Anda di halaman 1dari 8

1

RUMAH LOJI TONDANO,MINAHASA,


SULAWESI UTARA
Bangunan Loji terletak di kelurahan Renegetan, Kecamatan Tondano, Kabupaten
Minahasa,dengan Letak astronomi Lintang Selatan 010 18’ 23.5” dan Bujur Timur 1240
54’16,1” dengan ketinggian 703 mdpl, dengan morfologi relatif datar. Bangunan ini
berada di lingkungan kompleks perkantoran pemerintahan kecamatan Tondano Barat.
SEJARAH

Gedung Loji Tondano merupakan bangunan pejabat tinggi hindia belanda yang terletak di dekat
Danau Tondano yang digunakan sebagai tempat tinggal konteler (kepala distrik) sekaligus
digunakan sebagai tempat diadakannya acara acara penting dalam kegiatan pemerintahan saat
itu.. Bangunan Gedung Loji menurut beberapa sumber dibangun sekitar tahun 1850.

Bangunan Loji Tondano, pada awalnya berada di lahan Kantor Bupati saat ini. Pada tahun 1979
oleh Bupati B.G.Lapian bangunan tersebut dibongkar dengan alasan karena lahan aslinya akan
dibangun kantor bupati yang baru yang kemudian dipindahkan ke tempat yang sekarang ini di
Desa Rinegetan. Bangunan Loji Tondano telah dipugar sebanyak 3 kali yaitu pada Tahun 1980,
2010, dan Tahun 2011.

Menurut Pak Fredi salah satu budayawan dan pemerhati rumah adat, rumah Loji Tondano ini
bebarapa kali terjadi peralihan fungsi bangunan. Dan fungsinya sekarang menjadi rumah cagar
budaya dan biasanya menjadi tempat pertemuan para petua-petua adat Minahasa,

ASAS, NILAI, DAN FILOSOFI RUMAH

A. BUDAYA

1).Pasoloan ‘pemasangan lampu’


Saranien dengan paluli’an, yaitu pentahbisan dengan menggunakan luli’. Acara ini
dilakukan pada pukul 06.00 pagi. Bahan-bahan yang digunakan yakni luli’, woka, jeruk,
air panas yang sudah mendidih. Pelaksanaan upacara ritual ini ialah pintu depan dan
belakang rumah ditutup dan tonaas mengetuk tiga kali dengan mengucapkan kalimat
sebagai berikut; ‘si tenga’ sela si penekei wia wale weru ya’ai’ ‘Opo mari dan naiklah
dirumah yang baru ini’ Kemudian tonaas mengambil nasi dan ikan untuk diletakkan
didepan pintu rumah, didepan pintu belakan sementara ia mengucapkan kalimat adat.
2) Maramba’ bale weru ‘menguji kekuatan rumah’
Pengujian kekuatan rumah baru dilaksanakan saat bangunan tersebut telah selesai.
Pemilik rumah dan sisiga’ ‘kepala bas’ menyiapkan acara penyerahan rumah dari kepala
bas kepada pemilik rumah yang baru. Upacara ini dipimpin oleh walia’an ‘yang
dituakan’. Upacara ini biasanya dihadiri oleh sejumlah orang yang diundang oleh
pemilik rumah untuk mengikuti upacara dan makan bersama. Penyerahan tersebut
dilakukan dalam upacara ritual.
B. NILAI ADAT
Proses pembuatan rumah menurut adat yaitu:
a. Pemilihan bahan bangunan
1) Persiapan ke hutan
Persiapan ke hutan untuk esok hari dilakukan pada malam hari. Tonaas ke
tempat calon pemilik rumah baru untuk mengadakan persiapan perjalanan.
Dalam persiapan mereka, ada ungkapan yang diucapkan Tonaas, yaitu: ‘Sawo’
nlo mange melek parepu-repuan lungu. Mewa walun sumenganlo.’ ‘Besok kita
akan pergi mencari kayu api. Membawa makanan sebagai bekal untuk suatu
hari’ Di tengah perjalanan, mereka melihat ular dan tikus. Rombongan disuruh
berhenti dan menunggu beberapa menit baru boleh meneruskan perjalanan.
Sebelum meneruskan perjalanan, Tonaas mengucapkan kalimat sebagai berikut;
‘Toro mo mange kita. Dinangkoyange no lako ne tou lewo genang’ ‘kita sudah
bole meneruskan perjalanan. Orang yang berniat jahat sudah pergi’ Calon
pemilik rumah harus menggunakan atau membawa kule ‘sarung pedang’ dan
membawa walun ‘bekal’. Kayu yang dicari berupa jenis kayu cempaka atau
wasian.

2) Menemukan kayu yang dicari


Setelah dilihat bahwa kayu yang ditemukan bagus untuk dibuat rumah, Tonaas
berjalan mengelilingi pohon tersebut sebanyak tiga kali kea rah kanan. Sesudah
itu, Tonaas mengambil rokok atau tembakau yang sudah disulut ujungnya,
kemudian ditempatkan di pangkal pohon itu. Kalau sudah memberikan rokok
pada pangkal pohon, Tonaas mengucapkan doa sebagai berikut: ‘Empung Opo
Wailan, Opo niayaga-yaga en tampa kenu si puyun nanti ung kai kenu payaga-
yagaan a lakai rou-rou in cilaka. Oh Opo Empung tulung ne kai intorang wana ka
siapa tinanem wig kai wanti en nai.’ ‘Oh Tuhan dan leluhur yang menjaga
tempat ini bila kami menebang pohon ini, jauhkan kami dari mala petaka. Ya
Tuhan, tolonglah kami kiranya kayu yang akan kami tebang tidak akan
menimpa tanaman lain.’
3) Memotong kayu yang sudah dipilih
Kayu yang sida dipilah akan ditebang. Penebangannya tidak bole diribohkan kea
rah barat. Peralatan yang digunakan untuk menebang kayu tersebut adalah
senso ‘gergaji mesin’. Kayu yang dipotong dibuat dalam bentuk balok, papan,
totara, lata dan lain-lain.
4) Pengangkutan ke lokasi pembangunan rumah
Kayu yang sudah dipotong dalam bentuk balok, papan, lata, dan totara
kemudian diangkut dengan sapi. Serbuk kayu diambil oleh Tonaas dan
digosokkan pada sapi mulai dari kepala sampai pada ekornya dengan
mengucapkan kalimat sebagai berikut: ‘Kura ung kado’ Dak tatal ya’ai. Tenu
ung kado’ Dak ung kai ya’ ai keongan ni sapi. ‘sebagaimana ringannya serbuk
kayu ini, demikian juga ringannya kayu ini ditarik sapi.’ Setelah tiba di lokasi
pembangunan rumah, kayu tidak boleh langsung dibawa ke halaman depan,
tetapi diletakkan dibelakang rumah. Setelah beberapa hari kemudian, kayu
tersebut diangkut ke halaman depan dengan mengucapkan kalimat sebagai
berikut: ‘kenu tare ung kai ya’ai. nai terla’ai lako ne tou leos genang-genangan’
‘inilah kayu yang baik. Orang yang berhati baik telah meninggalkan kayu ini’
b. Penentuan tenaga kerja pembangunan rumah
Biasanya organisasi pekerja dalam pendirian sebuah rumah terdiri atas:
a. Kepala Bas : 1 orang merangkap bas
b. Bas : lebih dari satu orang sesuai kebutuhan
c. Pembantu : lebih dari satu orang sesuai dengan ukuran rumah yang akan
dibangun. Pembantu (kenek) sesuai dengan kebutuhan.
c. Mendirikan bangunan rumah
1). Peletakan batu pertama
Merupakan titik letak pekerjaan rumah dimulai
2) Urutan konstruksi pemasangan tiang, balok, lantai, atap, dinding dan tangga
Ada 10 tahap pembangunan rumah mulai dari umpak sampai atap lalu yang
terakhir tangga

d. Pentahbisan rumah baru


1).Pasoloan ‘pemasangan lampu’
Saranien dengan paluli’an, yaitu pentahbisan dengan menggunakan luli’.
Acara ini dilakukan pada pukul 06.00 pagi. Bahan-bahan yang digunakan yakni
luli’, woka, jeruk, air panas yang sudah mendidih. Pelaksanaan upacara ritual
ini ialah pintu depan dan belakang rumah ditutup dan tonaas mengetuk tiga
kali dengan mengucapkan kalimat sebagai berikut; ‘si tenga’ sela si penekei
wia wale weru ya’ai’ ‘Opo mari dan naiklah dirumah yang baru ini’ Kemudian
tonaas mengambil nasi dan ikan untuk diletakkan didepan pintu rumah,
didepan pintu belakan sementara ia mengucapkan kalimat adat.
2) Maramba’ bale weru ‘menguji kekuatan rumah’
Pengujian kekuatan rumah baru dilaksanakan saat bangunan tersebut telah
selesai. Pemilik rumah dan sisiga’ ‘kepala bas’ menyiapkan acara penyerahan
rumah dari kepala bas kepada pemilik rumah yang baru. Upacara ini dipimpin
oleh walia’an ‘yang dituakan’. Upacara ini biasanya dihadiri oleh sejumlah
orang yang diundang oleh pemilik rumah untuk mengikuti upacara dan makan
bersama. Penyerahan tersebut dilakukan dalam upacara ritual.
C. NILAI RELIGIUS
Bagi orang minahasa rumah adalah hal yang menghubungkan orang minahasa dengan
pencipta, karena rumah merupakan tempat tinggal dan tempat pendidikan utama bagi
orang minahasa.

KONSEP RUMAH ADAT


Dunia Atas : kehidupan diatas alam sadar manusia yang terkait dengan kepercayaan yang tidak
nampak (suci, kebaikan,sugesti, sakral). Sebagaimana dalam pemahaman masyarakat
pemangkunya bahwa dunia atas adalah tempat bersemayamnya). Dengan pemahaman ini
banyak masyarakat Sulawesi
Dunia Tengah : Kehidupan dialam sadar manusia yang terkait dengan aktivitas keseharian.
badan rumah dibagi menjadi tiga bagian:
(a). Bagian Depan dimanfaatkan untuk menerima para kerabat/keluarga serta tempat kegiatan
adat.
(b) Bagian Tengah dimanfaatkan untuk ruang tidur orang-orang yang dituakan termasuk
kepala keluarga (Bapak/ibu).
(c) Ruang Dalam dimanfaatkan untuk kamar tidur anak-anak
Dunia Bawah (Awa Bola/kolong rumah): Terkait dengan media yang digunakan untuk mencari
rejeki, termasuk alat-alat pertanian, tempat menenun, kandang binatang dan tempat bermain
bagi anak-anak

INTERIOR DAN EKSTERIOR RUMAH ADAT…


A. INTERIOR
a. Dinding
Dindingnya terbuat dari kayu besi, dipotong dengan volume yang
cukup besar
b. Pintu
Pintu nya terbuat dari kayu besi, ukiran pintunya hampir sama dengan
ukiran pintu rumah minahasa lainnya.

c. Jendela
Jendela terbuat dari kayu cempaka dengan memiliki jalusi-jalusi, uniknya
ukuran tinggi jendelanya lebih disbanding ukuran jendela pada rumah
minahasa lainnya.

d. Ventilasi
Ventilasi terbuat dari kayu cempaka dengan motif garis-garis yang
bersilangan, motif ini memberi kesan estetis tersendiri dan sirkulasi udara
juga berlangsung dengan baik.

e. Plafon
Plafonnya terbuat dari kayu besi, dengan model yang sederhana dengan
penekanan balok dipasang secara horizontal.

f. Lantai
Lantai terbuat dari kayu cempaka, dengan model yang sederhana dengan
penekanan balok dipasang secara horizontal.
B. EKSTERIOR

a. Tangga
Tangga berbahan dasar kayu cempaka, umumnya rumah di minahasa memiliki 2
tangga pada bangian depan.

b. Pegangan tangga
Pengangan tangga berbahan dasar kayu, modelnya sederhana dengan
penekanan kayu yang dipasang secara vertical.

c. Hiasan / dekorasi
Terdapat dekorasi yang berada di bagian atas dekat plafon dan tiang dengan
corak tertentu yang mempunya makna tersendiri.

STRUKTUR RUMAH
a. Umpak
Merupakan batu landasan yang terbuat dari batu dan semen, umpak dari rumah ini
berukuran besar dan tingginya berkisar kurang lebih 1,5 meter.

b. Tiang
Merupakan unsur konstruksi yang berfungsi menahan beban bangunan, terbuat dari
kayu dan memiliki ukiran yang sederhana yang terdapat pada ujung bawah dan atas
tiang.
c. Atap
Atapnya berbentuk segitiga, seperti rumah pada umumnya tetapi terdapat jendela
di depan atapnya, konstruksinya menggunakan kayu.

SKETSA RUMAH LOJI TONDANO

SKETSA DETAIL

Anda mungkin juga menyukai