuan Kadar Kapur Tanah”

Oleh :

Nama : Muh. Alwis Arya Perkasa


Nim : D1D1 21 005
Kelas :B
Kelompok : IV

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kapur di dalam tanah sangat penting karena dapat mempengaruhi


sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. Terhadap fisika tanah, kapur dapat merangsang
pembentukan struktur tanah yang lemah. Ini dapat terjadi karena kapur dapat
mempengaruhi dekomposisi bahan organik tanah dan pembentukan humus, yang
memberikan pengaruh baik terhadap pengaruh tanah.
Pengaruh kapur banyak terhadap kimia tanah antara lain dapal menurunkan
ion H* dan menaikkan ion OH. Hal ini dapat menyebabkan daya larut Fe, Mn dan Al
akan turun, sehingga ketersediaan fosfor dan molybdenum (Mo) akan bertambah, dan
sebaliknya jika kejenuhan basa naik ketersediaan Kalium (K) dapat turun atau naik
tergantung keadaan.
Jadi salah satu efek samping dari kapur adalah dapat mempengaruhi
ketersediaan unsur hara tanaman. Kapur dapat merangsang kegiatan mikroorganisme
tanah dengan meningkatkan arti dan makan bahan organik dan nitrogen dalam tanah.
Pengapuran menstimulir organisme tanah yang menguntungkan atau
merugikan. Seperti amonifikasi dan oksidasi, sangat nyata dipercepat dengan
peningkatan pH. Bakteri pengikat N baik simbiotik maupun non simbiotik distimulir
oleh penambahan kapur.
Pengapuran merupakan hal mutlak yang dilakukan pada tanah masam, namun
pemberiannya tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan efek samping. Dari
beberapa hasil penelitian kelebihan kapur dapat merusak keseimbangan kimia tanah,
antara lain:
a) Defisiensi unsur mikro Mn, Cu, Zn, dan Fe.
b) Bila pH tanah melebihi netral, akan mengurangi ketersediaan fosfor, karena
terbentuknya senyawa kompleks yang sukar larut CaPO4.
c) Perubahan pH yang melonjak dapat berpengaruh terhadap perkembangan akar
tanaman.
Jumlah kapur yang diperlukan untuk meningkatkan pH suatu tanah masam ke
pH yang diinginkan ditetapkan berdasarkan kurva hubungan penambahan larutan
basa dengan pH tanah yang dicapai. Jumlah basa yang digunakan setara dengan
kebutuhan kapur yang nilainya dikonversi ke dalam satuan bobot CaCO3 ha¹¹.

1.2. Tujuan dan Manfaat

1. Mampu menjelaskan proses penentuan kadar kapur tanah dan faktor-faktor


yang mempengaruhi baik secara kualitatif dan kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan penentuan kadar kapur tanah antar lapisan
pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan penentuan kadar kapur tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh penentuan kadar kapur tanah
terhadap sifat tanah lainnya.
Adapun manfaat dari praktikum ini, yaitu dapat mengetahui proses
pembentukan penentuan kadar kapur tanah dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya, dapat mengetahui perbedaan penentuan kadar kapur tanah antar
lapisan pada suatu profil tanah, dapat mengetahu perbedaan penentuan kadar kapur
tanah pada penggunaan lahan berbeda, serta dapat mengetahui hubungan dan
pengaruh penentuan kadar kapur tanah terhadap sifat tanah lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan elemen penting dari dari sebuah struktur bawah sebuah
konstruksi, sehingga tanah harus mempunyai daya dukung yang baik. Namun pada
kenyataannya di lapangan banyak ditemukan tanah yang memiliki daya dukung yang
sangat rendah, sehingga perlu untuk dilakukan stabilisasi tanah dengan kapur
tohor. Hal ini disebabkan campuran tanah dengan kapur tersebut telah memadat,
rongga antar partikel tanah juga padat, sehingga kekuatan pun meningkat. Dari hasil
CBR (California Bearing Ratio) dapat terlihat bahwa penambahan kapur tohor pada
tanah lempung ekspansif memberikan peningkatan pada nilai CBR (Aryanto et al.,
2021).
Umumnya penambahan kapur dalam tanah berbutir halus karena adanya air
akan menyebabkan reaksi-reaksi sebagai berikut: Tahap awal ketika tanah dicampur
dengan kapur dan ditambah air, dalam tanah-tanah berbutir halus akan timbul
pertukaran kation dengan cepat dan reaksi pengumpulan serta penggumpalan. Reaksi
pengumpulan dan penggumpalan menghasilkan perubahan tekstur tanah lempung dari
butir-butir tanah yang halus menjadi partikel tanah yang berukuran lebih besar.
Pertukaran kation dan flokulasi menyebabkan perbaikan dengan cepat pada plastisitas
tanah, kemudahan, dikerjakan (workability), kekuatan dan sifat-sifat tegangan
deformasinya. Reaksi pozzolanik tanah-kapur terjadi dalam bentuk variasi bahan
sementasi. Hasil reaksinya adalah menambah kekuatan campuran yang telah
dipadatkan dan keawetannya. Reaksi pozzolanik bergantung pada waktu dan
temperatur. Temperatur yang tinggi lebih mempercepat reaksi (Darwis, 2017).
Kapur mengandung unsur Ca, pemberian kapur ke dalam tanah bertujuan
untuk meningkatkan pH tanah. Pengapuran merupakan salah satu upaya dalam
pengembangan budidaya kedelai di tanah masam. (Utami et al. 2018).
peningkatan dosis kapur hanya meningkatkan pH H2O dan pH KCl tanah.
Kebutuhan kapur tanah Ultisol lebih tepat ditentukan menggunakan Aldd ekstrak KCl
1 N. (Sari et al. 2016).
Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah serta dapat menekan kelarutan
unsur-unsur yang meracuni tanaman. Dengan pengapuran berarti menambahkan
unsur yang mengandung Ca ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan
ketersediaannya. Pengapuran lahan pertanian umumnya lebih ditujukan untuk
perbaikan kondisi tanah dalam hubungannya dengan pH, netralisasi Al, serta untuk
mengatasi kekurangan kalsium dalam tanah. (Amelia et al. 2018).
Kekuatan tanah untuk memikul beban sangatlah menunjang dalam kestabilan
suatu struktur bangunan dimana tanah sebagai dasar perkuatan dari struktur bangunan
harus memiliki kapasitas dukung dan kuat geser yang tinggi. Sehingga apabila ada
kondisi tanah yang buruk maka dapat melakukan stabilisasi tanah. Stabilisasi tanah
dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah.Ada beberapa cara stabilisasi tanah yang
dapat dilakukan salah satunya menambahkan bahan kimia, diantaranya adalah dengan
menambahkan kapur. Kapur adalah suatu bahan yang dipakai untuk bahan bangunan.
Kapur mengandung zat yang mampu menetralisir sifat kembang susut serta
meningkatkan kekuatan dan daya tahan tanah terutama pada tanah lempung atau
lanau ( Haras et al., 2017).
Demakin banyak pemakaian kapur maka akan terjadi penurunan tingkat
kekerasan dari sampel tanah, akan tetapi penurunan tersebut lebih disebabkan tingkat
kepadatan yang semakin tinggi diiringi dengan semakin keringnya sampel tanah yang
menyebabkan sampel tanah tersebut menjadi lebih getas, sehingga pada saat
melakukan penetrasi CBR permukaan sampel tanah yang akan di uji mengalami
retakan –retakan yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk berupa dislokasi.
Perubahan bentuk ini mengakibatkan alat penetration dialgauge lebih cepat berputar
dan hasil pembacaan nilai proving ring menjadi menurun atau dengan kata lain
ketahanan tanah terhadap penetrasi semakin kecil, dan tanah justru berperilaku seperti
tanah lunak ( Musdar, et al., 2022).
Pemberian bahan amandemen berupa kapur CaCO3 lebih baik dalam hal
mengatasi kemasaman tanah Ultisol dari pada pemberian pupuk kandang ayam dan
pupuk hijau karena mampu meningkatkan pH H2O, pH KCl, dan menurunkan Al-
tanah secara nyata. (Taufik et el. 2017).
Tanah dikapur bukan semata-mata ingin menaikkan pH tetapi juga kerena
tingginya Al. Al itu yang sebenarnya yang menjadi problem pada tanah masam,
karena menghambat ketersediaan unsur hara (Kuswandi, 2015).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dillaksanakan pada hari Senin, 12 Desember 2022 pada pukul
09.00 WITA-Selesai yang berlokasi di Lab Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo, Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu Erlenmeyer 500 cc, timbangan analitik, buret,
pipet, corong, kertas saring.
Bahan yang digunakan adalah bongkahan tanah, 0,1N HCl, HCl 2N, 0,1
NaOH dan Indikator phenolphthalin (pp) 1%, kalsimeter.

3.3. Prosedur Kerja

Timbang 5 g tanah untuk setiap tingkat penambahan basa dan masing-masing


dimasukkan ke dalam botol kocok 100 mL. tambhakan dengan pipet larutan NaOH
0,02 N masing-masing sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8 dan 10 mL dan air bebas ion sehingga
jumlah setiap larutan menjadi 25 mL (air ditambahkan terlebih dahulu sebelum
larutan NaOH 0,02N). Penambahan NaOH ini menghasilkan deret penambahan basa
0; 0,02; 0,04; 0,08; 0,12; 0,16 dan 0,20 m.e. Kocok campuran selama 1 jam dan ukur
pH suspensi dengan alat pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan sangga
pH 7,0 dan 4,0.
Catatan: Tambah jumlah larutan NaOH 0,02 N atau gunakan NaOH 0,05 N bila
Volume larutan melebihi 25 mL.
Perhitungan
Buat kurva hubungan m.e. NaOH yang diperlukan dengan pH tanah yang dihasilkan
atau gunakan persamaan regresi. Dapatkan m.e. NaOH yang menghasilkan pH yang
dikehendaki dan hitung kebutuhan kapurnya sebagai berikut:
Kebutuhan kapur (kw CaCO3 ha-1) = (m.e. NaOH × 50) × 10-8 × (1,5 × 108) × fk
= m.e. NaOH × 75 × fk
Keterangan:
50 = bst CaCO3
10-8 = konversi mg ke kuintal CaCO3
1,5 × 108 = konversi g contoh ke ha
Faktor koreksi kadar air (fk) = 100/(100 - % kadar air)
Catatan:
Kedalaman lapisan olah 15 cm dan BD (bulk density) tanah dianggap 1.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1.1. Hasil Penentuan Kadar Kapur Tanah Vegetasi Semak Belukar

No. Lapis Skor Keterangan


an
1. I 2 Rendah

2. II 2 Rendah

3. III 1 Sangat
Rendah

Tabel 4.1.2. Hasil Penentuan Kadar Kapur Tanah Vegetasi alang-alang

No. Lapisan Skor Keterangan

1. I 5 Sangat
tinggi
2. II 3 Sedang

3. III 2 rendah

Tabel 4.1.3. Hasil Penentuan Kadar Kapur Tanah Vegetasi hutan

No. Lapisan Skor Keterangan

1. I 2 Sangat
rendah
2. II 3 sedang
4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil dari data diatas, penentuan kadar kapur tanah vegetasi
semak belukar pada tiga lapisan yaitu pada lapisan I diperoleh skor 2 (agak berbuih)
dengan kriteria rendah, pada lapisan II diperoleh skor 2 (agak berbuih) dengan
kriteria rendah, dan pada lapisan III diperoleh skor 1 ( sedikit berbuih) dengan kriteria
sangat rendah.
Pada vegetasi alang-alang diketahui yaitu pada lapisan I diperoleh skor 5
dengan kriteria sangat tinggi, lapisan II diperoleh skor 3 dengan kriteria sedang, dan
lapisan III diperoleh skor 2 dengan kriteria rendah.
Penentuan kadar kapur tanah vegetasi hutan pada dua lapisan yaitu pada
lapisan I diperoleh skor 1 (sedikit berbuih) dengan kelas kadar kapur sangat rendah.
Dan pada lapisan II diperoleh skor 3 (lebih berbuih) dengan kelas kadar kapur
sedang.
Berdasarakan Tabel 4.1.1. Hasil penentuan kadar kapur tanah vegetasi semak
belukar diketahui yaitu pada lapisan I diperoleh kadar kapur yang rendah, pada
lapisan II memiliki kadar kapur yang rendah, dan pada lapisan III memiliki kadar
kapur sangat rendah.
Pada Tabel 4.1.2. Hasil penentuan kadar kapur tanah vegetasi alang-alang
diketahui yaitu pada lapisan I memiliki kadar kapur yang sangat tinggi, lapisan II
memiliiki kadar kapur sedang, dan lapisan III memiliki kadar kapur yang rendah.
Pada Tabel 4.1.3. Hasil penentuan kadar kapur tanah vegetasi hutan diketahui
yaitu pada lapisan I memiliki kadar kapur yang sangat rendah, dan lapisan II memiliki
kadar kapur sedang.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kapur merupakan sumber bahan amelioran yang banyak digunakan untuk


memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Kapur merupakan sumber hara Ca yang
berperan penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman, meningkatkan pH tanah,
menurunkan kandungan Al dan Mn tanah.
Pengapuran menjadi langkah awal yang penting dilakukan dengan hati-hati.
Sama seperti pemupukan, pemberian kapur juga harus memperhatikan dosis, waktu,
dan cara pemberian. Jangan sampai tanaman mengalami imbas akibat kelebihan
kapur. Biasanya, tanaman kelebihan kapur tidak bisa tumbuh dengan maksimal.

5.2 Saran

Saran saya pada praktikum tekstur ini adalah agar praktikum ini dapat berjalan
lancar dan bimbingan asisten dosen saat praktikum perlu diperhatikan dengan baik
atau perlu di damping sampai akhir praktikum agar tidak terjadi kesalahan saat
pengisian data.
DAFTAR PUSTAKA

Darwis. 2017. Dasar dan Teknik Perbaikan Tanah. Pustaka AQ; Nyutran MG
II/14020. Yogyakarta
Haras M, Turangan AE, Roski RI, Legrans. 2017. Pengaruh Penambahan Kapur
Terhadap Kuat Geser Tanah Lempung. Jurnal TEKNO. Vol.15(67):77-86.
Aryanto M, Suhendra, Amalia KR. 2021. Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif
Menggunakan Kapur Tohor. Jurnal Talenta Sipil. Vol.4(1):38-43.
Musdar A, Rokhman, Rusdi A. 2022. Pengaruh Stabilisasi Tanah Lempung Dengan
Bahan Tambah Kapur Alam Terhadap Daya Dukung Tanah. Jurnal Ilmiah
Teknik Sipil. Vol.1(1):29-34.
Amelia, Dini. Khalil, Munawar. Muyassir. 2018. Analisis Metode Kebutuhan Kapur
Pada Ultisol dam Hubungannya denganSifat Kimia Tanah dan
Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.). jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian.
3(1).l
Atmaja, Taufik. Mukhlis. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk
Hijau, dan kapur caCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung. JURNAL AGROTEKNOLOGI. 5(1).
Sari, F.P. Mukhlis. Fauzi. 2016. Uji Metode Pengukuran AI Ekstraktan KCL dan
LaCl dalam Menetapkan Kebutuhan Kapur di Tanah Ultisol. Jurnal
agroteknologi. 4(3).
Utami, P.A. Agustiyani, Dwi. Handayanto, Eko. 2018. PENGARUH PGPR (plant
Promoting Rhizobacteria). KAPUR, DAN KOMPOS PADA TANAMAN
KEDELAI DI ULTISOL CIBINONG, BOGOR. Jurnal tanah dan
sumberdaya lahan. 5(1).
Kuswandi. 2015. Pengapuran Tanah Pertanian. Yogyakarta. Edisi Revisi.: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai