Minerologi Lempung.
Menurut Kerr ((1959), di bumi ini terdapat sekitar 15 macam
mineral tanah lempung, dan diantara yang dominan terdapat di
alam antara lain : montmorillonite, kaolinite, dan illite. Diantara 15
jenis lempung yang diidentifikasi Kerr, yakni ; montmorillonite,
kaolinite, illite, smectite, saponite, tales, pyrophyllite, nontronite,
halloysite, serpentine, chrysotile, lizardite, antigorite, hydromica,
dan sericite.
Karakteristik tanah granuler yang digambarkan oleh distribusi ukuran butiran, susunan, serta
kerapatan butiran, akan sangat mempengaruhi berbagai parameter
tanah seperti angka pori, porisitas, berat volume, kohesi, dan sudut
geser dalam tanah. Oleh karena itu di alam, biasa ditemukan tanah
granuler dalam konsistensi padat (dense), longgar (loose), atau
bahkan dalam bentuk sarang lebah (honeycomb),
Menurut Way (1952) dalam Ingles dan Metchalf (1972), bahwa ada
dua faktor internal di dalam tanah yang sangat mempengaruhi
mekanisme reaksi yang terjadi antara tanah dengan unsur kimia
dari bahan stabilizer, yaitu:
Eksistensi ion-ion H+ dan OH- di dalam tanah, akan sangat mempengaruhi tingkat keasaman
pada tanah. Oleh karena itusecara teknis ada dua parameter yang akan mempengaruhi nilai pH
tanah, yakni :
Menurut Olaniyan et al. (2011), bahwa pada campuran tanah dengan kadar NaOH
sebesar 13%, memberikan kekuatan tekan optimum. Meskipun demikian NaOH dengan
kadar 13% tetap akan terpengaruh oleh jenis dan bentuk material pengisi (filler).
Hasil penelitian Zangana (2012) menunjukkan bahwa pada semua kadar NaOH yang
dicampurkan terhadap tanah-semen akan meningkatkan kuat tekan bebas (UCS).
Zangana (2012), juga menemukan konsentasi NaOH juga berpengaruh terhadap kuat
tekan bebas pada campuran tanah-semen, namun mempunyai titik optimum
Aplikasi teknis bahan natrium klorida lainnya adalah untuk garam pemecah es (de-icing
salt) pada permukaan jalan raya pada musim salju. Disamping itu natrium klorida juga dapat
digunakan sebagai bahan stabilizer pada tanah yang lunak.
Murty dan Krishna (2006), melakukan studi terhadap khasiat kalsium klorida (CaCl2), elektrolit
kuat, pada karakteristik plastisitasdan pengembangan (swelling) dari jenis tanah liat ekspansif.
Satu persen larutan CaCl2, yang dicampurkan dengan tanah liat ekspansifdengan cara
penggenangan (ponding) dan juga melalui lubang bor. Pengaruh dari larutan kalsium klorida
terhadap sifat-sifat tanah ekspansif sangat kelihatan. Indeks plastisitas lapisan tanah liat
mengalami penurunan sebesar 40-60% dengan perbaikan tanah menggunakan kalsium klorida.
Demikian pula, tekanan pengembangan (swelling pressure) dari tanah liat menurun sampai
pada 50-65%. Dari penelitian mereka, terungkap bahwa modifikasi sifat tanah liat dengan
kalsium klorida beberapa kali lebih besar penggunaan bahan kapur atau semen
Menurut Scholen (1992), bahwa Ketika amonium klorida ditambahkan ke tanah ekspansif,
bahan tersebut akan menghilangkan air terionisasi dan menarik kisi-kisi itu bersama-sama,
namun ion amonium mengurangi kapilaritas dalam tanah, sehingga membuat pencampuran di
dalam tanah yang lebih menyeluruh. Peningkatan kerapatan kering maksimum (MDD), yang
mempengaruhi sehingga terjadi penurunan pada nilai kadar air optimum (OMC), akan terjadi
pada setiap penambahan yang bervariasi dari bahan kimia seperti Magnesium Chloride (MgCl2)
dan Sodium Chloride (NaCl) (M.Q. Waheed,
Pengaruh aluminium klorida terhadap kekuatan pada tanah gambut terlihat signifikan, baik
terhadap pertambahan kadar AlCl3 maupun terhadap pertambahan umur campuran
Asam sulfat (alternatif penglihatan asam sulfat) adalah asam mineral kuat yang sangat korosif
dengan rumus molekul H2SO4 dan berat molekul 9differential 8,079 g / mol.
fosfat cukup efektif digunakan terhadap tanah berbutir agak halus, tapi tidak cocok untuk
lempung plastik tinggi.