1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lempung memiliki sifat yang khas yaitu dalam keadaan basah akan bersifat lunak
serta plastis dan kohesif, mengalami peristiwa pengembangan dan penyusutan yang cepat
sehingga menghasilkan perubahan volume yang besar akibat pengaruh adanya air yang
bercampur. Sifat tersebut dapat membahayakan suatu konstruksi. Penambahan bahan
pencampur gypsum serta semen membuat tanah yang mengandung kadar air tertentu
dapat mengeras. Kedua bahan pencampur (stabilizing agents) ini dipilih karena bahan
stabilisasi tersebut mudah diperoleh di pasaran serta efektif.
1.2
Rumusan Masalah
Membandingkan besar perubahan kuat geser tanah yang terjadi pada lempung
yang distabilisasi dengan gypsum maupunsemen dengan masing-masing kadar
pencampuran sebesar 4%, 8%,10% dan 15% yang diambil secara acak (random).
1.3
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pencampuran gypsum pada tanah lempung serta
semen pada tanah lempung terhadapnilai index properties, uji Kuat Tekan Bebas Tanah.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Stabilisasi Tanah
Stabilisasi tanah merupakan suatu upaya untuk memperkuat atau menambahkan
kapasitas dukung tanah agar tanah tersebut sesuai dengan persyaratan dan memiliki mutu
yang baik.Menurut Ingels dan Metcalf (1972) ada beberapa karakteristik utama tanah
yang harus dipertimbangkan sehubungan dengan masalah stabilisasi tanah, yaitu
stabilisasi volume, kekuatan, permeabilitas, durabilitas, kompressibilitas.Stabilisasi tanah
dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanis, fisis dan kimiawi (modification by
admixture).
2.3
Gypsum
Stabilisasi tanah dengan gypsum dilakukan dengan cara mencampurkan tanah
yang telah dihancurkan dengan gypsum dan air yang kemudian dipadatkan sehingga
menghasilkan suatu material yang baru.Gypsum yang paling umum ditemukan adalah
jenis hidrat kalsium sulfat yang memiliki rumus kimia :
CaSO4 . 2H2O
Gypsum mempunyai sifat yang cepat mengeras yaitu sekitar 10 menit.Dalam proses
pencampuran antara tanah, gypsum dan air untuk menghindari terjadinya proses absorbsi
air maka dilakukan penambahan air sebesar 2% dari berat bahan pencampur (gypsum).
2.4
Semen
Stabilisasi tanah dengan semen adalah pencampuran antara tanah yang telah
dihancurkan, semen dan air, kemudian dipadatkan dan menghasilkan suatu material baru
yaitu tanah-semen dimana karakteristik deformasi, kekuatan, daya tahan terhadap air,
cuaca dan sebagainya dapat disesuikan dengan kebutuhan untuk perkerasan jalan, pondasi
bagunan dan jalan, aliran sungai dan lain-lain (Kezdi, 1979).
Pemadatan yang tepat juga sangat penting. Reaksi antara silika (SiO 2) dan
alumina (AL2O3) halus yang terkandung dalam tanah lempung dengan kandungan mineral
reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan kapur dan air.Pembentukan senyawa-senyawa ini
berlangsung lambat dan menyebabkan tanah menjadi lebih keras, lebih padat dan lebih
stabil.
2.5
(2.2)
Dimana :
: tegangan (kg/cm2)
P : beban (kg)
k : faktor kalibrasi proving ring
N : pembacaan proving ring (div)
A : luas penampang tanah (cm2)
3.
METODE PENELITIAN
Adapun skema tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada diagram alir penelitian dalam Gambar 2.
4.1
Hasil
19,90%
2,65
44,23 %
14,38 %
29,85 %
62,00 %
4.2
44,23
39,75
37,83
36,95
33,36
42,63
41,30
41,01
39,20
14,38
29,85
15,83
17,55
18,06
20,13
17,69
19,52
20,26
21,20
23,92
20,29
18,90
13,23
24,93
21,77
20,75
18,00
IP
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
0
10
15
SEMEN
Gambar 3 Grafik hubungan antara nilai Indeks plastisitas (IP) dengan persentase penambahan
bahan stabilisator gypsum dan semendengan waktu pemeraman selama 15 hari.
20,41 %
1,24 gr/cm3
4.4
Gypsum
Semen
Kadar (%)
4
8
10
15
4
8
10
15
d maks (gr/cm)
1,208
1,187
1,175
1,142
1,269
1,274
1,277
1,286
Wopt (%)
21,13
21,87
22,00
22,90
19,07
18,44
17,77
16,78
d maks (gr/cm)
4
8 Bahan Stabilisator
10
Persentase
Penambahan
GYPSUM
SEMEN
15
Gambar 4Grafik hubungan antara berat isi kering maksimum ( d maks) tanah dan variasi
campuran dengan waktu pemeraman selama 15 hari.
Wopt (%)
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan pada bahan gypsum berat isi kering
tanah mengalami penurunan sedangkan pada semen mengalami penurunan. Hal ini dapat
diakibatkan oleh karena dengan semakin banyaknya kadar gypsum yang ditambahkan
maka proses pengikatan air oleh gypsum yang terjadi akan semakin besar.
Grafik Kadar Air Optimum Tanah
23,5
23,0
22,5
22,0
21,5
21,0
20,5
20,0
19,5
19,0
18,5
18,0
17,5
17,0
16,5
16,0
4
8 Bahan Stabilisator
10
Persentase
Penambahan
GYPSUM
SEMEN
15
Gambar 5Grafik hubungan antara kadar air optimum tanah ( wopt) dan variasi campuran
dengan waktu pemeraman selama 15 hari.
Peristiwa peningkatan kadar air optimum yang distabilisasi oleh gypsum ini dapat
disebabkan oleh semakin banyaknya air yang masuk meresap melalui pori-pori tanah,
maka akan semakin besar proses pengikatan air yang terjadi oleh campuran gypsum
sehingga campuran tanah tersebut menjadi jenuh dan menurunkan kepadatan tanahnya.
4.5
qu (kg/cm)
4
8 Bahan Stabilisator
10
Persentase
Penambahan
GYPSUM
SEMEN
15
Gambar 6Grafik hubungan antara nilai kuat tekan tanah (qu) dengan variasi campuran
dengan waktu pemeraman selama 15 hari.
Dari Gambar 6 memperlihatkan hasil peningkatan nilai kuat tekan pada tanah yang
distabilisasi dengan gypsum lebih tinggi jika dibandingkan dengan semen.Hal ini dapat
disebabkan oleh karena sifat gypsum yang mampu meningkatkan kekuatan tanah lebih
besar daripada semen.
4.6
Gambar 7 Pola Retak Benda Uji Campuran Gypsum (Kiri) dan Semen (Kanan)
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa hasil keruntuhan benda uji untuk
campuran tanah lempung dan gypsum hanya mengalami keretakan secara diagonal
sedangkan tingkat pengujian kuat tekan bebas yang dilakukan sudah mencapai batas
maksimum kemampuan benda uji untuk menahan beban. Sedangkan keruntuhan benda
uji untuk campuran semenmenghasilkan keruntuhan benda uji secara total tanpa
mengalami pola retak secara diagonal.Perbedaan pola keruntuhan kedua campuran
tersebut dapat disebabkan perbedaan perilaku campuran dalam reaksinya terhadap beban
yang dihasilkan dari pengujian kuat tekan bebas. Hal tersebut perlu diperhatikan dalam
proses penggunaan stabilisasi tanah dengan campuran gypsum ataupun semen di
lapangan.
5
5.1
1.
2.
3.
4.
5.2
Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan bebas tanah untuk bahan stabilisastor
gypsum menunjukkan sifat kooperatif yang jauh lebih baik dalam usaha perbaikan
peningkatan kuat geser tanah dibandingkan dengan bahan stabilisator semen.
Jika disimpulkan terhadap percobaan yang telah dilakukan bersama nilai perkuatan
tanah yang menggunakan bahan campuran yang gypsum menghasilkan nilai
perkuatan yang lebih besar dibandingkan dengan bahan campuran semen serta
campuran abu sekam padi (Fadilla, 2014), campuran abu cangkang sawit (Sinaga,
2014) serta campuran abu ampas tebu (Rezky, 2014).
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,penulis memberikan saran :
1.
2.
3.
4.
5.