Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Penggilingan

Jenis penggilingan yang umum dilakukan pada industri semen terdiri atas :

1. Penggilingan Berdasarkan Sistem Penggilingan untuk Mendapatkan


Produk

a. Sistem Penggilingan Terbuka


Sistem penggilingan terbuka adalah sistem penggilingan yang hanya
menggunakan tube mill sebagai alat penggilingan dan produk yang
dihasilkan langsung dikirim ke cement silo. Proses penggilingan yang
selama proses penggilingannya umpan dipecah atau digiling menjadi
partikel dengan ukuran yang diinginkan dengan melewatkannya sekali
dalam alat penggilingan tanpa diusahakan untuk mengembalikan partikel
yang memiliki ukuran yang terlalu besar ke dalam mesin, guna
memperkecil ukurannya kembali sesuai dengan yang diinginkan. Dalam
sistem penggilingan kehalusan produk dipengaruhi oleh laju umpan dan
juga biasanya kehalusan material yang digunakan kurang seragam.

b. Sistem Penggilingan Tertutup

Sistem penggilingan tertutup adalah sistem yang dalam operasinya


berhubungan dengan suatu alat pemisah atau separator yang berfungsi
untuk memisahkan produk penggilingan yang halus dan kasar serta
mengembalikan material yang kasar ke dalam penggilingan untuk digiling
lebih halus sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Sistem tertutup ini
lebih menguntungkan dari sistem terbuka karena dilihat dari segi operasi
yaitu ukuran produk yang dihasilkan lebih seragam dan dapat dibuat
bermacam-macam tipe material yang diinginkan dan kebutuhan dayanya
rendah (Duda, 1985).

2. Penggilingan Berdasarkan Umpan Mill

a. Pengilingan Kering

Material yang diumpankan ke dalam mill dalam keadaan yang kering.

b. Penggilingan Kering dan Pengeringan (Grinding and Drying)

Material yang diumpankan ke dalam mill memiliki kandungan kadar air


dan selama proses penggilingan mengalami proses pengeringan dengan
udara panas yang disuplai dari luar.

c. Penggilingan Basah (Wet Grinding)

Sejumlah air ditambahkan pada umpan mill sehingga hasilnya berupa


slurry (Duda, 1985).

3. Penggilingan Berdasarkan Segi Pelaksanaan Pengeringan dan


Penggilingan

a. Pengeringan dan Penggilingan dilakukan secara Terpisah

Umpan masuk dalam keadaan basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum


dilakukan proses penggilingan dalam suatu alat. Prosesnya seperti
digambarkan pada Gambar 2.1 dibawah ini:

Umpan Bahan Produk


Pengeringan Penggilingan
(basah) (kering) (kering)

Gambar 2.1. Sistem pengeringan dan Penggilingan Terpisah


b. Pengeringan dan Penggilingan yang dilakukan secara Terpadu

Umpan yang masuk dalam keadaan basah mengalami proses pengeringan


dan penggilingan dan hasilnya produk kering. Pada sistem ini pengeringan

dan penggilingan terjadi pada satu alat. Prosesnya seperti digambarkan


pada Gambar 2.2 (Duda,1985).

Pengeringan dan
Umpan Penggilingan Produk
(basah) (kering)

Gambar 2.2. Sistem pengeringan dan penggilingan terpadu

4. Penggilingan Berdasarkan Pemberian Panas

a. Gas Panas Kontak Langsung dengan Material

Gas panas yang masuk ke dalam sistem kontak langsung dengan material
untuk pengeringan material. Sistem ni digambarkan pada Gambar 2.3
berikut:

Gas panas Gas panas


Material

Gambar 2.3 Sistem gas


panas kontak langsung dengan material

b. Gas Panas Kontak Tidak Secara Langsung dengan Material

Pada sistem ini terdapat pemisah antara gas panas dan material. Gas panas
yang masuk tidak kontak langsung dengan material yang dikeringkan.
Sistem ini dapat digambarkan pada Gambar 2.4 (Duda, 1985).

Gas panas
Material
Gas panas
Gambar 2.4. Sistem gas panas kontak tak langsung
dengan material

2.2 Peralatan Penggilingan Semen


1. Pregrinder ( Roller Press)
Pregrinder membantu penggilingan di semen mill dengan melakukan
precrushing ( memperkecil ukuran material sebelum masuk ke dalam mill).
Tujuan dari pregrinder adalah meningkatkan kapasitas penggilingan di
semen mill
2. Vertical Roller Mill
Material digiling diantara roller dan grinding table sewaktu material
tersebut bergerak dari tengah meja ke arah nozzle ring. Vertical Roller Mill
jarang digunakan pada penggilingan semen
3. Tube Mill
Tube Mill adalah jenis yang paling banyak digunakan untuk penggilingan
semen. Pada alat tube mill penggilingan awal dilakukan di dalam
kompartemen I dan kemudian menuju ke kompartmen II untuk
penghalusan.

2.3 Alat Transport Sistem Penggilingan Semen


1. Bucket Elevator
Alat ini digunakan untuk memindahkan material dari satu unit ke unit
lainnya secara vertical dan berkesinambungan. Material berbentuk serbuk
atau butir granular yang bersifat tidak lengket dan dapat memindahkan
material dengan suhu di atas seratus derajat celcius tergantung dari bahan
bucket.
2. Air Slide
Material yang ditransport dalam bentuk powder kering dengan suhu
terbatas sesuai dengan bahan canvas, maksimum sampai 340 derajat
celcius. Material yang ditransport diumpankan ke atas melalui sebuah
inlet. Blower akan meniupkan udara melalui kamar bagian bawah dan
menembus canvas sehingga material akan terfluidisasi.

2.4 Kapasitas Mill

Faktor-faktor yang dapat menentukan seberapa besar kapasitas mill secara umum
dipengaruhi oleh :

1. Kapasitas Mill Berdasarkan Material yang akan Digiling.


Kapasitas mill dipengaruhi oleh material yang akan digiling, yaitu :
a. Keras atau Lunaknya Material

Kekerasan material ditentukan oleh sifat kimia dan fisika dari material itu
sendiri. Pengilingan material yang keras dapat menyebabkan distribusi
ukuran material bertambah besar.

b. Kering Tidaknya Material

Material kering tidak memberikanmasalah terhadap proses penggilingan


namun pada material yang basah akan menyebabkan sistem mill dapat
tersumbat, tumbukan grinding media tidak sempurna, serta konsumsi
energi spesifik besar.

c. Jumlah Material yang akan Digiling

Banyaknya material yang akan digilng disesuaikan dengan banyaknya


grinding media dalam mill. Jika material yang akan digiling lebih banyak
dari grinding media maka material yang dihasilkan kasar dan power
consumption yang tinggi (Duda, 1985).

2. Kapasitas Mill Berdasarkan Grinding Media yang Digunakan


Ukuran grinding media berbanding terbalik dengan luas permukaannya yang
akan menentukan kehalusan dari material yang dihasilkan. Fungsi grinding
media di dalam mill dari berbagai ukuran sebagai berikut :

a. Diameter 100, 90, dan 80 mm dengan tipe bola melakukan penggilingan


melalui efek pemukulan.

b. Diameter 60,50, dan 35 mm dengan tipe bola melakukan penggilingan


dengan efek gesekan.

c. Diameter <35 mm melakukan penggilingan dengan efek gesekan.

Kegunaan grinding media ukuran besar dalam mill adalah sebagai pemecah
(crushing) lanjutan material, sedangkan pada grinding media ukuran kecil
berguna untuk :

a. Penggilingan lanjutan sehingga material yang dihasilkan lebih halus.


b. Mengurangi jumlah material yang dikembalikan ke dalam separator
sehingga meningkatkan efisiensi.

3. Kapasitas Mill Berdasarkan Konstruksi Mill

Faktor-faktor dari konstruksi mill yang dapat mempengaruhi kehalusan dari


material adalah :

a. Perbandingan antara panjang dan diameter mill.


b. Liner yang digunakan pada penggilingan.
c. Pembatas ruang dengan penahan aliran material dalam mill.

Perbandingan panjang (L) terhadap diameter (D) untuk setiap mill antara lain
ditentukan oleh jumlah compartement dan kekerasan material yang akan
digiling. Material yang keras memerlukan diameter yang lebih besar sehingga
perbandingan L/D menjadi lebih kecil, karena akan memeberikan efek
pukulan yang lebih besar pada saat grinding media jatuh. Jika perbandingan
L/D besar maka akibatnya material yang dihasilkan akan lebih halus dan
menurut teori energi spesifik yang dikonsumsi akan menjadi lebih besar
(Duda, 1985).

2.5 Peralatan Pemecah dan Penghalus Material

Peralatan penghancur material secara umum terdiri dari :

a. Mesin Pemecah (Crusher)

Mesin pemecah terdiri dari dua tipe yaitu : mesin pemecah primer (primary
crusher) yang digunakan untuk memecahkan bahan mentah hasil tambang
menjadi kepingan dengan ukuran 150-200 mm dan dapat menampung segala
macam yang keluar dari muka tambang, mesin pemecah sekunder (secondary
crusher) memecahkan lagi kepingan-kepingan itu menjadi partikel yang
ukurannya 6 mm. Mesin pemecah memiliki berbagai jenis antara lain :

1. Mesin pemecah rahang (jaw crusher).


2. Mesin pemecah girotari (gyratory crusher).
3. Mesin pemecah roll (roll crusher).

b. Mesin Giling (Grinder)

Mesin giling berfungsi untuk memperkecil lagi umpan hasil pecahan menjadi
serpihan. Hasil dari penggilingan halus akan lolos ayakan 200 mesh. Mesin
giling halus terdiri dari :

1. Mesin tumbuk palu (hammer mill) atau impactor


2. Mesi giling roll kompresi (rolling compression mill)
a) Mesin giling mangkuk (bowl mill)
b) Mesin giling roll (roll mill)
3. Mesin giling atrisi (attrition mill)
4. Mesin giling jungkir guling (tumbling mill)
a) Mesin giling menggunakan batang (rod mill)
b) Mesin giling menggunakan bola (ball mill)
c) Mesin giling menggunakan batu (padle mill)
d) Mesin giling tabung (tube mill) atau mesin giling kompartemen
(compartment mill)

c. Mesin Giling Ultra Halus (Ultrafine Grinder)

Mesin giling ultra halus menampung partikel umpan yang lebih besar dari 6
mm dan hasil giling 1 sampai 50 μm. Mesin giling ultra halus terdiri dari :

1. Mesin tumbuk palu (hammer mill)


2. Mesin giling energi fluida (fluid energy mill)
3. mesin giling aduk (agitated mill)

d. Mesin Potong (Cutting)

Mesin potong dapat menghasilkan partikel yang memiliki ukuran dan bentuk
tertentu dengan panjang 2 mm sampai dengan 10 mm. Mesin potong pada
umumnya terdiri dari :

1. Pisau potong (cutting knife)


2. Mesin iris (slicer)
3. Mesin cincang (dicer)

2.6 Cement Mill

Pada cement mill terjadi proses penggilingan clinker disertai proses


homogenisasi dengan bahan tambahan lainnya seperti gypsum dan fly ash. Pada
cement mill dihasilkan produk semen dengan kualitas yang telah sesuai dengan
spesifikasi standar yaitu blaine atau kadar kehalusan. Produk semen yang telah
sesuai akan menuju packer Unprit untuk dikantongkan untuk kemudian siap
dipasarkan. Penggilangan P.T Semen Padang Indarung V sebagai berikut :

1. Tube Mill
Di Plant ini alat utama yang digunakan adalah Tube Mill. Proses yang terjadi
pada sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2.6 dibawah ini:

Gambar 2.6. Cement Mill (Tube Mill)


Sumber: (Duda,1985)

Clinker yang telah disimpan dalam silo akan diumpankan oleh appront feeder
kedalam unit cement mill. Setelah ditarik, clincer melalui sector gate masuk
dan diangkut dengan menggunakan appront conveyor dan dilanjutkan dengan
belt conveyor menuju bin feeder sebelum diumpankan ke roller press. Untuk
gypsum, pozzolan dan limestone high grand akan diangkut menuju cement
mill dengan menggunakan belt conveyor dan laju massanya diatur oleh
dosimat feeder. Total laju alir massa yang masuk ke dalam cement mill diukur
menggunakan belt weighter. Clinker dikeluarkan dari bin menuju roller presss
untuk digiling. Prinsip kerja dari roller press adalah material masuk melalui
celah diantara 2 buah roller dimana moveable roller bergerak dan akan
menekan material sehingga materail akan memutar fixed roller akibat adanya
gesekan antara material dengan fixed roller sehingga material akan diberikan
gaya tekan akibat adanya sistem tekanan hidrolik akibat perputaran roller
dengan arah yang berbeda. Setelah clinker yang telah digiling pada roller
press maka gypsum dan material ketiga (pozzolan dan limestone) akan
diumpankan dari hopper masing masing dengan menggunakann dosimat
feeder ke belt conveyor yang terdapat clincer tadi dan selanjutnya, semua
material akan dimasukkan ke dalam mill (Tube mill) untuk proses
penggilingan. Dari belt conveyor campuran ini kemudian diumpankan ke
Tube Mill.
Penggilingan ketiga material tersebut dilakukan di dalam tube mill.
Tube mill yang digunakan bertipe tube mill UMS 5.4 X 14 dengan kapasitas
215 ton/jam. Feed arragement yang digunakan terdapat penyemprot air
(water injection) yang digunakan untuk menurunkan temparatur
kompartemen, sedangkan untuk discharge arragement yang digunakan
berjenis end discharge yang memiliki dua keluaran, yaitu gas dikeluarkan
melalui bagian atas ditarik fan meunju electrostatic precipitator dan semen
hasil penggilingan dikeluarkan melalui bagian bawah untuk diteruskan
menuju sepax separator.
Pada cement mill terdapat dua kompartemen dimana proses
penggilingan yang terjadi pada pada kompartemen 1, yaitu coorse grinding
yang menggunakan gaya impact untuk proses penggilingannya. Sedangkan
untuk kompartemen 2, yaitu fine grinding dengan menggunakan gaya gesek
sehingga material akan tergerus oleh grinding ball. Kompartemen 1 dengan
panjang 3.05 m, sedangkam kompartemen 2 memiliki panjang 10.16. hal ini
disebabkan karena proses penggilingan di dalam kompartemen 2
membutuhkan waktu yang lama. Di dalam kompartemen 1 untuk suhunya
sekitar 105̊C dan bola besi yang biasanya disebut grinding ball berdiameter
40-90 mm, sedangkan untuk kompartemen 2 bersuhu 125̊C dan grinding ball
yang digunakan berukuran 17-35 mm. Untuk suhu di dalam mill dijaga pada
tingkat yang aman, yaitu antara 105-125̊C, pengaturan suhu ini penting untuk
kondisi operasi electrostatic precipitator (EP) karena EP akan bekerja dengan
baik pada suhu diatas 110̊C.
Di antara kompartemen 1 dan kompartemen 2 terdapat suatu pemisah
yang disebut center diafragma. Pada center diafragma terdapat slot plate di
kompartemen 1 yang berfungsi untuk lewatnya material halus menuju ke
kompartemen 2 dan material akan keluar dari slote opening yang tersusun
pada center screen. Selain itu, pada center screen di kompartemen 2 juga
terdapat water injection yang berfungsi menurunkan temperatur di
kompartemen 2. Jenis center diafragma yang digunakan pada tube mill di
Pabrik Indarung V adalah double diafragma jenis combi dan diafragma.
Penggilingan yang terjadi pada tube mill disebabkan karena adanya
tumbukan material dengan grinding media. Rotasi tube mill menyebabkan isi
mill yang terdiri dari grinding media dan material umpan terangkat akibat
gaya sentrifugal serta friksi antara media dan lining. Tinggi pengangkatan isi
tube mill tergantung beberapa faktor, seperti liner design, kecepatan
perputaran mill, bentuk, ukuran dan berat grinding media, friksi antara lining
dan grinding media serta friksi antara mill charge.
Hasil produk setelah penggilingan kemudian keluar melalui bawah
mill dan dibawa oleh bucket elevator dari air slide untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam separator. Sedangkan gas dari cement mill yang ditarik
dari fan masuk ke electrostatic precipitator dan gas dibuang menuju cerobong
(stack). Debu yang tertangkap EP ditransportasikan oleh screw conveyor ke
air slide. Produk separator yang kasar (tailing) kemudian dibalikkan
seluruhnya ke dalam kompartemen 1 mill melalui air slide dan digabungkan
dengan fresh feed untuk digiling kembali. Fineness produk separator
kemudian ditransport oleh air slide kemudian dilanjutkan oleh bucket elevator
menuju ke silo semen.

2. Komponen Tube Mill


Tube mill memiliki 2 komponen utama, yaitu komponen ekternal dan internal.
Gambar 2. Tube Mill

Berdasarkan gambar komponen tube mill di atas, komponen eksternal meliputi


feed arrangement, mill shell, mill heads, mill bearings dan mill drive. Komponen
internal meliputi liner (head linner dan shell linner), intermediate diaphragm,
discharge diaphragm, retention rings, dan grinding media.

Komponen eksternal

1. Feed Arrangements
Peralatan untuk umpan mill harus memenuhi fungsi fungsi sebagai
berikut:

a) Mengizinkan material terus mengalir ke dalam mill tanpa


menyebabkan tersumbat
b) Mencegah material kembali mengalir keluar
c) Mengizinkan masuknya udara dingin

Tipe tipe dari feed arragement yaitu, spout feeder, drum feeder, step type
feeder dan feed chute of airswept mills

2. Mill Shell
Mill shell adalah alat yang terbuat dari baja dan terdiri dari beberapa
bagian plat yang dilas. Tekanan maksimum berada di bagian tengah shell.

3. Mill Heads
Tube mill di topang oleh trunion bearing pada mill head yang dipasang
dengan las atau dibautkan pada mill shell. Mill yang ukuran kecil
seringkali dilengkapi dengan integral head dimana trunion dan mill
head dicor jadi satu. Integral head ini dibautkan pada flens mill shell.
Pada mill ukuran yang besar biasanya mill head dibagi secara konsentris
menjadi bagian dalam dan bagian luar.

4. Mill Bearing
Tube mill dilengkapi dengan sliding bearing yang mempunyai
kelemahan karena memberikan tahanan awal yang cukup besar
dibandingkan dengan roller bearing. Untuk mengatasi hal ini maka
digunakan pompa oli bertekanan tinggi sebelum mill dioperasikan.
Pompa akan memompa minyak ke celah antara metal bearing dan
journal bearing dengan tekanan cukup tinggi sehingga mampu
mengangkat trunion mill sebelum dioperasikan.

5. Mill Drive
Mill drive merupakan sebagai penggerak utama dari tube mill. Mill drive
dibagi atas 3 grup, yaitu : girth gear, central drive dan gearless drives.

Komponen Internal
1. Liner
Liner berfungsi untuk melindungi bagian dalam tube mill. Liner yang
digunakan harus tahan terhadap gaya tumbuk (deformasi, breakage),
friksi dan korosi.

2. Intermediate Diaphragm
Fungsi dari intermediate diaphragm adalah untuk membagi mill menjadi
kompartemen 1 dan kompartemen 2. Untuk mempertahankan efisiensi
grinding sepanjang mill, penempatan grinding media diperlukan.

3. Discharge Diaphragm
Discharge diaphragm dipasang di ujung pada tipe end discharge mill atau
dibagian tengah pada tipe center discharge mill.

4. Grinding Media
Grinding media atau bola baja sebagai media penghancur atau
penggilingan, ukuran bola baja berbada antara kompartemen 1 dan 2.
Untuk kompartemen 1, ukuran grinding ball antara 50-100mm dan untuk
kompartemen 2 antara 15-50mm.

3. Prinsip Kerja Tube Mill

Prinsip kerja tube mill dengan cara memanfaatkan tumbukan dan gesekan bola
dan material sehingga didapatkan serbuk material yang halus. Prinsip kerja
penggilingan yang dilakukan oleh roda penggilingan pada Tube Mill dapat
dilihat pada Gambar 3 berikut :
Gambar 3. Prinsip Kerja Penggilingan
Sumber : (Duda, 1985)

1. Material dimasukkan ke dalam wadah pertama ( kompartemen 1) didalam


mesin untuk dilakukan penggilingan pertama
2. Ketika mesin dinyalakan maka slinder (shell) akan berputar pada
kecepatan yang sudah diatur. Dengan adanya gaya sentrifugal maka bola
yang ada di dalam mesin ikut bergerak
3. Bola bergerak dari bawah ke hampir sisi atas shell dan kemudia jatuh.
Pergerakan ini menimbulkan tumbukan dan gesekan antara bola dan
material sehingga terjadi proses penghancuran (pengurangan ukuran
material)
4. Setelah proses penghancuran pertama maka material dimasukkan ke
kompartemen 2 untuk dilakukan proses pengancuran kedua dengan tingkat
kehalusan yang lebih tinggi
5. Jika material sudah halus sampai tingkat yang diinginkan maka
selanjutnya diambil dan disimpan ke penampungan agar material yang
belum digiling bisa menjalankan proses penghalusan yang sama seperti
sebelumnya

3.1 Faktor Penggilingan

Secara garis besar faktor yang menentukan Faktor Penggilingan adalah


sebagai berikut :
 Keras atau lunaknya material
Kekerasan material ditentukan oleh sifat kimia dan fisika dari material
tersebut. Penggilingan material yang keras menyebabkan distribusi ukuran
bertambah besar.

 Kering atau tidaknya material


Material kering tidak memberikan masalah pada proses penggilingan
umum. Sedangkan material basah akan menyebabkan sistem mill
tersumbat, penggilingan tidak sempurna, serta konsumsin energi spesifik
besar.

 Jumlah material yang digiling


Banyaknya material yang akan digiling disesuaikan dengan kapasitas mill.
Jika material yang akan digiling terlalu banyak maka material yang
dihasilkan kasar dan power consumption yang tinggi.

2.7 Main Filter

Main Filter dapat didefinisikan sebagai peralatan yang memiliki fungsi untuk
memisahkan antara ,aterial halus (produk semen) dengan udara panas yang
dihisap oleh mill fan.
Di dalam Main Filter material halus menempel pada permukaan bag filter karena
material halus tersebut tidak dapat melewati pori pori dari bag filter, sedangkan
udara panas dapat melewati pori pori tersebut sehingga udara panas keluar tanpa
mengandung material halus dan dapat langsung di buang ke lingkungan.

Material halus (produk semen) yang menempel pada permukaan bag filter
dirontokkan dengan cara menembakkan udara bertekanan tinggi dengan bantuan
kompressor, sehingga material halus yang menempel akan rontok disebabkan
oleh adanya dorongan dari udara bertekanan tadi. Material yang jatuh/rontok
akan diteruskan ke tempat penyimpnan semen (Cement Silo).

Anda mungkin juga menyukai